Pendiri Ciputra Group, Ir. Ciputra, dikenal sebagai maestro properti Indonesia. Namun, di balik kejayaan mega proyeknya, ada prinsip hidup dan kerja yang selalu ia pegang teguh, yakni harmoni dengan alam serta keberanian mengambil keputusan besar.
“Saya terjun langsung ke lapangan dan mengomando pengaturan pembangunan jalan yang tidak mungkin saya gambar. Titik di mana ada kecantikan alam yang ingin saya pertahankan,” papar Ciputra, dalam buku biografinya yang bertajuk The Passion of My Life karya Alberthiene Endah, sebagaimana dikutip Olenka, Sabtu (12/7/2025).
Baginya, keindahan pohon-pohon besar dan kontur tanah yang artistik bukanlah halangan, melainkan unsur estetika yang memperkaya proyek.
Dalam proses pembangunan salah satu mega proyeknya, tantangan keuangan sempat menghampiri. Biaya pembebasan lahan serta pembangunan infrastruktur jalan dan saluran air membengkak luar biasa. Namun, di sinilah kecerdasan strategi Ciputra terlihat.
“Kami sempat ketar-ketir karena dana yang dihabiskan luar biasa besarnya. Untuk menyehatkan cash flow, segera saya memberi komando kepada tim untuk membangun permukiman berukuran kecil di bagian barat yang mengarah ke utara Pondok Indah,” tuturnya.
Puluhan rumah mungil dibangun dengan cepat. Strategi ini sukses besar. Rumah-rumah itu langsung laku terjual, mengalirkan dana segar yang kembali menyehatkan arus kas perusahaan. Dari sana, pembangunan infrastruktur bisa dilanjutkan.
Bahkan, Ciputra beserta timnya segera menata kavling, mendirikan rumah-rumah berkualitas, deretan ruko, hingga sekolah di kawasan tersebut.
Baca Juga: Kisah Perantauan, Persahabatan, dan Awal Mula Mimpi Besar Ir. Ciputra di ITB
Visi Besar di Balik Lahirnya Kawasan Elite Pondok Indah
Pondok Indah kini identik dengan kawasan elite Jakarta Selatan. Namun, di balik kemegahannya, tersimpan visi tajam dan kerja keras pendirinya, Ciputra bersama para mitranya.
Sejak awal, Ciputra sudah memperkirakan bahwa Pondok Indah akan menjadi magnet bagi kalangan berada.
“Seperti yang saya duga, kalangan the haves menyerbu Pondok Indah. Kavling-kavling terjual cepat,” kenangnya.
Setiap akhir pekan, kawasan yang masih berupa deretan kavling itu dipenuhi calon pembeli. Mereka berebut memilih posisi terbaik. Kebanyakan berasal dari kalangan kaya lama, dan sebagian lagi orang-orang kaya baru yang lahir dari geliat bisnis Indonesia di era itu.
Keberadaan Jakarta International School di Jalan Terogong juga menjadi nilai tambah besar. Seperti harapan Ciputra, sekolah bertaraf internasional ini menarik minat kaum ekspatriat.
“Mereka turut mengantre membeli kavling karena menganggap permukiman ini ideal bagi kebutuhan anak-anak mereka,” ujarnya.
Kesuksesan Pondok Indah adalah hasil kerja tim solid di bawah kepemimpinannya. Ciputra fokus mengurusi lapangan, Brasali menangani keuangan, dan Sofyan membina relasi. Ketiganya bahu-membahu mengomando tim besar yang banyak berisi profesional muda berbakat.
“Subagja mengatur pembebasan tanah, Budiman mengatur izin bangun, Soekrisman dan Hiskak Secakusuma bergumul langsung dengan segenap SDM,” kata Ciputra.
Di tengah geliat proyek dan tawa ringan di antara mereka, Ciputra tak pernah lupa mengingatkan rekan-rekannya akan visi jangka panjang.
