Ulkus dekubitus atau yang kini lebih dikenal sebagai pressure injury merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang kerap menyerang pasien dengan keterbatasan mobilitas, terutama pada kelompok lanjut usia (lansia). Kondisi ini disebabkan oleh tekanan berkepanjangan, geseran, gesekan, dan kelembapan berlebih pada kulit, terutama di area tubuh yang menonjol atau tertutup popok.
Dalam sebuah pemaparan hasil penelitian kolaboratif, dr. Rinadewi Astriningrum, Sp.D.V.E, Subsp.D.A, FINSDV, perwakilan dari Persatuan Dokter Spesialis Kulit Indonesia (Perdoski) sekaligus anggota tim riset dari Clinical Research Supporting Unit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (CRSU-FKUI), Divisi Dermatologi Geriatri, Departemen Dermatologi dan Venereologi FKUI, mengungkapkan pentingnya memahami dan mencegah ulkus dekubitus, terutama pada populasi lansia yang memiliki keterbatasan gerak.
“Penelitian ini merupakan hasil kolaborasi antara Departemen Dermatologi dan Venereologi FKUI bersama Departemen Neurologi FKUI, yang difasilitasi oleh CRSU dan didukung oleh UNICHARM. Kami mengkaji lebih dalam mengenai kejadian ulkus dekubitus pada pasien lansia, khususnya yang mengalami imobilisasi,” jelas dr. Rinadewi, saat acara konferensi pers dan peluncuran produk baru PT Uni-Charm Indonesia Tbk, Lifree, dengan tema “Good Skin, Good Sleep with Lifree 100% breathable material” di Mandarin Oriental Hotel, Jakarta, Rabu (28/5/2025) lalu.
Selain itu, berdasarkan data Kemenkes pada 2024, sebanyak 11% atau 34 juta penduduk Indonesia adalah lanjut usia yang tergolong menjadi kelompok rentan. Dan, mengingat jumlah tersebut, maka risiko terjadinya ulkus dekubitus menjadi isu penting dalam peningkatan kualitas hidup lansia.
Dipaparkan dr. Rinadewi, penelitian yang dilakukan oleh tim dari Divisi Dermatologi Geriatri FKUI-RSCM menemukan bahwa dari 235 pasien lansia yang dirawat antara tahun 2017 hingga 2019, sebanyak 8% dari kasus yang dikonsultasikan berkaitan dengan ulkus dekubitus.
“Dari hasil penelitian kami, lokasi anatomi terbanyak dari kejadian ulkus dekubitus adalah area sakrum yang juga merupakan area tertutup popok, sebesar 36%, disusul oleh area umum lainnya seperti bokong dan punggung sekitar 22%,” ujar dr. Rinadewi.
Baca Juga: Merawat Lansia, Merawat Bangsa: Seruan Kemenkes di Hari Lanjut Usia Nasional 2025
Dijelaskan dr. RInadewi, area-area berisiko tinggi antara lain meliputi bagian tubuh yang menonjol seperti tumit, sakrum, siku, dan oksipital (belakang kepala), terutama saat pasien dalam posisi miring atau berbaring lama. Selain itu, tekanan, faktor geseran, gesekan, dan kelembapan juga memperburuk kondisi kulit para lansia.
Menurut dr. Rinadewi, ulkus dekubitus dapat dipicu oleh kombinasi beberapa faktor risiko utama, seperti tekanan berkepanjangan di area tubuh yang bersentuhan langsung dengan alas tempat tidur seperti tulang sakrum dan tumit hingga gaya geser yang terjadi saat posisi tempat tidur dinaikkan melebihi 30 derajat, menyebabkan pergeseran lapisan dalam kulit.
Tak kalah penting, gesekan saat memindahkan pasien tanpa perlindungan kulit yang memadai dan kelembapan berlebih akibat urin atau keringat di area tertutup popok juga menjadi pemicu serius yang dapat merusak integritas kulit dan mempercepat terbentuknya luka.
“Dengan pemahaman yang tepat dan tindakan pencegahan yang terukur, kita dapat menurunkan risiko ulkus dekubitus dan meningkatkan kualitas hidup lansia,” tambah dr. Rinadewi.
Dr. Rinadewi pun mengatakan, upaya pencegahan yang direkomendasikan meliputi pengaturan posisi tubuh secara rutin, penggunaan alas tidur yang mendistribusikan tekanan, menjaga kebersihan dan kekeringan kulit, serta edukasi kepada caregiver dan keluarga tentang perawatan kulit lansia.
“Dengan peningkatan angka harapan hidup dan jumlah penduduk lansia, pendekatan multidisipliner sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi seperti ulkus dekubitus yang dapat berdampak besar pada kesehatan dan kesejahteraan para lansia,” tandasnya.
Baca Juga: Penelitian Unicharm dan CRSU FKUI Ungkap Peran Popok Dewasa dalam Cegah Iritasi Kulit Lansia