Key Performance Indicator atau KPI kerap digunakan untuk mengukur keberhasilan organisasi atau perusahaan dalam mencapai tujuan. Umumnya, cara mengukur atau menghitung KPI dengan membagi jumlah hari yang dihadiri karyawan dengan jumlah hasil kerja yang tersedia dalam periode tertentu, dan hasilnya diperoleh dalam bentuk persentase.
Direktur Utama BRI, Sunarso, mengungkap cara mengukur KPI dengan menggunakan metode SLA atau Service Level Agreement. SLA sendiri merupakan kesepakatan dan standar layanan antara penyedia layanan dan pelanggan.
Dicontohkan Sunarso, misalkan saat mengurus proses purchasing order (PO) yang bisa membutuhkan waktu satu minggu. Namun, dengan SLA, prosesnya bisa selesai dalam waktu satu jam saja.
Baca Juga: Dirut BRI Sunarso Ungkap Cara Mengukur Keberhasilan Corporate Culture yang Paling Fair, Seperti Apa?
“Begitu ada PO, dan kemudian prosesnya didigitalkan, maka satu jam selesai. Itu SLA, dan itu bisa di KPI-kan,” ujar Sunarso seperti Olenka kutip, Senin (28/10/2024).
Lanjut Sunarso, menyoal kinerja tim IT yang dulu kerap offline —-satu jam, satu jam setiap harinya— hal tersebut, menurutnya, bisa dievaluasi dengan membuat KPI mengikuti standar industri keuangan.
“di Singapura misalnya, satu tahun industri keuangan hanya boleh offline maksimal 4 jam. Satu industri keuangan offline lebih dari 4 jam setahun, maka ditutup. Karena apa? Tidak layak, berarti ada operational risk yang sangat berbahaya,” tutur Sunarso.
Baca Juga: Sunarso Bicara Soal Optimasi Leadership dan Culture: Sulit Ditiru Bahkan Disalip
Menurut Sunarso, cara tersebut membuat karyawan berlomba untuk tidak pernah offline demi memenuhi KPI yang ditetapkan perusahaan.
“Jadi, kemudian orang akan berlomba-lomba menjaga supaya tidak pernah offline, karena offline akumulasinya dihitung maksimal 4 jam dalam setahun. Itu adalah contoh dari mengkualifikasi unit-unit support di dalam KPI,” imbuhnya.