“Selalu saya katakan pada Sofyan dan Brasali, ‘Ingat, kita akan sejahtera dari Pondok Indah puluhan tahun lagi!’” kenangnya sambil tersenyum.
Baca Juga: Proyek Pondok Indah dan Asa Ciputra yang Diaminkan Semesta
Lapangan Golf Internasional: Mimpi Ciputra yang Semula Ditertawakan
Bagi Ciputra, membangun kawasan bukan hanya soal mendirikan rumah dan infrastruktur pendukungnya. Ia selalu punya visi besar yang kerap melampaui zamannya, salah satunya saat menginisiasi pembangunan lapangan golf bertaraf internasional di Pondok Indah.
“Nah, ada satu fasilitas lagi yang saya perjuangkan habis-habisan. Sesuatu yang semula juga ditertawakan orang. Lapangan golf bertaraf internasional!,” kenang Ciputra.
Kala itu, rencana menghadirkan lapangan golf di dalam kawasan permukiman terdengar mustahil. Masyarakat terbiasa bermain golf di Rawamangun, lapangan golf tertua di Jakarta. Gagasan Ciputra menghadirkan lapangan golf modern di Pondok Indah dianggap mimpi yang mengada-ada.
Namun, di internal Metropolitan Kentjana, tak ada yang menertawakannya. Mereka tahu betul karakter Ciputra.
“Kalau Ciputra punya mau, siapa yang bisa menghentikan?” kata Ciputra seraya menirukan perkataan salah satu timnya kala itu.
Dan perlahan, impian lapangan golf di Pondok Indah diterima sebagai visi yang masuk akal. Ternyata, mimpinya tidak berhenti di situ.
“Saya ingin lapangan golf di Pondok Indah bisa menjadi tuan rumah bagi turnamen golf internasional,” ujarnya.
Menurut Ciputra, jika itu terwujud, pamor Pondok Indah akan melambung tinggi sebagai kawasan elite berstandar dunia.
Tentu, mimpi besarnya itu sempat jadi bahan olok-olok. “Hei Ciputra! Besar kepala sekali kau, bermimpi jadi tuan rumah turnamen golf internasional!” begitu komentar sebagian orang. Namun, Ciputra tak pernah gentar pada cemoohan.
“Yang namanya Ciputra tidak akan bermimpi hanya untuk iseng. Ciputra adalah pemimpi yang selalu terobsesi merealisasikan mimpinya! Itulah saya,” tegasnya.
Sebagai penggemar golf, Ciputra bukan hanya bermain. Diam-diam ia melobi banyak pihak, sekaligus belajar langsung dari negara-negara yang sukses menyelenggarakan turnamen golf internasional. Setiap kunjungan ke luar negeri, ia menyempatkan diri menonton turnamen bergengsi demi memahami standar kelas dunia.
Pada tahun 1979, Ciputra pun terbang ke Bangkok bukan hanya untuk menonton turnamen golf dunia. Ia datang dengan tujuan besar, yakni melobi orang penting untuk mewujudkan mimpinya.
“Saya mendekati orang yang paling terkenal di jagat golf dunia. Dia adalah Robert Trent Jones Jr., perancang lapangan golf kelas dunia yang telah menghasilkan banyak lapangan golf fenomenal di berbagai negara,” kenang Ciputra.
Robert Trent Jones Jr. adalah sosok berpengaruh dalam dunia golf internasional. Ciputra mengundangnya makan malam, lalu langsung menyampaikan maksudnya tanpa ragu.
“Mr. Robert, bisakah Anda membantu saya merancang lapangan golf di permukiman yang sedang saya bangun di Jakarta? Namanya Pondok Indah,” kata Ciputra saat itu.
Kata Ciputra, jawaban Robert saat itu pun mengejutkannya. Ia pun berbicara dengan nada sopan dan hangat.
“Tentu saja sangat mungkin, Mr. Ciputra. Saya akan datang dan melihat kawasan Anda dan mempelajari segala sesuatunya,” tutur Robert kala itu.
