Growthmates, dalam hal pemimpin dunia, Nelson Mandela dianggap sebagai salah satu pemimpin paling berjasa bagi Afrika Selatan. Pria yang meninggal pada usia 95 tahun ini juga menjadi salah satu tokoh raksasa yang mengglobal pada zamannya.
Namanya tak lepas dari perjuangannya melawan sistem apartheid, yaitu politik diskriminasi warna kulit yang dahulu diterapkan oleh Afrika Selatan antara keturunan dari Eropa (kulit putih) terhadap penduduk kulit berwarna.Tak cuma itu, Mandela pun berhasil membuat Afrika Selatan menjadi kekuatan ekonomi utama di Benua Afrika. Pasalnya, dengan dihapusnya politik berdasarkan warna kulit tersebut maka masyarakat asli Afrika Selatan bisa memperoleh pekerjaan yang sebelumnya hanya diperbolehkan untuk warga kulit putih.
Nobel Perdamaian pun menjadi salah satu bagian dari profil Nelson Mandela. Di tahun 1993, Mandela dan Presiden apartheid terakhir Afrika Selatan, Frederik Willem de Klerk, bersama-sama dianugerahi hadiah Nobel Perdamaian terkait perjuangan mereka menghapus sistem apartheid. Lalu, melalui pemilu pertama pada 27 April 1994, Nelson Mandela terpilih menjadi presiden kulit hitam pertama mulai dari 10 Mei 1994 di usia 77 tahun.
Menjabat hingga Juni 1999, Mandela bekerja untuk mewujudkan peralihan dari aturan minoritas dan apartheid menjadi aturan mayoritas kulit hitam. Ia juga mendukung rekonsiliasi antara orang kulit hitam dan putih melalui olahraga rugby yang membuatnya mendapat penghargaan Order of Merit di tahun 1995. Di tahun 1996, Mandela menandatangi konstitusi baru untuk negara. Ia membentuk pemerintahan pusat yang kuat berdasarkan aturan mayoritas serta menjamin hak-hak minoritas dan kebebasan berekspresi.
Sifat Nelson Mandela yang memperjuangkan hak-hak orang banyak dan kepemimpinannya yang tak dilandasi keserakahan ini membuat namanya harum hingga kini. Meskipun diprovokasi, dia tak pernah menjawab rasisme dengan rasisme. Hidupnya adalah inspirasi bagi semua orang yang ditindas dan kepada semua orang yang menentang penindasan dan perampasan.
Nah, Growthmates, di balik sikap kritis dan kecerdasan seorang Nelson Mandela, nyatanya ia memiliki daftar buku bacaan favorit yang menjadi acuannya dalam mengembangkan pikirannya, lho. Lalu, apa sajakah buku favorit Nelson Mandela yang menjadi inspirasinya dalam menjalankan peran sebagai seorang aktivis kemanusiaan, politisi, filantrop sekaligus presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan sejak 1994-1999?
Melansir laman radicalreads, Rabu (7/2/2024), berikut Olenka ulas 8 daftar buku favorit Nelson Mandela yang bisa kamu jjadikan referensi bacaan di tahun ini. Yuk, simak!
1. The Revolt Karya Menachem Begin
Buku “The Revolt” karya Menachem Begin jadi salah satu bacaan favorit Nelson Mandela. Menurutnya, dengan membaca buku ini, ia terdorong oleh fakta bahwa pemimpin Israel telah memimpin pasukan gerilya di negara yang tak memiliki gunung atau hutan, situasi yang mirip dengan negara kelahirannya.
2. On War Karya Carl von Clausewitz
Buku selanjutnya yang jadi favorit Nelson Mandela adalah “On War” karya Carl von Clausewitz”. Menurutnya inti buku ini bahwa perang adalah kelanjutan diplomasi dengan cara lain, sesuai dengan naluri Mandela sendiri.
3. The Conservationist Karya Nadine Gordimer
Nelson Mandela mengaku, dirinya membaca semua novel Nadine Gordimer dan belajar banyak tentang kepekaan liberal kulit putih.
4. The Collected Works Karya Karl Marx and Friedrich Engels
Diakui Mandela, lewat buku “The Collected Works” ini, meskipun dirinya terdorong oleh Manifesto Komunis, ia kelelahan karena Das Kapital. Namun, ia mendapati dirinya sendiri sangat tertarik pada gagasan masyarakat tanpa kelas, yang menurutnya mirip dengan budaya tradisional Afrika di mana kehidupan dibagi dan bersifat komunal.
“Saya menganut diktum dasar Marx, yang memiliki kesederhanaan dan kemurahan hati Aturan Emas: Dari masing-masing orang sesuai dengan kemampuannya; kepada masing-masing menurut kebutuhannya,” tutur Mandela.
5. The Complete Works Karya William Shakespeare
Salinan karya lengkap Shakespeare adalah salah satu dari sedikit buku yang dapat diakses Mandela ketika dipenjara di Pulau Robben. Dikenal sebagai “Alkitab Pulau Robben,” buku itu diselundupkan dan diedarkan di antara para narapidana, yang menuliskan nama mereka di pinggirnya.
Mandela pun menulis kalimat berikutnya di buku ini: “Pengecut mati berkali-kali sebelum kematiannya/Orang yang gagah berani tidak pernah merasakan kematian kecuali satu kali saja”.
6. Red Star Over China Karya Edgar Snow
Dalam Red Star Over China karya Edgar Snow yang brilian, Mandela melihat bahwa tekad dan pemikiran non-tradisional Mao-lah yang membawanya menuju kemenangan.
7. The Grapes of Wrath Karya John Steinbeck
Diakui Mandela, dirinya membaca banyak novel Amerika, dan terutama mengingat The Grapes of Wrath karya John Steinbeck, di mana ia menemukan banyak kesamaan antara penderitaan para pekerja migran dalam novel tersebut dan buruh tani di Afrika Selatan.
8. War and Peace Karya Leo Tolstoy
Menurut Mandela, satu buku yang sering ia baca kembali adalah karya besar Tolstoy, War and Peace. Ia mengaku terpesona dengan potret Jenderal Kutuzov, yang dianggap remeh oleh semua orang di istana Rusia.
Dalam buku itu, Kutuzov mengalahkan Napoleon justru karena dia tak terpengaruh oleh nilai-nilai istana yang bersifat fana dan dangkal, dan mengambil keputusan berdasarkan pemahaman mendalam tentang orang-orang dan rakyatnya. Hal ini pun mengingatkannya bahwa untuk benar-benar memimpin suatu masyarakat, seseorang juga harus benar-benar mengenal mereka.
Nah, itulah beberapa buku favorit Nelson Mandela yang menemani dan menginspirasi perjalanan hidupnya. Ada buku favoritmu juga, Growthmates?