Industri Komunal Olahan Nanas atau IKON resmi diluncurkan sebagai inisiatif pengolahan buah berbasis pemberdayaan masyarakat pada 26 November 2025 di Desa Cirangkong, Kecamatan Cijambe, Subang, Jawa Barat. Acara peresmian ini memperkenalkan pabrik pengolahan pertama Dompet Dhuafa di sektor food processing yang dirancang untuk mengubah komoditas nanas menjadi produk bernilai tambah. Peluncuran IKON menghadirkan jajaran Dompet Dhuafa, pemerintah daerah, mitra industri, serta masyarakat Cirangkong yang selama ini terlibat dalam pendampingan.

Dompet Dhuafa mulai mengembangkan kawasan Cirangkong sejak 2013. Lembaga ini membeli lahan seluas 10 hektar untuk program wakaf produktif yang digunakan sebagai kebun nanas dan peternakan domba. Program ini berkembang menjadi penguatan petani nanas melalui pendampingan, pelatihan, akses modal, dan penyediaan lahan. Upaya ini kemudian melahirkan pabrik pengolahan buah IKON yang memproses nanas menjadi selai dan ekstrak.

Baca Juga: Mengenal Proses Pengolahan Biji Kakao

Baca Juga: Peluncuran Resmi Rumah Kreatif Perkebunan Indonesia (RKPI) di Acara Batik City Run 2025

Baca Juga: SeaBank Indonesia dan Women’s World Banking Dukung Peluncuran UMKM Pintar

IKON beroperasi dengan skema kepemilikan komunal. Sebanyak 97 persen saham dimiliki masyarakat penerima manfaat, sedangkan sisanya dimiliki Dompet Dhuafa untuk memastikan keberlanjutan pengawasan. Masyarakat berperan sebagai petani, pekerja, sekaligus pemegang saham. Mereka akan menerima dividen sesuai kinerja pabrik.

Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini, dalam sambutannya mengatakan bahwa program ini memberi akses usaha, membuka lapangan kerja, memperbaiki layanan dasar, dan menyediakan modal usaha bergulir bagi petani. Ia menegaskan bahwa tujuan besarnya adalah membangun sinergi pertanian dengan industri pengolahan agar kawasan Cirangkong memiliki model ekonomi terpadu yang berkelanjutan.

“Kepemilikan masyarakat terhadap pabrik ini akan membawa keberlanjutan ekonomi bagi generasi berikutnya. Kerja sama menjadi contoh model filantropi yang berdampak langsung bagi warga” ujar Rahmad Riyadi, Pembina Dompet Dhuafa dalam sambutannya, Rabu (16/11).

Dalam sambutannya, Kepala Dinas Pertanian Subang, Bambang mengatakan bahwa nilai hasil pertanian bisa meningkat hingga 300 persen setelah diolah di IKON. Ia berharap kerja sama Dompet Dhuafa dan masyarakat Cirangkong membuat petani kembali bergairah mengembangkan kebun nanas.

“Pemerintah Jawa Barat mendukung penuh model industri komunal ini. Program ini membantu ekonomi lokal tumbuh lebih kuat, juga mendorong kemandirian pangan di Jawa Barat. Saya berharap fasilitas ini membawa manfaat bagi petani Subang dan masyarakat sekitar" kata Sumasna, Asisten Daerah Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Jawa Barat.

Proses produksi berlangsung setiap hari mengikuti pesanan pasar. Nanas dikupas lalu dipisahkan menjadi sari dan cake. Sari diolah menjadi ekstrak jus. Cake menjadi selai. Kulit nanas dimanfaatkan sebagai pupuk organik sehingga tidak ada limbah yang terbuang. Kapasitas pabrik mencapai 10 ton per hari dengan penjualan ke industri yang membutuhkan selai, pasta, atau konsentrat.

Dari sisi pasar, Ahmad Juwaini menjelaskan bahwa pemasaran saat ini masih berfokus pada pabrik dalam negeri. Namun Dompet Dhuafa sudah membuka pembicaraan ekspor dengan calon pembeli di Italia. Ia mengatakan bahwa pabrik ini berpotensi mengolah buah selain nanas ketika kebutuhan pasar berubah.

Direktur PT Asia Agrinusa, Tendi Satrio, dalam wawancara mengatakan, "Pabrik ini mempekerjakan sekitar 15 orang di bagian produksi dan memberdayakan sekitar 50 petani. Ada seribu penerima manfaat yang tercatat sebagai pemegang saham. Mereka akan menerima dividen ketika pabrik menghasilkan keuntungan. Model ini memberi prioritas kepada petani binaan sebagai pemasok utama bahan baku."

Petani nanas yang terlibat merasakan dampak langsung. “Sudah dari tahun 90an jadi petani nanas. Sebelum ada Dompet Dhuafa kita jual ke tengkulak. Tengkulak seenaknya ngasih harga. Pas ada Dompet Dhuafa kita petani jadi bergairah lagi,” ujar seorang petani.

Pekerja harian juga merasakan perubahan ekonomi rumah tangga. Seorang ibu pekerja mengatakan bahwa pekerjaan di IKON memberi penghasilan harian antara seratus lima puluh ribu sampai dua ratus ribu. Ia mengatakan bahwa pekerjaan ini membantu banyak ibu rumah tangga di Cirangkong memiliki pendapatan stabil.

Catatan lapangan menunjukkan bahwa alur pengiriman nanas berjalan sejak pagi. Para petani membawa hasil panen ke pabrik. Proses sortir, pengupasan, pengolahan, hingga pengemasan berlangsung dengan standar kebersihan yang terjaga. Seluruh tahapan melibatkan tenaga kerja lokal yang sudah mengikuti pelatihan operasional mesin.

"Kami fokus memaksimalkan kapasitas produksi dan memperluas pasar. Pabrik ini bisa mengolah berbagai komoditas buah jika kebutuhan berubah" jelas Ahmad Juwaini.

Tendi menambahkan, “Desain pabrik fleksibel. Kami menyiapkan sistem yang mampu menangani berbagai jenis produk olahan buah tanpa menyisakan limbah."

IKON di Cirangkong menjadi contoh bagaimana zakat dan wakaf dapat menggerakkan ekonomi desa. Program ini menghadirkan peluang bagi petani, membuka lapangan kerja, memberi kepemilikan usaha bagi masyarakat, serta memperkuat industri pengolahan buah di Subang. Program ini diharapkan menjadi model pengembangan ekonomi yang dapat diterapkan di banyak daerah lain.