Namun, Ciputra belum selesai. Ia menatap Robert dengan serius dan menyampaikan permintaan yang lebih besar lagi:
“Mr. Robert, tapi bisakah Anda mengupayakan agar turnamen golf internasional seperti ini juga bisa digelar di tempat kami jika Anda sudah selesai membuatnya?”
Kata Ciputra, saat itu Robert terdiam sejenak sebelum menjawab.
“Mr. Ciputra, tahukah Anda bahwa turnamen golf internasional seperti ini tidak bisa digelar hanya karena usulan saya? Ada banyak orang terlibat di sini, dan keputusan harus diambil bersama, terutama oleh presiden persatuan golf sedunia,” terangnya.
Namun, kata Ciputra, jawaban Robert itu tak mematahkan semangatnya. Ia justru semakin bertekad.
“Mr. Robert, Anda sudah membangun ratusan lapangan golf di dunia. Tentulah akan sangat menantang bagi Anda membuat lapangan golf indah di negara yang sedang berkembang seperti kami. Lakukanlah itu bagi kami dan bantulah kami agar turnamen golf internasional bisa berlangsung di atas lapangan yang Anda desain,” pintanya penuh harap.
Perjalanan mewujudkan mimpi itu dikatakan Ciputra tidak mudah. Namun, bersama Robert, akhirnya Ciputra dipertemukan dengan Presiden Asosiasi Golf Sedunia. Di sana, ia mendapat garansi untuk diberi hak menyelenggarakan pertandingan golf internasional, dengan syarat lapangan golf tersebut dibangun menggunakan desain Robert Trent Jones Jr. dan memiliki kualitas kelas dunia.
Pada akhirnya, kesepakatan pun tercapai.“Kami berjabatan tangan. Deal!” kata Ciputra.
Baca Juga: Perjalanan Ciputra Membangun Metropolitan: Mimpi Besar yang Bertumbuh dari Sejarah Hidup
Dari Mimpi Besar hingga Mahakarya
Bagi Ciputra, mimpi besar bukanlah sekadar wacana, melainkan tujuan hidup yang harus diperjuangkan hingga terwujud. Salah satu bukti nyata dari visinya adalah transformasi Pondok Indah menjadi kawasan prestisius berstandar internasional.
Pada tahun 1983, salah satu mimpinya yang semula ditertawakan orang akhirnya menjadi kenyataan. Lapangan golf bertaraf internasional di Pondok Indah selesai dibangun dan sukses menggelar turnamen golf kelas dunia.
“Harapan itu terwujud! Pada tahun 1983, lapangan golf Pondok Indah selesai dan turnamen golf internasional yang dipadati pemain kelas dunia digelar di sana. Sukses dan membanggakan!,” ujar Ciputra penuh rasa syukur.
Turnamen World Cup Golf tersebut menjadi peristiwa fenomenal. Media memberitakan secara bertubi-tubi. Indonesia bangga, pemerintah pun senang bukan main.
“Ini adalah momen yang sangat membahagiakan. Turnamen World Cup merupakan pertandingan satu-satunya, pertama dan terakhir di Indonesia sampai saat ini,” tambahnya.
Pada tahun yang sama, Ciputra juga menuntaskan pembangunan rumah pribadinya di Bukit Golf, tepat di seberang club house lapangan golf Pondok Indah.
“Puji Tuhan. Rumah itu sangat besar dan indah,” kenangnya.
Momentum pembangunan rumah megahnya bertepatan dengan perhelatan FIABCI World Congress I di Jakarta, konferensi real estat internasional bergengsi yang saat itu diselenggarakan oleh Persatuan Real Estate Indonesia (REI), organisasi yang ia dirikan pada 1972. Welcome party acara tersebut pun digelar di kediaman barunya, menjadikannya malam yang tak terlupakan.
“Dua acara berkelas internasional disertai acara dinner diselenggarakan di rumah saya. Sungguh mengesankan,” kata Ciputra.
