Terus berinovasi dalam industri restoran cepat saji dengan segmentasi kelas menengah, Evalinda dan Setyajid pun berhasil memulai langkah baru dengan mengganti merek usahanya menjadi nama yang lebih modern, yakni d’Besto pada 2010.
Mengutip dari artikel yang dimuat Hops.id, ada cerita unik di balik dipilihnya nama d’Besto sebagai pengganti KuFC. Evalinda mengungkap, d’Besto sebenarnya berasal dari kata “The Best Toh”, dan berpegang pada prinsip untuk terus meningkatkan kualitas rasa.
“Jadi, D’Besto itu sebenarnya cuman The Best Toh. Kami punya moto D’Besto jagonya rasa. Jadi rasa ini memang nomer satu yang selalu kami upgrade dari tahun 1994,” ujar Evalinda.
Terus Berinovasi
d’Besto menjadi salah satu outlet fried chicken yang dapat dijangkau dan dinikmati oleh semua kalangan. Bukan hanya rasanya yang lezat, d’Besto juga konsisten terhadap inovasi produknya. Menukil dari laman Liputan6.com, resto siap saji ini ternyata rutin melakukan inovasi menu setiap tiga hingga empat bulan sekali.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Hijmuku, Pengusaha Helm Anak yang Berdayakan Masyarakat Desa di Surabaya
Seperti inovasi menu Ayam CLBK (Ayam Celup Bakar) yang dilapisi dengan saus khas d’Besto, di mana menghasilkan rasa yang unik, lezat, dan tak terlupakan. Ada pula varian ayam crispy yang melalui dua metode memasak, yakni digoreng lalu dibakar.
Selain menu ayam, ada pula produk lain yang disajikan seperti varian burger, kentang goreng, spaghetti, dan potato balls. Di mana, selalu menggunakan bahan baku berkualitas di setiap kudapan yang disajikan.
Miliki Ratusan Outlet
Setelah melalui banyak lika-liku dalam perjalanan bisnisnya, d’Besto berhasil memiliki ratusan cabang di berbagai wilayah di Indonesia. Bukan hanya banyak konsumen yang berdatangan, calon investor potensial pun berdatangan dengan minat kerjasama sebagai mitra.
Pada 2021 lalu, tercatat sudah ada 300 outlet d’Besto yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Bandung, Sukabumi, Padang, Medan, Pekanbaru,dan Banjarmasin, Banjarbaru, hingga Kalimantan Selatan.