Dijelaskan dr. RInadewi, area-area berisiko tinggi antara lain meliputi bagian tubuh yang menonjol seperti tumit, sakrum, siku, dan oksipital (belakang kepala), terutama saat pasien dalam posisi miring atau berbaring lama. Selain itu, tekanan, faktor geseran, gesekan, dan kelembapan juga memperburuk kondisi kulit para lansia.
Menurut dr. Rinadewi, ulkus dekubitus dapat dipicu oleh kombinasi beberapa faktor risiko utama, seperti tekanan berkepanjangan di area tubuh yang bersentuhan langsung dengan alas tempat tidur seperti tulang sakrum dan tumit hingga gaya geser yang terjadi saat posisi tempat tidur dinaikkan melebihi 30 derajat, menyebabkan pergeseran lapisan dalam kulit.
Tak kalah penting, gesekan saat memindahkan pasien tanpa perlindungan kulit yang memadai dan kelembapan berlebih akibat urin atau keringat di area tertutup popok juga menjadi pemicu serius yang dapat merusak integritas kulit dan mempercepat terbentuknya luka.
“Dengan pemahaman yang tepat dan tindakan pencegahan yang terukur, kita dapat menurunkan risiko ulkus dekubitus dan meningkatkan kualitas hidup lansia,” tambah dr. Rinadewi.
Dr. Rinadewi pun mengatakan, upaya pencegahan yang direkomendasikan meliputi pengaturan posisi tubuh secara rutin, penggunaan alas tidur yang mendistribusikan tekanan, menjaga kebersihan dan kekeringan kulit, serta edukasi kepada caregiver dan keluarga tentang perawatan kulit lansia.
“Dengan peningkatan angka harapan hidup dan jumlah penduduk lansia, pendekatan multidisipliner sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi seperti ulkus dekubitus yang dapat berdampak besar pada kesehatan dan kesejahteraan para lansia,” tandasnya.
Baca Juga: Penelitian Unicharm dan CRSU FKUI Ungkap Peran Popok Dewasa dalam Cegah Iritasi Kulit Lansia