Tahun demi tahun, visi Ciputra untuk Pondok Indah terus berkembang. Pada 1990, ia kembali menciptakan gebrakan dengan membangun Pondok Indah Mall, pusat perbelanjaan raksasa dan stylish pertama di Indonesia. Sebelumnya, masyarakat hanya mengenal plasa seperti Ratu Plaza, Melawai Plaza, atau Duta Merlin. Pondok Indah Mall menjadi pionir lahirnya mall modern di Tanah Air.
Tak berhenti di situ, ia melanjutkan visinya dengan mendirikan Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI). Rumah sakit ini dirancang agar masyarakat menengah ke atas tak perlu lagi berobat ke Singapura. RSPI dilengkapi fasilitas medis mutakhir dan tim dokter ahli untuk menghadirkan layanan kesehatan berstandar internasional.
Sementara itu, para pemilik kavling mulai membangun rumah-rumah megah mereka. Pondok Indah pun berkembang menjadi kawasan cantik dengan selera arsitektur yang elegan. Berbagai bisnis turut tumbuh memenuhi kebutuhan penduduk, mulai dari salon, butik, kafe, hingga perusahaan multinasional seperti Citibank yang mendirikan gedung besar di sana.
“Adalah hal yang membanggakan dan melegakan bahwa setiap institusi atau personal pebisnis di kawasan ini benar-benar paham estetika yang sesuai dengan kelas Pondok Indah,” papar Ciputra.
Filosofi Pembangunan Ciputra: Membaca Zaman dan Menunggu Saat Tepat
Banyak orang menilai Ciputra sebagai sosok agresif dalam membangun proyek-proyek raksasa. Namun, bagi dia sendiri, agresif bukan berarti gegabah. Keberhasilan besar justru lahir dari strategi yang terencana matang dan pemahaman mendalam akan perubahan zaman.
Saat merintis Pondok Indah, Ciputra memang dikenal gigih dan tak kenal lelah untuk mewujudkan kawasan permukiman elite dengan penataan kavling yang apik serta infrastruktur jalan dan saluran air berkualitas tinggi. Ia berani menanggung biaya pembangunan awal yang sangat besar demi fondasi kawasan yang kokoh.
Namun, di balik kegigihannya, Ciputra justru menekankan pentingnya kesabaran dalam membangun fasilitas pendukung lain di Pondok Indah.
“Jika ditanya apakah saya agresif dalam mengembangkan Pondok Indah? Tidak. Memang pada awalnya saya begitu gigih untuk segera mewujudkan suatu kawasan calon permukiman dengan penataan kavling yang apik dan jalan serta sarana saluran air yang memakan biaya sangat besar,” ungkapnya.
Baginya, pembangunan kawasan harus selaras dengan perkembangan zaman. Ia memilih untuk tidak terburu-buru membangun semua fasilitas dalam satu waktu.
“Saya tidak gegabah dalam membangun berbagai sarana. Kenapa? Karena saya yakin zaman yang bergerak akan menyodorkan ide-ide yang pas dengan sendirinya,” jelas Ciputra.
Dan keyakinan itu terbukti benar. Pondok Indah berkembang secara alami, lentur, dan rileks, namun menunjukkan kemajuan signifikan seiring waktu. Kawasan tersebut tumbuh menjadi lingkungan elite yang tidak hanya menampilkan rumah-rumah megah, tetapi juga pusat bisnis, pusat perbelanjaan, fasilitas kesehatan, dan lapangan golf bertaraf internasional, dan menjadikannya ikon kemewahan dan prestise Jakarta Selatan hingga kini.
“Kenyataan akhirnya memang demikian. Pondok Indah berkembang dengan lentur dan rileks, namun memperlihatkan kemajuan yang signifikan,” tegas Ciputra.
Baca Juga: Ketika Ciputra Muda Terima Tantangan Atasi Semrawutnya Jakarta