Siapa sangka, air minum dalam kemasan yang begitu lekat dengan keseharian masyarakat Indonesia berawal dari sebuah langkah berani seorang visioner, mendiang Tirto Utomo.
Melalui AQUA, ia bukan hanya menghadirkan air minum yang praktis dan higienis, tetapi juga menciptakan kebiasaan baru yang hingga kini menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari sekadar melepas dahaga hingga kebutuhan memasak di rumah.
Ada cerita menarik dalam perjalanan karier Tirto Utomo. Siapa sangka, ia hampir pernah menjadi calon Bos Pertamina lho, Growthmates! Namun, tekadnya justru cukup kuat untuk merintis usaha air minum dalam kemasan yang kini sukses menjadi brand legendaris di Tanah Air.
Berikut ini Olenka rangkum dari pelbagai sumber, Sabtu (16/8/2025), untuk mengenal lebih lanjut sosok mendiang Tirto Utomo dan perjalanan kariernya hingga menjadi pengusaha sukses.
Baca Juga: Mengenal Sosok dan Perjalanan Karier Tony Wenas. dari Musisi hingga Jadi Bos Tambang
Profil dan Latar Pendidikan
Pemilik nama asli Kwa Sien Biauw ini lahir pada 9 Maret 1930 di Wonosobo, Jawa Tengah. Tirto Utomo merupakan anak dari pasangan Kwa Liang Tjoan dan Tjan Thong Nio yang dulu dikenal sebagai pengusaha di sektor peternakan sapi perah.
Berasal dari keluarga pengusaha, Tirto juga memiliki latar pendidikan yang gemilang. Ia menempuh pendidikan dasar di Wonosobo, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Magelang karena di kota asalnya masih belum ada SMP.
Perjalanan akademiknya berlanjut ke HBS di Semarang, yakni sekolah setingkat SMA pada masa kolonial Belanda, dan kemudian dilanjutkan di SMAK St. Albertus, Malang.
Setelah menamatkan pendidikan menengah, Tirto kuliah di Universitas Gadjah Mada selama dua tahun, sebelum akhirnya pindah dan melanjutkan studinya di Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Selama menjadi mahasiswa di Jakarta, ia sudah mulai aktif bekerja sebagai Pimpinan Redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna. Sebelumnya, saat masih menjadi mahasiswa di UGM, ia juga sudah bekerja sebagai wartawan Jawa Pos.
Namun pada tahun 1959, ia diberhentikan dari posisinya di Sin Po. Kondisi ini sempat membuat keuangan keluarganya goyah, tetapi justru menjadi dorongan bagi Tirto untuk menuntaskan kuliahnya hingga lulus di Fakultas Hukum UI.
Awal Karier di Pertamina
Setelah menyelesaikan pendidikan tingginya, Tirto Utomo mencari peruntungan dengan bekerja di Perusahaan Minyak Nasional (Permina), yakni perusahaan yang menjadi cikal bakal Pertamina.
Selama berkarier di perusahaan minyak tersebut, pria keturunan Tionghoa ini menunjukkan ketekunan dan potensi yang gemilang. Hingga akhirnya, Tirto diberi kepercayaan untuk menempati posisi Deputy Head Legal and Foreign Marketing.
Dengan segudang pengalaman serta peluang besar yang nyaris membawanya menjadi calon bos Pertamina, Tirto justru mengambil keputusan berbeda. Ia memilih pensiun dini di usia 48 tahun untuk menekuni jalan sebagai pengusaha, yang kelak melahirkan salah satu produk air minum dalam kemasan paling legendaris di Indonesia.
Baca Juga: Mengenal Sosok Prasetyo Hadi, Menteri Sekretaris Negara di Kabinet Merah Putih
Karier Jadi Pendiri AQUA
AQUA lahir berkat kerja sama Tirto Utomo dengan adik iparnya, Slamet Utomo. Dengan modal Rp150 juta, keduanya mendirikan pabrik pertama di Bekasi pada 1973 lewat PT Golden Mississippi.
Pabrik seluas 7.110 meter persegi itu mempekerjakan 38 orang, dan dari sanalah mereka menggali sumur untuk produksi. Setelah lebih dari setahun merintis usaha dengan penuh kerja keras, botol pertama AQUA akhirnya resmi diluncurkan pada 1 Oktober 1974.
Pada tahun 1982, Aqua mengganti bahan baku yang semula berasal dari sumur bor ke mata air pegunungan yang mengalir sendiri (self-flowing spring) karena dianggap mengandung komposisi mineral alami yang kaya nutrisi seperti kalsium, magnesium, potasium, zat besi, dan sodium.
Salah satu pelanggan awal AQUA adalah kontraktor pembangunan jalan tol Jagorawi, Hyundai. Para insinyur asal Korea Selatan ini membawa kebiasaan minum air mineral, yang kemudian menular kepada para pekerja lokal. Dari kebiasaan sederhana itulah, masyarakat Indonesia perlahan mulai menerima kehadiran air minum dalam kemasan.
Adapun alasan di balik Tirto merintis bisnis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) lantaran suatu peristiwa yang sempat ditemuinya saat bekerja di Pertamina. Ketika itu, ia menjabat sebagai Deputy Head Legal and Foreign Marketing Permina dan tengah mempersiapkan rapat bersama perwakilan sebuah perusahaan asal Amerika Serikat di Jakarta.
Namun, rapat tersebut nyaris batal karena istri dari wakil perusahaan tersebut mendadak sakit perut. Belakangan diketahui, hal itu disebabkan karena ia tidak terbiasa mengonsumsi air sumur yang direbus. Peristiwa ini kemudian menjadi titik balik bagi Tirto untuk menghadirkan solusi berupa air minum kemasan yang higienis, steril, dan praktis untuk dikonsumsi.
Baca Juga: Mengenal Sosok Hashim Djojohadikusumo, Pengusaha Sukses Adik Presiden Prabowo Subianto
AQUA, merek air minum yang dirintis oleh Tirto bersama adik iparnya, akhirnya mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia. Namun, perjalanan bisnis ini tidak selalu mulus. Pada tahun 1978, perusahaan sempat berada di ambang kebangkrutan karena penjualan tersendat, membuat Tirto harus terus menutupi biaya produksi dengan dana pribadinya.
Dalam situasi sulit tersebut, Tirto memutuskan untuk menaikkan harga jual AQUA hampir tiga kali lipat. Keputusan berani itu ternyata berhasil, bahkan mampu mendongkrak omzet PT Golden Mississippi secara signifikan.
Tirto sendiri menutup usahanya pada tahun 1994, dan setelah itu pengelolaan AQUA dilanjutkan oleh keluarganya. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 1996, kepemilikan mayoritas beralih ke Danone, perusahaan asal Prancis. Kini, keluarga Tirto hanya memegang sekitar 26 persen saham AQUA.
Tirto Utomo berpulang pada 16 Maret 1994 dan dimakamkan di pemakaman Tionghoa yang terletak tak jauh dari Hotel Kresna, Wonosobo. Semasa hidupnya, ia mendampingi istrinya, Kwee Gwat Kien (dikenal juga sebagai Lisa Utomo), putri seorang bankir senior di The Javasche Bank, yang kini bernama Bank Indonesia. Kisah pertemuan Tirto dan Lisa sendiri bermula dari keterlibatan mereka dalam organisasi pergerakan pemuda Tionghoa bernama Cung Lien Hui ketika masih duduk di bangku sekolah.