Cuci Tangan: Kebiasaan Kecil, Dampak Besar
Salah satu edukasi utama program ini adalah kebiasaan mencuci tangan pakai sabun dengan benar.
Mita menekankan bahwa fokus utamanya bukan pada jumlah sabun yang digunakan, melainkan konsistensi dan tekniknya.
“Yang paling penting adalah mencuci tangan pakai sabun. Banyak yang masih cuci tangan pakai air saja dan buru-buru. Padahal sabun antibakteri penting untuk membunuh kuman. Jumlah sabun tergantung ukuran tangan, tapi pembiasaan itu yang utama,” jelas Mita.
Untuk membantu anak-anak mengingat enam langkah cuci tangan, kata Mita, NUVO juga menyediakan poster edukasi di wastafel sekolah.
“Poster ini jadi contekan visual supaya anak-anak terbiasa. Lama-lama mereka akan hafal sendiri,” tambahnya.
Kemudian, Dion juga mengakui tantangan mengajarkan teknik cuci tangan ke anak-anak.
“Biasanya yang paling sering di-skip itu gerakan memutar ibu jari. Sama kayak di rumah, anak saya juga sering skip bagian itu. Tapi yang penting mereka terbiasa cuci tangan pakai sabun minimal 30 detik,” tuturnya sambil tertawa.
Pemerintah juga mengambil peran aktif. Catur Budi Santoso, selaku Analis Kebijakan Ahli Muda Direktorat Sekolah Menengah Pertama, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI, menegaskan bahwa kebiasaan mencuci tangan dapat mencegah berbagai penyakit dan harus menjadi bagian dari budaya sekolah.
“Dengan cuci tangan, banyak masalah kesehatan bisa diatasi. Kami melalui kementerian sudah mengawal gerakan ini dengan surat edaran ke sekolah-sekolah, agar pembiasaan PHBS dilakukan setiap hari,” terang Catur.
Ia menambahkan, kebiasaan ini bisa terbentuk melalui keteladanan guru dan orang tua, dukungan teman sebaya, dan aksi nyata di lapangan.
“Kalau guru dan orang tua memberi contoh, anak-anak akan meniru. Kalau teman saling mengingatkan, itu jauh lebih efektif,” tegasnya.
Menjadi Pahlawan Cuci Tangan
Menjelang Hari Cuci Tangan Sedunia yang jatuh pada 15 Oktober, Zainal kembali mengingatkan pentingnya kolaborasi lintas pihak.
“Masalah sanitasi tidak bisa diselesaikan satu pihak saja. Kita perlu bekerja bersama. Temanya tahun ini sangat sederhana: mari menjadi pahlawan cuci tangan,” katanya.
Menurut Zainal, kebiasaan mencuci tangan dapat menurunkan angka diare hingga 30% dan ISPA hingga 20%, dua penyakit utama penyebab ketidakhadiran anak di sekolah.
“Jadi, mari kita dorong kebiasaan cuci tangan, di rumah, sekolah, dan lingkungan sekitar,” paparnya.
Kemudian, Dion Wiyoko pun berharap edukasi PHBS ini menjadi kebiasaan jangka panjang.
“Saya ingin anak-anak tidak hanya menerapkan ini di sekolah, tapi juga menularkan ke keluarga dan teman-temannya,” ujarnya.
Terakhir, Mita pun berharap, semakin banyak orang tua, guru, dan anak-anak yang sadar pentingnya cuci tangan dan kebiasaan hidup sehat.
"Dengan begitu, kita bisa wujudkan generasi bersih-sehat yang berani main di luar dan bebas bereksplorasi," tandasnya.
Baca Juga: WINGS dan UNICEF Bangun Toilet Inklusif, Dukung #GenerasiBersihSehat di Sekolah