Ada cerita bersejarah di balik perjalanan Ciputra meniti raksasa bisnisnya di bidang properti. Salah satunya saat hendak membangun Mal Citraland di kawasan yang dulu banyak ditakuti oleh masyarakat hingga disebut-sebut sebagai kawasan hitam, Grogol. 

Dalam kisahnya, Pak Ci tak menampik sempat timbul keraguan saat hendak membangun pusat perbelanjaan dan hotel di Grogol. Semua orang tahu, Grogol dulu dianggap sebagai kawasan sarang kejahatan, banyak preman, dan menjadi tempat berkumpulnya orang-orang yang gemar membuat keributan. Grogol memiliki imej sebagai kawasan menakutkan bagi masyarakat. 

“Lantas, siapa yang akan mau datang ke Grogol untuk masuk ke mal?” ujar Ciputra seperti dikutip Olenka, Sabtu (26/7/2025).

Baca Juga: Kisah Ciputra Membangun Citraland Sambil Mencetak Pemimpin Tangguh dari Keluarga

Namun, Pak Ci percaya dengan visi berbeda yang ia bawa. Menurutnya, dengan kehadiran sebuah mal dan hotel yang menarik, aura gelap kawasan ini bisa berkurang atau bahkan berganti—Grogol tak lagi jadi kawasan menakutkan. 

Pertimbangan lain, lanjut Pak Ci, kawasan ini relatif dekat dengan bandara. Kehadiran hotel di sana tentu akan menyedot pengunjung yang datang. Terlebih, saat itu ia telah mempelajari betul perencanaan pembangunan di kawasan Grogol 

“Saya tahu bahwa di sekitar Grogol akan banyak dibangun perumahan dan berbagai fasilitasnya. Berita itu sudah kuat dan pasti. Walau wujud perumahan itu belum ada, saya merasa sudah mantap untuk segera membangun mal,” tuturnya percaya diri.

Tak ingin menunggu lama, Pak Ci pun bergegas mengerahkan para manajer, Antonius Tanan dan Artadinata Djangkar, untuk melakukan riset dan mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner. 

Dari hasil survei yang dilakukan, tanggapan yang diterima pun tak jauh berbeda dengan sebelumnya. Banyak yang menganggap bahwa kebutuhan akan mal di kawasan Grogol masih rendah. 

Saat itu, masyarakat merasa Slipi Jaya Plaza yang berukuran sedang sudah cukup memenuhi kebutuhan belanja. Padahal, mal yang akan dibangun Pak Ci direncanakan empat kali lebih besar dari Slipi Jaya. Sayangnya, hasil kuesioner justru menunjukkan keraguan besar. Banyak orang pesimis dan tidak yakin proyek mal tersebut akan berhasil.

“Tim kami sempat tak percaya diri. Saya tertawa. Saya suntikkan energi keberanian lagi pada mereka. Setengah berkelakar saya katakan, "Hei anak-anak muda, kalian tahu, feasibility study itu hanya diperlukan untuk minta kredit ke bank, dan untuk orang-orang yang tak percaya diri,” cerita Pak Ci.

“Kalian tahu, Ancol dulu hancur lebur kalau ditinjau dari feasibility dari sudut mana pun. Siapa percaya Ancol hutan rawa dulu bisa jadi Ancol sekarang? Dulu ada perusahaan terkenal dari Amerika pernah mengatakan proyek Ancol tidak feasible. Tapi saya jalan terus. Ternyata berhasil. Kalian harus memercayai sesuatu yang lebih penting daripada feasibility study berdasarkan data survei. Apa itu? Visi kalian ke depan. Keyakinan. Tekad. Saya yakin sejuta persen, Grogol akan lebih bright dengan adanya mal, dan masyarakat akan berbondong-bondong ke mal kita. Percayalah,” tambahnya.

Baca Juga: Citraland Surabaya: Kawasan Kaum The Haves, Lahir dari Keyakinan Ciputra yang Dirawat di Atas Lahan Kering Kerontang

Motivasi yang diberikan Pak Ci saat itu berhasil membuat tim kembali bersemangat. Meski diiringi dengan keraguan dan cemoohan, pembangunan Mal Citraland di Grogol pun mulai berjalan. Saat itu, banyak orang mengatakan, pusat perbelanjaan tersebut akan sepi bagai kuburan karena tak ada tenant yang mau menyewa toko di sana.

Namun, Pak Ci dan tim seolah tutup kuping dan tetap optimis dengan hasil terbaik yang akan diperoleh. Benar saja, setelah pembangunan selesai dan mal mulai beroperasi, Mal Citraland justru penuh disewa tenant dari brand-brand besar dan menarik banyak pengunjung berdatangan setiap harinya. 

“Keraguan itu tumbang. Dan benar dugaan saya. Kawasan Grogol berangsur bright karena pengaruh ramainya masyarakat yang berdatangan ke mal. Kemudian setelah kawasan di sekitar Grogol diwarnai permukiman yang baru dibangun, tambah ramailah Mal Citraland. Segalanya memang akan terjawab oleh waktu. Yang penting visi ke depan harus tajam dan mantap,” imbuhnya.

Keberhasilan Mal Citraland Grogol menjadi titik tolak yang membuat PT Ciputra Harapan Indah (CHI) semakin percaya diri untuk mengembangkan pusat perbelanjaan di wilayah lain. Setelah Grogol, Pak Ci dan tim membangun mal dan hotel di Semarang, lalu memperluas ekspansi ke berbagai daerah lainnya.

Salah satu proyek besar yang berhasil dijalankan saat itu adalah Citra Raya di Tangerang, di bawah naungan PT Ciputra Residence. Proyek ini langsung mencuri perhatian karena konsep tampilannya yang unik dan berbeda dari kawasan hunian lainnya. Bahkan, Citra Raya disebut sebagai proyek spektakuler karena berhasil mengantongi izin pengembangan lahan seluas 2.760 hektare.

Baca Juga: Kisah Lahirnya BSD City dan Peran Menantu Ciputra yang Bercahaya

“Itu bukan main luasnya. Kami membangun gerbang raksasa yang megah, dan itu kemudian ditiru oleh banyak real estat lain,” tukasnya.

Grup perusahaan yang diawali dari PT Citra Habitat Indonesia terus berkembang berkat semangat juang generasi mudanya. Setelah sukses membangun Citra Garden 1 di Cengkareng, mereka melanjutkan proyek ke Citra Garden 2 dan mulai menggarap berbagai proyek secara paralel di awal 1990-an, termasuk Mal dan Hotel Citraland di Grogol dan Semarang, serta Citraland Surabaya.

Setiap anggota tim yang tak lain adalah anak dan menantu Pak Ci memegang peran penting. Rina dan Junita fokus mengembangkan proyek Citra Garden, Candra dan Cakra menangani pembangunan mal, sementara Harun dan Budiarsa terlibat di Citraland Surabaya dan proyek BSD. Meski banyak tantangan dan keraguan dari berbagai pihak, mereka tetap melangkah dengan keyakinan bahwa semua proyek akan bersinar di masa depan.