Kepala Badan Pengujian Standar Instrumen Tanaman Industri dan Penyegar (BSIP) Kementerian Pertanian, Evi Savitri Iriani, menyoroti produktivitas kakao Indonesia yang masih jauh dari potensinya. Saat ini, produktivitas kakao Indonesia hanya berkisar 0,5 ton per hektare, jauh di bawah Ghana yang mencapai 1 ton per hektare. Padahal, varietas kakao di Indonesia memiliki potensi hasil hingga 4 ton per hektare.
Evi mengatakan bahwa ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kakao di Indonesia. Untuk meningkatkan produktivitas kakao Indonesia, pemilihan benih harus menjadi perhatian.
“Jadi kalau kita mau meningkatkan produktivitas, paling tidak bisa dimulai dari penggunaan benih unggul dan tidak menggunakan benih-benih sembarangan,” ujar Evi dalam video yang dilansir dari Olenka pada Kamis (17/4/2025).
Baca Juga: Mengenal Proses Pengolahan Biji Kakao
Menurut Evi, masih ada petani Kakao yang menggunakan benih sembarang atau biji kakao hasil panen yang dibenihkan sendiri. Kakao merupakan tanaman yang menyerbuk silang, sehingga kualitas tanaman benih tersebut belum tentu sama dengan induknya.
Selain pemilihan benih, Evi menyebutkan bahwa pentingnya penerapan sistem budidaya yang baik (good agricultural process) yang sesuai dengan standar. Ia menduga, ada sebagian dari sistem budidaya kakao Indonesia yang belum mengikuti standar operasional prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian ataupun lembaga independen lainnya.
“Kalau kita mengikuti SOP yang ada, paling tidak produktivitas itu akan meningkat dengan baik,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Evi menyoroti proses panen dan pascapanen yang juga menjadi titik lemah dalam rantai produksi kakao di Indonesia. Minimnya penggunaan alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam proses panen dan pengolahan biji kakao dinilai berdampak pada tingginya tingkat kehilangan hasil dan rendahnya kualitas kakao.
“Ke depan kita juga harus mencari alat panen yang baik, kemudian bagaimana mengumpulkan dan mengolah biji kakao yang sudah dipanen tersebut sehingga hasilnya meningkat, losses berkurang, dan kualitas tetap terjaga,” kata Evi.
Evi berharap dengan pengaplikasian cara-cara tersebut, Indonesia bisa dan mampu bersaing dengan Ghana dari sisi produktivitas dan kualitas produk kakao yang dihasilkan.