Dalam sejarah pengusaha besar Indonesia, nama Ciputra tak hanya dikenal karena kesuksesan bisnis propertinya. Kisah hidupnya bukan hanya inspiratif, tapi juga sarat pelajaran bagi siapa pun yang tengah berjuang di usia produktif.

Sejak usia muda, Ciputra telah merasakan pahitnya kehidupan. Tekanan ekonomi dan keterbatasan finansial bukanlah hal asing baginya. Namun, dibalik sepatu yang sudah usang dan uang saku yang serba pas-pasan, tumbuh sebuah mimpi yang tak bisa dihentikan oleh kesulitan apa pun. Mimpi itu ia pelihara dengan keras kepala dan tekadnya tak goyah oleh keadaan.

Pergi Merantau ke Gorontalo

Keputusan untuk merantau ke Gorontalo menjadi titik awal dari perjuangan besar dalam hidupnya. Ia tidak hanya membawa semangat, tapi juga dendam terhadap masa lalu yang pahit, dendam yang tidak merusak, melainkan membangun. Dendam itu menjadi bahan bakar untuk membuktikan bahwa masa depan bisa diubah oleh kekuatan tekad.

Baca Juga: Kisah Ciputra Tinggalkan Kebun demi Bersekolah

Ciputra tidak melawan orang-orang yang pernah menjatuhkannya. Ia memilih jalur berbeda, yakni melawan keterbatasan diri, memimpin dirinya sendiri, dan melampaui standar yang biasa. Baginya, keberhasilan bukan soal menumpuk kekayaan semata, tapi soal harga diri dan martabat. Ia ingin berada dalam posisi yang bisa memberi, bukan meminta.

Salah satu pilar penting dalam hidup Ciputra adalah ajaran dari sang ayah. Sang Papa menanamkan nilai bahwa pencapaian hidup dan prestasi adalah sesuatu yang wajib diperjuangkan. Bukan untuk pamer, tapi sebagai cermin dari kerja keras dan ketangguhan mental. Dalam keluarga, budaya mencapai sesuatu yang istimewa menjadi semacam keharusan moral.

Ayah Ciputra mencontohkan prinsip itu dengan konsistensi. Ia bukan hanya mengembangkan usaha kecil miliknya, tetapi juga menjadikan keberhasilan sebagai sarana untuk menolong sesama. 

Ia menabung, membesarkan usaha, dan menggunakan hasilnya untuk memberi kembali kepada masyarakat. Dari situlah Ciputra belajar bahwa prestasi bukanlah tujuan akhir, tetapi alat untuk menciptakan dampak positif.

Sejak ayahnya wafat dan ibunya tinggal jauh, Ciputra menyadari bahwa ia harus berdiri sendiri. Dalam kondisi sulit dan usia yang masih muda, ia memutuskan untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Tidak ada pilihan lain selain menjadi motivator internal, seseorang yang bisa mendorong dirinya untuk terus berjuang tanpa harus bergantung pada orang lain.

Di sinilah muncul pelajaran paling penting yang terus ia pegang sepanjang hidup bahwa untuk mencapai keberhasilan, seseorang tidak perlu mengalahkan orang lain. Satu-satunya musuh yang paling sah dikalahkan adalah diri sendiri. Ego, rasa malas, ketakutan, dan keraguan. Semua itu harus ditaklukkan lebih dulu.

Kata-kata sang Papa terus terngiang dalam benaknya, “Untuk meraih itu, kau tak perlu melawan orang lain. Cukup kau taklukkan diri sendiri.” Prinsip ini kemudian menjadi pondasi dari filosofi hidup Ciputra yang dibawanya hingga menjadi salah satu tokoh bisnis paling dihormati di Indonesia.

Jejak Prestasi Ciputra

Semangat yang ditanamkan sejak kecil itu tidak berakhir sebagai mimpi belaka. Setelah menamatkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB), Ciputra mulai mengukir kiprah profesionalnya sebagai arsitek sekaligus pengusaha. Ia turut mendirikan perusahaan besar seperti Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group, konglomerasi bisnis properti yang kini dikenal luas di Indonesia dan mancanegara.

Melalui proyek-proyek besar seperti Taman Impian Jaya Ancol, Kota Wisata Cibubur, hingga Ciputra World, ia tidak hanya membangun fisik kota, tetapi juga membuka lapangan kerja dan memberikan kontribusi sosial yang signifikan. 

Ia dikenal bukan hanya sebagai pengembang properti, tapi juga sebagai pembangun karakter bangsa, lewat yayasan pendidikan dan program kewirausahaan yang diinisiasinya.

Yang paling membedakan Ciputra dari pengusaha lain adalah keinginannya agar sukses itu bisa direplikasi. Ia percaya bahwa setiap anak muda Indonesia punya potensi menjadi wirausaha tangguh jika dibekali dengan keberanian untuk bermimpi dan disiplin untuk bekerja keras. Karena itu, ia mendirikan Universitas Ciputra dengan fokus utama pada pengembangan jiwa entrepreneur.

Kisah Ciputra ini menceritakan tentang keberanian untuk bermimpi lebih besar dari keadaan, dan kerja keras untuk menjadikan mimpi itu nyata. Ia membuktikan bahwa mimpi bukanlah milik mereka yang lahir dari kemapanan, melainkan milik siapa saja yang cukup tekun untuk memperjuangkannya. Semoga menginspirasi kamu ya, Growthmates!