5. The Complete Works Karya William Shakespeare
Salinan karya lengkap Shakespeare adalah salah satu dari sedikit buku yang dapat diakses Mandela ketika dipenjara di Pulau Robben. Dikenal sebagai “Alkitab Pulau Robben,” buku itu diselundupkan dan diedarkan di antara para narapidana, yang menuliskan nama mereka di pinggirnya.
Mandela pun menulis kalimat berikutnya di buku ini: “Pengecut mati berkali-kali sebelum kematiannya/Orang yang gagah berani tidak pernah merasakan kematian kecuali satu kali saja”.
6. Red Star Over China Karya Edgar Snow
Dalam Red Star Over China karya Edgar Snow yang brilian, Mandela melihat bahwa tekad dan pemikiran non-tradisional Mao-lah yang membawanya menuju kemenangan.
7. The Grapes of Wrath Karya John Steinbeck
Diakui Mandela, dirinya membaca banyak novel Amerika, dan terutama mengingat The Grapes of Wrath karya John Steinbeck, di mana ia menemukan banyak kesamaan antara penderitaan para pekerja migran dalam novel tersebut dan buruh tani di Afrika Selatan.
8. War and Peace Karya Leo Tolstoy
Menurut Mandela, satu buku yang sering ia baca kembali adalah karya besar Tolstoy, War and Peace. Ia mengaku terpesona dengan potret Jenderal Kutuzov, yang dianggap remeh oleh semua orang di istana Rusia.
Dalam buku itu, Kutuzov mengalahkan Napoleon justru karena dia tak terpengaruh oleh nilai-nilai istana yang bersifat fana dan dangkal, dan mengambil keputusan berdasarkan pemahaman mendalam tentang orang-orang dan rakyatnya. Hal ini pun mengingatkannya bahwa untuk benar-benar memimpin suatu masyarakat, seseorang juga harus benar-benar mengenal mereka.
Nah, itulah beberapa buku favorit Nelson Mandela yang menemani dan menginspirasi perjalanan hidupnya. Ada buku favoritmu juga, Growthmates?