Saat anak tertidur lelap di malam hari, tubuhnya secara alami memproduksi hormon pertumbuhan (growth hormone). Hormon ini berperan penting dalam memperbaiki sel-sel tubuh, memperkuat tulang, membentuk massa otot, dan membangun sistem kekebalan. Inilah alasan mengapa tidur yang berkualitas bukan sekadar rutinitas, melainkan fondasi penting bagi tumbuh kembang anak secara menyeluruh.
Mengutip dari Cleveland Clinic, hormon pertumbuhan adalah hormon utama yang diproduksi kelenjar pituitari dan berperan penting dalam mempercepat pertumbuhan anak. Setelah lempeng tulang menyatu dan tinggi badan tidak bertambah, hormon ini tetap dibutuhkan tubuh untuk menjaga struktur, metabolisme, dan menjaga kadar gula darah tetap stabil.
Dokter spesialis anak, dr. Yuni Astria, Sp.A., menjelaskan, growth hormone atau hormon pertumbuhan diproduksi secara alami saat anak tidur, khususnya pada fase tidur dalam (deep sleep).
“Puncak produksi hormon ini terjadi antara pukul 11 malam hingga 1 dini hari, dengan aktivitas awalnya dimulai sekitar 1,5 hingga 3,5 jam setelah anak mulai tertidur,” ujar dr. Yuni Astria dalam sesi talkshow “GoodKnight: Tidur Nyenyak, Anak Hebat” yang berlangsung di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (15/5/2025).
Baca Juga: Bebas Asap, GoodKnight Jadi Solusi Tidur Anak Nyenyak dan Bebas dari Gangguan Nyamuk
Dengan kata lain, kualitas tidur malam yang baik sangat penting agar tubuh dapat memproduksi hormon pertumbuhan secara optimal.
Lanjut dr. Yuni, hormon pertumbuhan juga memengaruhi kadar TSH (Thyroid Stimulating Hormone). Jika produksi hormon pertumbuhan terganggu, maka TSH juga bisa ikut terganggu. Padahal, TSH ini penting untuk memicu produksi hormon tiroid yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan.
“Bila terjadi gangguan, pertumbuhan anak bisa terhambat, dan anak berisiko memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari seharusnya. Tentu, ada faktor lain juga, tapi ini salah satu yang cukup berkontribusi,” paparnya.
Kualitas tidur juga berpengaruh terhadap sejumlah hormon penting lainnya, termasuk insulin dan leptin. Ketika tidur malam tidak optimal, kadar kedua hormon ini cenderung menurun. Padahal, keduanya memiliki peran penting dalam mengatur metabolisme tubuh, termasuk pada anak-anak.
Oleh karena itu, tidur yang cukup dan berkualitas dapat membantu menjaga metabolisme tetap seimbang, yang pada akhirnya menurunkan risiko anak mengalami obesitas maupun diabetes di masa mendatang.
Tips Menciptakan Tidur Anak Nyenyak
Lanjut dr. Yuni, kualitas tidur sangat memengaruhi kesehatan dan perilaku anak. Anak yang kurang tidur cenderung mudah rewel, sulit fokus saat belajar, dan kehilangan semangat dalam beraktivitas. Tidak hanya itu, kekurangan tidur juga bisa menurunkan daya tahan tubuh anak, membuatnya lebih rentan terserang infeksi seperti flu, batuk, atau gangguan pencernaan.
Baca Juga: Menurut Psikolog, Ini 5 Alasan Kenapa Badan Tetap Lelah Meski Tidur Cukup
Studi menunjukkan, anak-anak yang tidur cukup dan nyenyak mengalami perkembangan kognitif dan fisik yang lebih optimal dibandingkan dengan anak-anak yang mengalami gangguan tidur. Maka dari itu, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman dan bebas gangguan menjadi salah satu langkah penting yang dapat dilakukan orang tua untuk mendukung pertumbuhan anak secara maksimal.
“Sebagai dokter spesialis anak, saya menyarankan orang tua untuk menciptakan ruangan tidur yang nyaman dan bebas gangguan. Salah satu langkah sederhana, namun efektif adalah dengan menggunakan pengusir nyamuk yang nyaman tanpa asap ketika diperlukan agar anak mendapat tidur yang optimal,” ujar dr. Yuni.
Selain itu, hal utama yang penting dilakukan untuk menciptakan tidur nyenyak untuk sang buah hati adalah konsistensi. Konsisten terhadap jadwal tidur dan bangun anak. Usahakan waktunya tidak terlalu berubah-ubah setiap hari, bahkan saat akhir pekan.
“Anak-anak butuh rutinitas yang dapat diprediksi, dan ini membantu mereka merasa lebih aman dan nyaman,” jelas dr. Yuni.
Kemudian, melakukan ritual sebelum tidur yang dapat merangsang kantuk si kecil. Usahakan untuk tidak mengajak anak melakukan aktivitas fisik berlebihan, seperti berlari-lari, atau aktivitas yang terlalu merangsang. Hal-hal seperti itu justru membuat anak kembali aktif dan sulit untuk tenang menjelang tidur.
Tips penting lainnya adalah hindari penggunaan gawai. Studi menunjukkan, memberikan gawai sebelum tidur justru membuat anak sulit mengantuk dan sulit tidur. Ini karena paparan sinar biru dari layar gawai menghambat produksi hormon melatonin, yaitu hormon yang membantu tubuh merasa mengantuk dan akhirnya tertidur.
Baca Juga: Badan Terasa Lelah, tapi Kok Susah Tidur? Apa Penyebabnya?
“Bahkan cahaya lampu pun punya efek yang serupa. Karena itu, sebaiknya lampu kamar dimatikan atau setidaknya diredupkan menjelang tidur,” tuturnya.
Yuni juga mengingatkan untuk menerapkan 4B agar terciptanya kualitas tidur yang baik untuk sang buah hati. Di antaranya adalah bath atau mandi sebelum tidur; brush atau menggosok gigi untuk kesehatan mulut, sekaligus menjadi sinyal bahwa waktu tidur sudah dekat; books atau menceritakan kisah menarik dari buku atau pengalaman; dan bed atau tempat tidur yang nyaman dengan suasana kamar menenangkan.
“Terakhir, ada juga yang disebut dengan “bottle” atau pemberian botol susu sebelum tidur. Namun, perlu diperhatikan bahwa kebiasaan ini sebaiknya tidak berlangsung terlalu lama, karena bisa membawa risiko tertentu, terutama jika anak terbiasa tidur dengan botol dalam mulutnya,” tukasnya.