Dalam rangka merayakan ulang tahun ke-6, Kopi Nu Sae mempersembahkan sebuah gebrakan baru bagi dunia kopi Indonesia. Bertempat di gerai Kopi Nu Sae Air Mancur, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (26/7/2025), brand kopi lokal ini untuk pertama kalinya menggelar Liga Latte Art 2025 yang diikuti oleh puluhan barista dari berbagai daerah.
Acara ini dibuka langsung oleh Erma Rosa Ergandia, Founder sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Kopi Nu Sae, dengan semangat dan rasa syukur atas perjalanan bisnisnya selama enam tahun terakhir. Dalam sambutannya, Erma menyampaikan harapannya agar kegiatan ini bisa menjadi ajang yang membuka lebih banyak ruang keterlibatan publik.
“Alhamdulillah, hari ini kita bisa berkumpul di sini dalam semangat merayakan ulang tahun ke-6 Kopi Nu Sae. Ini adalah event Liga Latte Art perdana yang kami selenggarakan. Kami berharap, acara ini bisa menjadi langkah awal agar Kopi Nu Sae lebih dikenal, tidak hanya di Bogor, tapi juga di wilayah Jabodetabek bahkan nasional,” papar Erma.
Sebanyak 24 barista dari berbagai daerah, mulai dari Jabodetabek hingga Makassar, bersaing menunjukkan kreativitas dalam menuang susu di atas kopi espresso dengan teknik dan estetika tinggi. Tak sekadar lomba, Liga Latte Art 2025 menjadi ajang silaturahmi dan pengembangan potensi barista lokal.
Dengan total hadiah Rp15 juta, para peserta memperebutkan tiga posisi juara, yakni Juara 1 sebesar Rp7,5 juta, Juara 2 sebesar Rp5 juta, dan Juara 3 sebesar Rp2,5 juta.
Adapun, penjurian kompetisi Latte Art ini dilakukan oleh tiga juri kawakan di dunia latte art nasional dan internasional, diantaranya Roby Firlian, Fujianto, serta Joost Rolland.
Ajang Pembuktian Barista Lokal Bertalenta
Setelah melewati babak demi babak yang menegangkan dan penuh ketelitian, akhirnya tiga nama keluar sebagai pemenang Liga Latte Art 2025 Kopi Nu Sae, yakni Sutan Pasha yang berhasil meraih Juara 1, memukau juri dengan teknik presisi dan desain orisinal yang ia hadirkan.
Kemudian, Muhammad Topan menyabet Juara 2, berkat kombinasi kontras warna tajam dan detail visual yang konsisten. Dan, Agung Kusuma tampil stabil dan mengesankan dengan teknik pouring yang halus dan desain yang rapi, membawanya meraih posisi Juara 3.Ketiga pemenang ini menjadi representasi nyata dari kematangan dan daya saing barista lokal dalam kancah seni latte art Indonesia, baik secara estetika maupun teknis.
Salah satu juri, Robby Firlian, yang merupakan Juara Pertama Indonesia Latte Art Championship 2018 dan peringkat 8 dunia di World Latte Art Championship 2019, mengatakan bahwa dalam kompetisi latte art, penilaian juri tidak hanya menitikberatkan pada tampilan estetika, tetapi juga aspek teknis dan orisinalitas. Robby menjelaskan bahwa terdapat beberapa kriteria utama dalam penilaian.
“Yang dinilai antara lain kualitas foam, kontras warna antara kopi dan susu, kesamaan antara satu gambar dengan gambar lainnya (identical), tingkat kesulitan desain, dan yang tak kalah penting adalah ide atau desain yang original, yang belum pernah dibuat sebelumnya,” jelasnya.
Juri selanjutnya, Fujianto, yang menyandang gelar Juara Indonesia Latte Art Championship 2023 dan peringkat 10 dunia dalam World Latte Art Championshipdi tahun yang sama, melihat kompetisi ini sebagai peluang penting untuk pengembangan diri para barista.
“Evaluasi yang didapat dari liga ini sangat besar. Bisa jadi langkah awal untuk masuk ke ajang nasional,” ujar Fujianto, yang juga aktif sebagai pelatih di Roemah Koffie Academy dan Kakagear Indonesia.
Kemudian, Joost Rolland, juri Liga Latte Art 2025 yang juga Runner up Indonesia Latte ArtChampionship 2025 dan 1st Indonesia Latte Art Championship 2025 Jakarta League, serta mewakili Kakagear Indonesia, mengatakan bahwa di tengah maraknya pertumbuhan industri kedai kopi di Indonesia, ia berharap agar para barista muda tetap menjaga semangat untuk terus berkembang.
Joost menyadari bahwa tak semua tempat kerja memberikan dukungan penuh terhadap proses belajar dan latihan, namun hal itu tak seharusnya menjadi hambatan.
“Semoga barista-barista di Indonesia ini gak bosen untuk latihan, dan jangan berhenti mengasah kemampuan. Meski kadang ada kedai yang enggak terlalu support. Tapi, coba aja cari-cari jalan sendiri untuk latihan,” saran Joost.
Baca Juga: Cerita di Balik Pemilihan Nama Kopi Nu Sae