Alasan Emas Diburu

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dalam beberapa waktu terakhir memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat. Ketidakpastian ekonomi yang melanda membuat banyak warga mencari cara aman untuk menjaga nilai aset mereka.

Salah satu langkah yang kini banyak diambil adalah dengan membeli emas batangan. Emas dianggap sebagai instrumen investasi yang paling stabil, terutama saat nilai tukar rupiah mengalami tekanan.

Salah satu masyarakat yang turut ‘berburu’ emas ini adalah Jeny Rukmantara. Ibu rumah tangga asal Bogor ini mengaku tujuannya membeli emas di store Galeri24 J-Store Kantor Pos Bogor, Jawa Barat, adalah untuk menambah portofolio aset dan investasi jangka panjang.

Apalagi menurutnya, harga emas yang akhir-akhir ini cenderung naik signifikan turut menjadi pendorong tingginya minat pembelian.

Jeny juga menilai, kondisi ekonomi saat ini tidak stabil, dan untuk pilihan aset, dirinya menyatakan bahwa emas batangan merupakan produk investasi yang mempunyai stabilitas harga jual.

"Lihat di berita, kondisi pasar juga perkembangannya saat ini gak stabil, dan paling stabil ini emas. Makanya saya pilih investasi di emas," tutur Jeny, kepada Olenka, Selasa (15/4/2025).

Jeny pun tak menampik bahwa tingginya antusiasme masyarakat seperti dirinya untuk membeli emas juga dipengaruhi oleh fenomena Fear of Missing Out (FOMO). Menurutnya, banyak orang membeli emas karena takut ketinggalan, terutama saat harga emas mulai naik.

Respons Pengamat

Terkait fenomena FOMO emas tersebut, Perencana Keuangan, Andy Nugroho, pun berpendapat bahwa FOMO tersebut bisa dibilang sebagai FOMO yang positif.

Pasalnya, kata dia, tindakan FOMO membeli emas itu merupakan respons masyarakat atas gejolak perdagangan global yang berdampak pada Indonesia sehingga membuat nilai Rupiah melemah dan harga emas melejit.

"Kalau dibilang FOMO yah bisa jadi FOMO. Tapi ini FOMO yang positif,” ucapnya, dikutip dari Kompas.com.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Airlangga (Unair), Gigih Prihantono, menilai bahwa fenomena yang terjadi saat ini bisa dilihat sebagai bentuk respons masyarakat terhadap kondisi perekonomian yang sedang tidak pasti.

"Secara teori, kalau ekonomi sedang turun maka masyarakat akan mencari aset. Emas adalah salah satunya. Harga emas memang berbanding terbalik dengan kondisi ekonomi. Kalau perekonomian naik, harga emas cenderung turun, begitu juga sebaliknya," tutur Gigih, sebagaimana dikutip dari detikJatim.

Lebih lanjut, Gigih pun mengingatkan bahwa semua bentuk investasi pasti memiliki risiko. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami profil risiko masing-masing.

"Jangan hanya tergiur hasil tinggi, tapi juga harus tahu risikonya. Kalau mau melindungi nilai kekayaan, memang bisa ke emas," sarannya.

Jenis Emas yang Paling Ideal untuk Investasi

Menurut Pengamat Ekonomi dan Investasi, Anthony Budiawan, saat ini, emas adalah pilihan terbaik untuk investasi.

"(Investasi emas) lebih aman dari fluktuasi harga," bebernya, dikutip dari Kompas.com.

Adapun kata dia, jenis emas yang paling cocok digunakan sebagai instrumen investasi adalah emas batangan atau emas koin daripada emas perhiasan.

Ia juga menyarankan agar masyarakat membeli emas batangan dalam ukuran kecil agar lebih mudah dicairkan saat butuh dana darurat.

“Emas batangan yang akan diinvestasikan juga sebaiknya dibeli dalam gramasi lebih kecil seperti di bawah 25 gram. Hal ini supaya mudah mencairkannya sewaktu-waktu,” bebernya.

Sarankan Pembelian Secara Online

Sebagaimana kita ketahui, saat ini emas masih akan menjadi primadona di tengah ketidakpastian ekonomi global, karena selain likuid, emas juga tahan terhadap inflasi untuk menjaga nilai kekayaan.

Namun tidak semua pembeli berhasil membawa pulang emas. Sebagian dari mereka harus kecewa karena stok emas dijual terbatas. Butik kebanyakan hanya membatasi penjualan gift series untuk 10 s.d 50 orang per hari.

Supervisor Antam, Gus Khoyik, menuturkan, tingginya antusiasme masyarakat tak pelak membuat stok emas yang tersedia sangat terbatas, hanya dalam ukuran 0,5 gram dan 1 gram saja.

Bahkan kata dia, pembelian pun dibatasi hanya untuk 10 nomor antrean pertama, dengan maksimal pembelian dua keping emas per orang.

Terkait hal itu, Gus Khoyik pun menyarankan, bagi masyarakat yang tetap ingin mendapatkan emas Antam tanpa harus datang dan mengantre di lokasi, untuk memanfaatkan mekanisme pembelian secara online.

"Untuk pembelian secara online, mekanismenya bisa langsung mengikuti petunjuk yang sudah tersedia di website resmi kami,” tuturnya, dikutip dari Merdeka.com.

Baca Juga: Bank Emas Pegadaian Salurkan Pinjaman Modal Kerja Emas untuk PT Lotus Lingga Pratama