Perjalanan pun ditempuh menggunakan kapal laut selama tujuh hari. Mereka tidur di dek kapal dan makan seadanya. Tapi semua itu sebanding dengan kegembiraan yang menanti di Ibu Kota.
Tiba di Jakarta, matanya terpaku. Ia takjub menyaksikan gedung-gedung tinggi, hiruk-pikuk kota, dan Stadion Ikada tempat PON digelar. Bersama Alex, ia tampil habis-habisan meski akhirnya hanya mencapai babak final. Ia mengakui, para pelari dari Jawa lebih tangguh, namun pengalaman itu sendiri sudah merupakan kemenangan.
Baca Juga: Ketika Kelamnya Hidup Ubah Ciputra Remaja Jadi Dewasa
Tak hanya bertanding, para kontingen juga mendapat undangan istimewa untuk berkunjung ke Istana Merdeka dan bertemu langsung dengan Presiden Soekarno.
“Saya sampai susah bicara, saking senangnya,” kata Ciputra, menggambarkan momen emosional tersebut. Ia bahkan masih ingat sensasi mencicipi Coca-Cola untuk pertama kalinya malam itu.
Sepulang dari Jakarta, Ciputra tak pulang dengan rasa kalah. Justru, ia merasa hidupnya telah melangkah jauh. Ia percaya bahwa prestasi bisa menjadi pintu menuju masa depan.
Baca Juga: Kisah Ciputra Tinggalkan Kebun demi Bersekolah
“Itu menyiratkan sinyal bahwa saya bisa melompat jauh karena prestasi. Dan itu kian mengobarkan semangat saya,” ujarnya.
Kisah masa muda Ciputra menjadi bukti bahwa tekad, kerja keras, dan keberanian untuk keluar dari zona nyaman bisa membuka peluang besar, bahkan di tengah keterbatasan. Jejaknya dari Parigi, Gorontalo, ke Manado hingga Jakarta bukan sekadar perjalanan fisik, tapi perjalanan menuju impian yang akhirnya ia wujudkan dengan megah.