Meski berbatasan langsung secara geografis, sejumlah negara justru menjalin hubungan yang penuh ketegangan karena saling berseteru. Konflik berkepanjangan, entah karena warisan sejarah, perbedaan ideologi, atau sengketa wilayah, membuat mereka terjebak dalam rivalitas yang tak kunjung padam.

Ketegangan antarnegara bertetangga bukan hanya soal peluru dan pasukan di perbatasan. Konflik ini seringkali merembet ke kehidupan sehari-hari masyarakat sipil, berdampak pada ekonomi, pendidikan, hingga hubungan sosial antarwarga lintas batas.

Bahkan, generasi muda di wilayah konflik kerap tumbuh dalam narasi permusuhan yang diwariskan dari masa lalu, menjadikan perdamaian terasa makin jauh dari jangkauan. Lantas, negara bertetangga mana sajakah yang saling berseteru?

Baca Juga: Daftar Negara Siap Balas Tarif Resiprokal Trump

Merangkum dari berbagai sumber pada Kamis (08/05/2025), berikut ini adalah deretan negara bertetangga yang masih berseteru dan kilas balik pemicunya:

India vs Pakistan

Hubungan India dan Pakistan telah diliputi ketegangan sejak keduanya merdeka dari Inggris pada tahun 1947. Konflik bermula ketika wilayah Jammu dan Kashmir, yang penduduknya mayoritas Muslim, namun dipimpin raja Hindu, memutuskan bergabung dengan India. Keputusan itu memicu kemarahan Pakistan dan menyalakan api perang pertama antara kedua negara.

Sejak saat itu, konflik Kashmir menjadi isu utama yang memisahkan keduanya, bahkan memicu tiga perang besar dan ratusan insiden bersenjata di perbatasan. Hingga kini, wilayah Kashmir tetap menjadi wilayah sengketa, dan meski ada perjanjian gencatan senjata, kontak senjata sporadis masih terus terjadi, menunjukkan betapa rapuhnya perdamaian di kawasan tersebut.

Korea Utara vs Korea Selatan

Perpecahan Semenanjung Korea dimulai setelah Perang Dunia II, saat wilayah tersebut dibagi dua berdasarkan garis ideologis: Utara mengadopsi komunisme dengan dukungan Soviet, sementara Selatan memilih demokrasi dengan sokongan Amerika Serikat.

Baca Juga: 10 Daftar Negara Terbaik Dunia Bagi Pekerja Perempuan di Tahun 2025, Mana Saja?

Ketegangan memuncak ketika Korea Utara melancarkan invasi ke Selatan pada 1950, yang memicu Perang Korea selama tiga tahun. Meskipun pertempuran berhenti melalui gencatan senjata pada 1953, tak pernah ada perjanjian damai resmi yang diteken.

Hingga kini, kedua negara masih secara teknis berada dalam status perang, dan zona demiliterisasi yang memisahkan mereka menjadi salah satu kawasan paling dijaga ketat di dunia. Relasi keduanya kerap naik turun, bergantung pada dinamika politik dan uji coba senjata Korea Utara.

Israel vs Palestina

Konflik antara Israel dan Palestina bermula sejak pembentukan negara Israel pada 1948, yang menyebabkan eksodus besar-besaran rakyat Palestina. Ketegangan terus meningkat seiring ekspansi wilayah Israel dan pendudukan wilayah-wilayah yang diklaim oleh Palestina, termasuk Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Baca Juga: Ini Negara Tetangga yang Paling Diminati para Pekerja Formal Indonesia

Sejumlah perang dan pemberontakan rakyat Palestina, atau intifada, telah mewarnai sejarah panjang konflik ini. Dalam beberapa dekade terakhir, Jalur Gaza menjadi pusat konfrontasi antara militer Israel dan kelompok Hamas. Sejak 2023, eskalasi kekerasan kembali meningkat, dengan serangan udara dan darat yang menimbulkan krisis kemanusiaan akut. Hingga kini, belum ada tanda-tanda solusi damai yang permanen, meski upaya diplomasi terus dilakukan di tingkat internasional.

Rusia vs Ukraina

Selanjutnya, ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Perselisihan keduanya semakin memburuk sejak 2014, ketika Rusia mencaplok wilayah Krimea pasca-pergantian kekuasaan di Kyiv yang lebih pro-Barat.

Langkah tersebut memicu konflik bersenjata di wilayah timur Ukraina, khususnya Donetsk dan Luhansk, yang dihuni kelompok separatis pro-Rusia. Puncaknya terjadi pada Februari 2022, saat Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina.

Baca Juga: Daftar 10 Negara yang Pernah Dipimpin Perempuan

Sejak itu, perang terbuka terus berlangsung dengan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang masif. Meski Ukraina mendapat dukungan internasional, terutama dari negara-negara NATO, perang belum menunjukkan tanda akan segera berakhir. Kedua pihak masih aktif di medan tempur, dengan garis depan yang terus berubah dari waktu ke waktu.

Armenia vs Azerbaijan

Kemudian, konflik antara Armenia dan Azerbaijan yang berkisar pada perebutan wilayah Nagorno-Karabakh, daerah pegunungan yang secara internasional diakui sebagai bagian dari Azerbaijan, tetapi dihuni mayoritas etnis Armenia.

Ketegangan bermula sejak akhir 1980-an ketika Uni Soviet mulai runtuh. Perang besar pecah pada awal 1990-an dan menghasilkan penguasaan wilayah oleh separatis Armenia. Namun, pada 2020, Azerbaijan berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah tersebut melalui serangan militer singkat namun intensif.

Meskipun kedua negara kemudian menyepakati gencatan senjata, hubungan tetap panas. Armenia menghadapi tekanan internal dan eksternal, sementara Azerbaijan memperkuat posisinya di wilayah tersebut dengan dukungan Turki.

Baca Juga: Daftar 10 Negara dengan Jumlah Miliarder Terbanyak Versi Forbes

Tiongkok vs India

Dua kekuatan besar Asia ini terlibat dalam sengketa wilayah yang telah berlangsung sejak Perang Tiongkok-India pada 1962. Konflik tersebut dipicu oleh ketidaksepakatan terhadap batas wilayah di sepanjang Pegunungan Himalaya, terutama di sektor Aksai Chin dan Arunachal Pradesh.

Walaupun tidak pernah terjadi perang skala besar sejak saat itu, ketegangan masih kerap muncul. Salah satu insiden paling mematikan terjadi pada tahun 2020 di Lembah Galwan, yang menyebabkan korban jiwa dari kedua belah pihak meski tanpa tembakan.

Sejak saat itu, kedua negara terus memperkuat kehadiran militer di kawasan sengketa. Diplomasi berjalan lambat, dan hubungan bilateral masih dibayangi rasa saling curiga.

Konflik antara negara-negara bertetangga ini menunjukkan bahwa kedekatan geografis tidak selalu berarti kedekatan politik. Banyak di antaranya lahir dari luka sejarah yang belum benar-benar sembuh, dan diperparah oleh kepentingan geopolitik, identitas nasional, serta perebutan sumber daya.