Kekaguman Tahir pada Sosok Mediarto

Tahir lantas mengatakan jika Mediarto berperan penting dalam sejarah bisnis impornya. Mediarto, lanjut Tahir, selalu memiliki kesabaran untuk menjawab segala pertanyaan dan mengusulkan ide-ide segar untuk bisnisnya.

“Mediarto selalu menyarankan saya agar mencari komoditas impor lain yang akan menarik pasar. Dia bilang saya tidak harus berkonsentrasi pada barang-barang yang sudah diminati, dan berani mencoba komoditas baru yang akan membuat pasar akhirnya terobsesi,” papar Tahir.

Menurut Tahir, ketika pertama kali berkenalan dengan Mediarto, dirinya sudah merasakan bahwa Mediarto adalah importir yang memiliki kemampuan penginderaan tajam untuk pasar yang menjanjikan. Mediarto, sambung Tahir, memiliki keahlian yang terbukti dalam memilih komoditas yang laku keras untuk diimpor.

“Saya menyukai Mediarto. Saya mengagumi cara berpikirnya dalam berbisnis, kelincahannya, keahlian dan kegigihannya. Bagi saya, dia adalah guru bisnis. Di atas segalanya, ia meminjamkan saya uang atas kemauannya sendiri,” tukas Tahir.

Perlahan-lahan, hubungan pertemanan antara Tahir dan Mediarto pun kian erat. Mereka kerap bertemu di pelabuhan, bepergian bersama ke Singapura dan Hong Kong, menginap di penginapan murah, makan bersama di warung sederhana, dan bertukar cerita hidup masing-masing.

Menurut Tahir, pandangan Mediarto seakan mempertanyakan pilihan bisnisnya kala itu dalam dalam mengimpor komoditas yang tidak begitu penting. Terlebih lagi status Tahir kala itu adalah menantu seorang bankir ternama. Namun, kata Tahir, Mediarto tak pernah sekalipun mempertanyakan hal itu. Mereka berdua saling menghormati provasi masing-masing.

“Secara resmi kami sama sekali tidak terikat kerja sama. Namun, kami bekerja sebagai mitra. Kami menemukan komoditas potensial untuk diimpor. Kami juga kerap berbagi biaya dan menjual komoditas kami bersama. Terkadang saya juga mengimpor barang sendiri,” jelas Tahir.

Baca Juga: Momen Dato Sri Tahir Bergabung ke Keluarga Besar Riady

Jalani Hubungan Persahabatan dan Bisnis Sekaligus

Tahir mengaku, hubungan bisnisnya dengan Mediarto dilakukannya secara informal. Tidak ada dokumen resmi apa pun yang mengikat keduanya. Bahkan, ketika Tahir kekurangan uang tunai, ia pun tak segan meminjamnya ke Mediarto.

“Semuanya berjalan berdasarkan ingatan kami berdua. Kadang saya pinjam uang dari Mediarto, ada kalanya juga dia meminjam uang dari saya. Mediarto selalu menjadi teman yang benar-benar baik,” ujar Tahir.

Seiring waktu, selain kue bulan, Tahir pun mulai mengimpor komoditas lainnya seperti permen, leci, dan sarden kalengan. Kesemuanya adalah makanan yang sedang naik daun saat itu. Menurut Tahir, saat itu orang-orang begitu kagum dengan berbagai produk makanan yang praktis dan lezat. Tak pelak, bisnisnya pun kian baik dan berkembang.

“Makanan kaleng dengan mereka Mitsubishi laku keras di pasaran. Saya pun akhirnya harus menyewa toko di Gang Lebar, di daerah Kota untuk memamerkan produk. Saya menyewa toko berukuran 3 x 6 meter. Itu pun sebenarnya adalah bagian belakangan bangunan tempat tinggal milik sebuah perusahaan logam. Daerah ini pun jadi pusat makanan kaleng, serta makanan dan minuman,” jelas Tahir.

Dikatakan Tahir, toko di Gang Lebar adalah tempat keduanya dalam mengelola bisnis. Setelah mengurus pekerjaan administrasi di kantor pertamanya, tahir pun akan mengunjungi toko di gang Lebar.

“Saya akan duduk di toko dan bertemu agen atau menerima panggilan telepon. Pusat makanan kaleng ini cukup ramai. Itu adalah masa keemasan bagi produk makanan dan minuman kaleng,” ujar Tahir.

Dengan meningkatnya penjualan, penghasilan Tahir pun secara signifikan juga meningkat. Ia pun dapat melunasi pinjaman uang dari Wiryono secara bertahap. Lambat laun, kantor pertama Tahir yang berada di Jl. Pintu Besar Selatan tidak lagi memadai untuk menampung bisnisnya yang semakin aktif. Ia pun akhirnya memutuskan pindah ke Jl. Pinangsia Timur dan menyewa ruko di sebelah kantor Mediarto.

“Saya pikir, karena dekat dengan kantor Mediarto, kami dapat dengan mudah membicarakan bisnis kami bersama. Karena saat itu kami berdua telah memulai kerja sama untuk impor sejumlah komoditas,” tandas Tahir.