Dari situ, Tahir menarik sebuah kesimpulan sederhana namun sangat relevan dalam dunia bisnis: "Jika kita ingin menyaingi kecepatan kuda, kita tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan kaki manusia. Kita harus menunggangi kuda itu."
Begitu pula dalam bekerja atau berbisnis. Jika ingin melaju lebih cepat, seseorang tidak bisa berjalan sendiri. Kita butuh "kuda". Dengan kata lain, butuh mitra yang kuat, tangguh, dan mampu membawa kita berlari lebih jauh dan lebih cepat dari kemampuan kita sendiri.
Tahir menyadari, perdagangan di dunia bisnis kian ketat. Ada banyak metode canggih di berbagai bidang bisnis yang menjanjikan kecepatan dan hasil yang memuaskan. Dalam hal ini dibutuhkan mitra yang kuat untuk mencapai prestasi besar. Pertanyaannya, mitra seperti apa yang dibutuhkan?
Melihat kondisi saat ini, Tahir menyadari bahwa kekuatan bisnis utamanya adalah di bidang perbankan yang tentunya membutuhkan tangan dan pikiran orang-orang hebat agar dapat maju.
“Saya memilih mitra yang hebat. Itulah sebabnya saya memilih mitra kelas dunia yang hebat untuk bisnis toko bebas bea saya, seperti Louis Vuitton Moet Hennessy atau LVMH, pemilik merek Louis Vuitton. Saya juga menjalin kemitraan dengan perusahaan asuransi nomor empat dunia, Zurich,” tutur Tahir
Bermitra dengan perusahaan-perusahaan besar, membuat Tahir lebih cepat mencapai target. Bukan hanya dalam berbisnis, strategi ini juga diterapkan Tahir dalam aksi kemanusiaan yang dilakukannya, di mana menggandeng Bill Gates Foundation.
“Begitulah cara saya bekerja. Yang penting saya tahu bahwa saya punya kemampuan untuk bekerja sama dengan mereka. Mereka tidak akan memilih saya atau setuju untuk bertemu dengan saya jika mereka meremehkan saya. Oleh karena itu, bertemu dengan orang-orang hebat adalah salah satu hal yang saya banggakan karena itu berarti saya berhasil menempatkan diri di platform yang membuat orang-orang menghormati saya. Itu adalah latihan untuk membentuk karakter dan harga diri saya. Tidak ada yang salah dengan niat dan kegiatan seperti itu,” imbuhnya.
Bagi Tahir, hal yang paling penting adalah tetap konsisten memegang prinsip tentang kekuatan sebuah platform. Selama memiliki tim kerja yang solid, kondisi keuangan yang sehat, modal yang memadai, dan pemahaman yang cukup tentang aturan main dalam bisnis, Tahir percaya apapun jenis usaha yang dijalankan akan selalu memiliki peluang untuk tumbuh tanpa batas.
“Saat saya menjadi finalis Ernst & Young 2014, para juri bertanya kepada saya, "Bagaimana Anda memposisikan diri di kancah bisnis Indonesia?" Saya jawab, "Jelas. Di era Presiden Soeharto, banyak pengusaha yang bangga karena dilindungi oleh jenderal atau menteri tertentu. Orang bisa pinjam uang di bank pemerintah seperti uang nenek nenek moyang mereka sendiri. Di era saya, tidak ada lagi kemewahan seperti itu. Kita harus bekerja keras dan jujur di dunia yang bebas dan global persaingan,” akunya.
Sukses Branding Jadi Pengusaha Kuat dan Ramah
Setelah satu dekade merintis karier sebagai pengusaha, Tahir menilai bahwa keberhasilannya membangun citra sebagai pengusaha sukses tak lepas dari perjuangannya yang bersih dan transparan.
Tahir memang menjalin hubungan baik dengan politisi, militer, polisi, maupun pejabat pemerintah, namun tidak pernah mencampuradukkan hubungan itu dengan urusan bisnis. Bagi Tahir, segalanya harus jelas. Ia ingin dikenal sebagai seorang taipan yang tidak dikelilingi skandal atau rumor tak berdasar yang meragukan integritas di balik kesuksesannya
“Saya telah membentuk diri saya menjadi seorang pengusaha yang kuat dan ramah, bukan pengusaha yang stres,” kata Tahir.
Lini bisnis yang dijalankan Tahir pun tergolong ramah dan dekat dengan kebutuhan banyak orang — mulai dari perbankan, layanan kesehatan, hingga pendidikan. Ia menyadari bahwa perjalanan yang dilaluinya untuk sampai di titik ini bukanlah proses yang singkat.
Dibandingkan mereka yang menggantungkan diri pada kekuatan orang lain, Tahir memilih untuk berjalan lebih lama, membangun segalanya dengan kekuatan dan usahanya sendiri. Hari ini, ia berdiri kokoh sebagai sosok pengusaha yang mandiri, menjaga martabatnya tetap utuh, dan dikenal sebagai pebisnis yang bersih serta jelas jalannya.
“Untuk mencapai kesempurnaan dalam kesuksesan bisnis kita, nilai-nilai mutlak harus ditanamkan dalam bisnis kita. Itu membutuhkan kualitas hati kita. Kita perlu memiliki niat untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain. Kita harus mengabdikan diri pada semangat memberi untuk mengelola keseimbangan kesuksesan yang ideal. Sepanjang perjalanan hidup saya sebagai seorang pengusaha, tidak pernah sekalipun saya melihat seorang pengusaha amal jatuh. Tidak pernah sekalipun,” tukasnya.