d’Besto, namanya sudah tak asing lagi didengar sebagai salah satu F&B kenamaan di Tanah Air. Menyajikan ayam goreng yang menggugah selera, perjalanan bisnis yang penuh lika-liku, berhasil dilalui d’Besto bersama dua dokter hewan di balik kesuksesannya. 

Berawal hanya ayam goreng kaki lima, kini d’Besto sukses dengan ratusan outlet yang sudah menjamur di berbagai daerah di Nusantara. Berikut ini Olenka rangkum dari sejumlah sumber, Senin (25/11/2024), informasi terkait mengenai kisah perjalanan sukses merek ayam goreng d’Besto.

Lahir dari Masa Sulit

Cikal Bakal d’Besto dimulai sejak 1994 silam. D’Besto lahir dari masa sulit yang menimpa drh. Evalinda Amir dan drh. Setyajid, dua petugas kesehatan dengan title profesi dokter hewan yang disandangnya saat itu.

1994 silam, Evalinda dan Setyajid mulai merintis usaha di bidang F&B dengan berjualan ayam goreng dengan sistem kaki lima yang diberi nama Kentuku Fried Chicken atau KuFC. Kala itu, KuFC cukup diminati dan bahkan sudah berekspansi ke berbagai wilayah, seperti Bogor, Tangerang, Bandung, Surabaya, hingga Padang. 

Sayangnya, usaha KuFC milik dua dokter hewan ini tak berjalan mulus. Pada 1998 silam, KuFC harus menghadap tantangan berat lantaran krisis moneter yang membuat hampir seluruh gerai harus ditutup, hanya ada beberapa yang bertahan di Bandung.

Baca Juga: Bantu Rakyat Palestina, Kunci Sukses Bisnis d'Besto

Bukan hanya itu, masalah kembali menimpa KuFC pada 2005 silam lantaran flu burung. Tak mau tinggal diam, pasangan suami istri itu pun putar otak menyiasati flu burung dengan cara kreatif. 

Di mana, Evalinda dan Setyajid memilih untuk menempel profilnya dengan latar belakang seorang dokter hewan di setiap outlet, agar konsumen percaya bahwa ayam yang mereka jual saat itu bebas dari flu burung. 

Terus berinovasi dalam industri restoran cepat saji dengan segmentasi kelas menengah, Evalinda dan Setyajid pun berhasil memulai langkah baru dengan mengganti merek usahanya menjadi nama yang lebih modern, yakni d’Besto pada 2010.

Mengutip dari artikel yang dimuat Hops.id, ada cerita unik di balik dipilihnya nama d’Besto sebagai pengganti KuFC. Evalinda mengungkap, d’Besto sebenarnya berasal dari kata “The Best Toh”, dan berpegang pada prinsip untuk terus meningkatkan kualitas rasa.

“Jadi, D’Besto itu sebenarnya cuman The Best Toh. Kami punya moto D’Besto jagonya rasa. Jadi rasa ini memang nomer satu yang selalu kami upgrade dari tahun 1994,” ujar Evalinda.

Terus Berinovasi

d’Besto menjadi salah satu outlet fried chicken yang dapat dijangkau dan dinikmati oleh semua kalangan. Bukan hanya rasanya yang lezat, d’Besto juga konsisten terhadap inovasi produknya. Menukil dari laman Liputan6.com, resto siap saji ini ternyata rutin melakukan inovasi menu setiap tiga hingga empat bulan sekali.

Baca Juga: Kisah Inspiratif Hijmuku, Pengusaha Helm Anak yang Berdayakan Masyarakat Desa di Surabaya

Seperti inovasi menu Ayam CLBK (Ayam Celup Bakar) yang dilapisi dengan saus khas d’Besto, di mana menghasilkan rasa yang unik, lezat, dan tak terlupakan. Ada pula varian ayam crispy yang melalui dua metode memasak, yakni digoreng lalu dibakar.

Selain menu ayam, ada pula produk lain yang disajikan seperti varian burger, kentang goreng, spaghetti, dan potato balls. Di mana, selalu menggunakan bahan baku berkualitas di setiap kudapan yang disajikan.

