Sementara itu, Ayoe Sutomo M. Psi, selaku Psikolog, mengatakan, diskriminasi berbasis gender dapat terjadi pada siapa saja di lingkungan sosial, mulai dari lingkungan kerja hingga lingkungan terkecil yaitu keluarga.

Ayoe menuturkan, contoh diskriminasi yang umum terjadi adalah, misalnya masih adanya budaya patriarki dimana laki-laki mempunyai kekuasaan lebih dibanding perempuan, kesenjangan pendidikan dan perlindungan hukum antara laki-laki dan perempuan, hingga tidak seimbangnya pembagian tugas dan kekerasan dalam rumah tangga.

Oleh karena itu, lanjut Ayoe, untuk menghindari diskriminasi gender, penting bagi setiap perempuan untuk memiliki mindset perempuan mampu untuk berdaya.

“Hal tersebut dapat diawali dengan mulai mencari dan melihat sekecil apapun potensi diri yang dimiliki oleh perempuan, dimulai dari keterampilan sederhana dalam keseharian, yang jika diasah dengan baik dan serius bisa saja menjadi sesuatu yang bernilai,” beber Ayoe.

Ayoe juga mengatakan, mendukung hal di atas, perempuan dirasa perlu untuk memiliki kemampuan dalam mengelola keuangan baik pribadi maupun rumah tangga. Hal di atas diharapkan dapat memperkecil kerentanan perempuan terhadap disktiminasi dan kekerasan.

Terkait dengan kekerasan domestik, lanjut Ayoe, perempuan juga perlu mendapatkan perasaan aman untuk berani menyampaikan atau melapor jika merasa khawatir mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Perasaan aman dapat hadir salah satunya dari dukungan keluarga atau orang terdekat yang dapat dipercaya.

“Mintalah bantuan dari teman dan kerabat, tidak perlu ditutup-tutupi, dan segera laporkan dan konsultasikan ke Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Selain itu, untuk memutus mata rantai diskriminasi dan kekerasan domestik, penting bagi perempuan yang sudah memiliki anak untuk mengusahakan pendidikan terbaik serta memberikan penanaman nilai yang tepat terkait kesetaraan gender kepada anak agar mereka dapat menjadi perempuan yang berdaya untuk dapat berkontribusi lebih banyak dalam memberdayakan generasi selanjutnya,” ungkap Ayoe.

Upaya Unicharm dalam Mendukung Perempuan

Di kesempatan yang sama, Sri Haryani Sales Director sebagai perwakilan dari Unicharm mengatakan, Unicharm sendiri mempunyai visi untuk menjadi perusahaan No. 1 yang selalu dicintai oleh seluruh wanita di Indonesia.

“Selain itu, kami juga memiliki misi untuk mewujudkan masyarakat simbiosis = social inclusion, yaitu masyarakat sejahtera dimana masyarakat di seluruh dunia dapat hidup dengan setara dan bebas dari ketidaknyamanan, saling menghormati individualitas, saling merangkul dengan kebaikan, saling mendukung, dan terhubung satu sama lain. Lingkungan dimana manusia dapat hidup berdampingan dengan alam dan hewan peliharaan. Hingga saat ini kami telah melakukan berbagai kegiatan Perusahaan baik di dalam maupun luar untuk mencapai tujuan tersebut,” beber Sri.

Sebagai contoh, lanjut Sri, Unicharm memberikan kesempatan yang sama bagi karyawan laki-laki dan perempuan untuk mengembangkan karirnya. Menurutnya, lebih dari 50% karyawan Unicharm adalah perempuan. Dan di luar Perusahaan, Unicharm telah melakukan kegiatan untuk mempromosikan kegiatan-kegiatan yang peduli terhadap kesehatan perempuan.

“Dan di hari ini, dengan memberikan pendidikan kesetaraan gender kepada kurang lebih 100 ibu rumah tangga, kami berharap agar perempuan Indonesia dapat bergerak bersama mulai dari diri sendiri bersama lingkungan sekitar, sehingga dapat mendorong terciptanya kesetaraan dan keadilan gender di masyarakat,” tukas Sri.

“Ke depan, kami akan terus menyediakan produk dan layanan yang terbaik dan pertama yang memberikan kenyamanan dan kegembiraan, guna berkontribusi pada terwujudnya masyarakat simbiosis dimana semua orang dapat terus bersinar melalui kemandirian dan gotong royong,” pungkas Sri.

Baca Juga: Bulan Peduli Kanker Payudara: ‘Ayo SADARI Setelah Menstruasi’ Sangat Penting untuk Tingkatkan Peluang Kesembuhan