Film horor Malam 3 Yasinan menghadirkan teror yang tidak semata lahir dari makhluk gaib, melainkan dari dosa, kesalahan, dan konflik keluarga yang dipendam bertahun-tahun. Diproduksi oleh Alkimia Production bersama Helroad Films, film ini mempertanyakan kembali makna peribahasa Jawa mikul dhuwur mendhem jero yang artinya menjaga kehormatan dengan mengubur aib, yang dalam cerita justru berbalik menjadi sumber horor.

Film karya sutradara Yannie Sukarya ini diperkenalkan melalui press screening, press conference, dan gala premiere di XXI Epicentrum, Minggu (21/12/2025). Sejumlah nama terlibat sebagai produser, antara lain Wulan Guritno, Amanda Gratiana Soekasah, Janna Soekasah Joesoef, dan Helfi Kardit. 

Baca Juga: Film Suka Duka Tawa: Debut Aco Tenriyagelli Olah Luka Keluarga Lewat Komedi

Deretan pemeran film ini melibatkan Shaloom Razade, Farhan Rasyid, Hamish Daud, Yasmine Aqeela, Baim Wong, serta Izabel Jahja, selain para produser yang turut tampil sebagai pemeran.

Berlatar keluarga konglomerat pemilik pabrik gula pada era 1980-an, Malam 3 Yasinan menggambarkan potret keluarga terpandang yang tampak sempurna dari luar, tetapi menyimpan keserakahan, konflik, dan trauma yang diwariskan antargenerasi. 

Baca Juga: Junji Ito: Rumah Misteri Bawa Pengalaman Horor Imersif dan Eksplorasi Kegelapan Karya Seniman Jepang ke Jakarta

Lapisan-lapisan rahasia yang ditutupi demi menjaga nama baik keluarga menjadi benih teror yang perlahan menghancurkan relasi di dalamnya.

Yannie Sukarya menegaskan, sejak awal film ini dibangun dari filosofi Jawa yang lekat dengan budaya keluarga Indonesia. “Pesannya sudah tertera sejak awal, mikul dhuwur mendhem jero. Ini filosofi yang dipegang banyak masyarakat, terutama di era 1980-an. Kami tidak mengatakan itu salah, tetapi tidak selalu benar. Obsesi terhadap kesempurnaan hingga mengorbankan segalanya justru bisa merugikan,” ujarnya.

Dalam film ini, horor diposisikan sebagai simbol luka yang tidak pernah diselesaikan. Yannie menjelaskan bahwa teror yang muncul merepresentasikan dosa dan kesalahan yang dikubur terlalu dalam.

Baca Juga: Julie Estelle: Dari Horor ke Action, Begini Perjalanan Kariernya di Dunia Film

“Horor di sini menyimbolkan bagaimana kesalahan yang dipendam dapat berubah menjadi teror bagi orang-orang yang terlibat. Karena itu, dramanya juga kuat,” katanya.

Pendekatan tersebut menjadi alasan Alkimia Production memilih genre horor sebagai medium bercerita. Wulan Guritno menekankan bahwa horor bukan tujuan akhir film ini.

“Bukan soal genrenya, tapi apa pesan yang ingin disampaikan. Film harus menghibur, tetapi kami juga ingin ada sesuatu yang tertinggal bagi penonton,” ujarnya.

Baca Juga: The Dark House: Menerobos Batas Horor Konvensional dengan Cerita Lintas Zaman

Hal senada disampaikan Amanda Gratiana Soekasah. Menurutnya, film ini dirancang agar penonton membawa pulang ruang refleksi.

“Kami ingin penonton bisa berefleksi pada diri sendiri. Banyak karakter di film ini yang dekat dengan realitas keluarga kita,” katanya.

Nilai mikul dhuwur mendhem jero yang diterapkan secara kaku dalam cerita menjadi pemicu teror antargenerasi. Karakter Laila, yang diperankan Wulan Guritno, digambarkan sebagai sosok orang tua yang memaksakan kehendak atas nama keluarga.

Baca Juga: Nantikan Film Horor Fantasi Palari Film 'Monster Pabrik Rambut', Produksi 3 Negara

“Laila mewakili keserakahan dan pemaksaan kehendak terhadap anak. Di situ terlihat bagaimana tekanan dalam keluarga bisa menghambat perkembangan anak,” ujar Wulan.

Ia menambahkan, setiap tokoh dalam film merepresentasikan sisi negatif tertentu beserta konsekuensinya.

“Setiap karakter memperlihatkan akibat dari pilihan-pilihan yang tidak sehat dalam keluarga,” katanya.

Melalui Malam 3 Yasinan, para pembuat film mengajak penonton meninjau ulang makna menjaga kehormatan keluarga. Ketika konflik terus ditekan demi citra sempurna, yang tersisa bukan ketenangan, melainkan luka yang diwariskan dan menunggu waktu untuk muncul kembali—dalam film ini, sebagai teror yang menghantui seluruh anggota keluarga.

Film Malam 3 Yasinan dijadwalkan tayang di bioskop Indonesia mulai 8 Januari 2026. Jangan lupa saksikan!