Miliki Ratusan Outlet

Setelah melalui banyak lika-liku dalam perjalanan bisnisnya, d’Besto berhasil memiliki ratusan cabang di berbagai wilayah di Indonesia. Bukan hanya banyak konsumen yang berdatangan,  calon investor potensial pun berdatangan dengan minat kerjasama sebagai mitra.

Pada 2021 lalu, tercatat sudah ada 300 outlet d’Besto yang tersebar di wilayah Jabodetabek, Bandung, Sukabumi, Padang, Medan, Pekanbaru,dan Banjarmasin, Banjarbaru, hingga Kalimantan Selatan.

Sistem Franchise d’Besto

d’Besto menggunakan sistem franchise atau waralaba sebagai strategi penjualan dan berhasil meraup banyak keuntungan. Disebut dalam laman resminya, calon mitra yang tertarik untuk bekerja sama, d’Besto menawarkan paket kemitraan dengan nilai investasi sebesar Rp100 juta. Namun, nilai investasi ini disesuaikan kembali dengan tempat dan wilayah gerai milik mitra.

Dengan dana Rp200 juta, mitra akan mendapatkan sebuah gerai mini resto yang dibangun dengan luas antara tujuh hingga sepuluh meter persegi. Namun, calon mitra diharuskan mencari lokasi sendiri. Adapun kriteria lokasi yang dibutuhkan adalah berada di tepi jalan raya. 

Selain dibangunkan gerai, dana tersebut juga mencakup peralatan lengkap, pelatihan karyawan, dan bahan baku awal. Dengan investasi tersebut, diperkirakan omzet harian bisa mencapai Rp5 juta hingga Rp15 juta, dengan laba bersih sekitar 25 persen. 

Royalty fee untuk mitra adalah 3 persen, dan diperkirakan modal bisa kembali dalam waktu delapan bulan. d'Besto juga menawarkan kesempatan bagi mitra yang hanya ingin menjadi investor, dengan nilai investasi tetap sebesar Rp200 juta. 

Dalam pola investasi ini, mitra hanya menanamkan modal sementara pengelolaan sepenuhnya ditangani oleh pusat, dengan pembagian hasil 70 persen untuk pusat dan 30 persen untuk investor.

Baca Juga: Kisah Perjuangan Mantan Kernet Sopir Truk Bangun Bisnis Fesyen Skala Dunia

Memberi Lebih untuk Mendapatkan Lebih

Ini tampaknya menjadi salah satu kunci kesuksesan d’Besto hingga saat ini. Di mana, para owner begitu ringan tangan untuk berbagi terhadap sesama. Setiap minggunya, d’Besto memiliki program berbagi yang rutin dilakukan, yakni Jumat Berkah.

Menjamurnya waralaba d’Besto hingga luar pulau Jawa juga memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat sekitar. Dalam sejumlah sumber disebutkan, d’Besto berhasil membantu mengurangi tingkat pengangguran di Kota Padang, Sumbar, pada 2014 silam. 

Adapun melebarnya waralaba d’BestO hingga ke luar Jawa juga telah memberikan dampak signifikan terhadap sektor sosial dan ekonomi. Pada 2014, d’BestO tercatat mampu mengurangi tingkat pengangguran di Kota Padang, Sumbar.

Bukan hanya itu, d’Besto juga rutin memberikan apresiasi atau penghargaan tahunan kepada para karyawan. Di mana, hal ini dapat memotivasi karyawan agar lebih maksimal dalam pekerjaannya sebagai bagian dari d’Besto.

Baru-baru ini, d’Besto juga menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada para korban Palestina. Menukil dari laman detikFinance, perusahaan telah memberikan dukungan berupa ribuan paket d'Besto kepada peserta aksi kemanusiaan Palestina di Jakarta pada 5 November 2023, 2 Desember 2023, dan 13 Januari 2024. 

Selain itu, pada 13 Desember 2023, telah dilaksanakan penyerahan donasi Ambulance untuk Palestina yang disaksikan langsung oleh perwakilan MUI dan Baznas. Perusahaan juga telah menyelesaikan penyerahan bantuan berupa obat-obatan dan dukungan pendidikan bagi pengungsi Palestina di Turki pada 18 Februari 2024.