PT Bank Central Asia Tbk (BCA) merupakan salah satu bank swasta terbesar di Indonesia yang didirikan pada 21 Februari 1957. Meski demikian, BCA pernah mengalami momen sulit, tepatnya pada tahun 1998.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, menyatakan bahwa tahun 1998 merupakan tahun yang paling berat. Adanya faktor politik dan keresahan masyarakat di masa itu membuat BCA terdesak.

“Paling berat itu tahun 98, ya karena faktor politik, faktor keresahan masyarakat, maka kita sempet di-rush,” ujarnya, dilansir dari Olenka pada Jumat, 25 Oktober 2024.

Baca Juga: Jahja Setiaatmadja Ungkap Strategi BCA Beri Kemudahan dan Kenyamanan ke Nasabah

Meskipun demikian, Jahja tetap bersyukur karena di tahun tersebut BCA memiliki jumlah nasabah yang sangat banyak. Selain itu, tidak ada deposan yang jumlahnya besar yang akan menyulitkan BCA jika nilai yang keluar dalam jumlah yang besar.

“Tapi kita bersyukur karena waktu itu pun nasabah kita besar sekali, tidak ada deposan-deposan kakap yang sangat besar, itu capek, kalau-kalau yang keluar langsung jumlah besar,” lanjutnya.

Jahja menyebutkan bahwa saat itu, BCA masih bisa dikelola dengan baik. Bahkan, dengan fundamental yang dimiliki BCA, dalam beberapa bulan saja BCA dapat mendapatkan kepercayaan masyarakat. 

“Jadi waktu itu kita bisa manage dan dalam beberapa bulan karena fundamental kita bagus langsung kita bisa meyakinkan masyarakat dan mereka kembali mempunyai trust,” tambah Jahja.

Jahja menambahkan, bisnis bank merupakan merupakan bisnis kepercayaan. Itu sebabnya BCA harus bisa meyakinkan dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.