Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) mengaku dirinya belum memikirkan kelanjutan karier politiknya setelah dipecat PDI Perjuangan. Dia mengatakan saat ini belum berpikir untuk berparpol lagi.
Adapun Jokowi digadang-gadang bergabung ke Golkar atau Gerindra setelah status keanggotaannya di PDI Perjuangan mulai diketahui publik. Kedua partai besar ini juga telah menyatakan sikap secara terbuka, mereka siap menampung dan memberi tempat kepada Jokowi.
Baca Juga: Langkah Politik Jokowi Terbaca: Condong Gabung Golkar Ketimbang Gerindra
"(Rencana masuk partai) Belum,” kata Jokowi kata Jokowi ditemui di kediaman pribadinya di Sumber, Banjarsari, Solo dilansir Selasa (11/12/2024).
Eks Wali Kota Solo dan Gubernur Jakarta itu mengaku dirinya memang sudah menjalin komunikasi dengan Golkar, namun itu tidak berkaitan dengan isu bergabungnya dengan parpol tersebut.
Dia mengatakan komunikasi mereka hanya membahas soal dirinya yang hendak diangkat menjadi anggota kehormatan di partai berlambang pohon Beringin itu.
"Komunikasi ada, tapi belum (jadi anggota kehormatan Golkar),” bebernya.
Condong Gabung Golkar
Sementara itu Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam menilai Presiden ke-7 RI Joko Widodo lebih berpeluang gabung Golkar ketimbang Gerindra.
Dia menyebut peluang besar Jokowi gabung partai politik berlambang pohon Beringin itu terkonfirmasi dari berbagai peristiwa politik belakangan ini. Bahkan dia menyebut Jokowi dan Gibran sebetulnya telah lama gabung Golkar namun itu tertunda karena berbagai alasan sehingga upaya 'meng-kuningkan' Jokowi molor sampai sekarang.
Baca Juga: Golkar atau Gerindra, Kemana Jokowi Bakal Berlabuh?
"Indikasi politik yang menguat selama ini mengarah ke Golkar," kata Umam.
Umam melanjutkan indikasi Jokowi condong gabung Golkar ketimbang Gerindra bisa dilihat dari peristiwa pergantian Ketua Umum partai tersebut dimana Ketum yang sebelumnya dijabat Airlangga Hartarto secara tiba-tiba diganti oleh Bahlil Lahadahlia. Umum menilai ini merupakan bagian dari operasi untuk memuluskan langkah Jokowi dan Gibran menuju pintu masuk Golkar.
"(Peristiwa pergantian Ketum Golkar) diyakini sebagai bagian dari operasi cipta kondisi untuk menyiapkan landasan agar Jokowi dan Gibran bisa segera landing secara mulus di bawah naungan beringin," bebernya.
Umum menilai ada beberapa faksi di internal Golkar yang memang menginginkan kehadiran Jokowi dan Gibran ke dalam partai tersebut, kendati begitu dia meminta Jokowi waspada, kekuatan politiknya gampang dipecah jika dirinya memboyong keluarganya bergabung ke Golkar, sebaiknya kekuatan Jokowi di sebar ke berbagai partai politik.
“Strategi terbaik adalah menyebar, supaya spektrum kekuatan lebih terdiaspora dan bisa dikonsolidasikan untuk agenda kepentingan yang lebih besar," ujar dia.
Baca Juga: Krisis Kepercayaan Jadi Pemicu Rendahnya Partisipasi Pilkada Serentak 2024
Demi menggalang kekuatan politik seperti ini, Umam berpendapat akan lebih baik Jokowi memilih bergabung Gerindra dan Gibran di Golkar. Namun dia mengatakan apabila salah satu dari mereka memilih gabung Gerindra maka peristiwa itu seolah menjawab isu tukar guling kekuasaan yang sempat santer beredar beberapa waktu lalu.
"Jika Gibran akhirnya yang ke Golkar, maka wajar jika Jokowi mulai memikirkan langkah ke Gerindra. Jika spekulasi ini benar, seolah mengkonfirmasi isu lama tentang 'tukar guling kekuasaan' tahun lalu yang mengisukan bahwa dukungan kepada Prabowo dalam suksesi kepresidenan akan berbalas dengan penyerahan tampuk kepemimpinan Gerindra pada Jokowi. Wallahua'lam," jelasnya.