Dengan anggaran yang semakin besar tiap tahunnya, seharusnya semakin banyak penerima bansos. Namun, menurut Esther, hal itu tetap tiidak berpengaruh kepada angka kemiskinan.

"Angka kemiskinan hanya turun sekitar 2 persen. Jadi mau digelontor bansos atau tidak, tetap saja tidak ada penurunan signifikan atas angka kemiskinan," kata Esther. 

Maka dari itu, dia menekankan bansos pada dasarnya merupakan jaring pengaman sosial (social safety net), bukan solusi jangka panjang untuk mengatasi kemiskinan. 

Baca Juga: Wapres Ma'ruf: Bansos Diberikan Tanpa Kewajiban Pilih Paslon Tertentu

Dia pun menilai, pemberian bansos harusnya berbentuk tunai yang diberikan langsung ke penerima tanpa perantara. Skema ini dinilai lebih efektif untuk mendorong daya beli masyarakat ketimbang memberikan dalam bentuk sembako. Apalagi jika teknis pembagian bansos berupa sembako tersebut menimbulkan kerumunan masyarakat yang justru menjadi tidak efektif. 

"Saya berkesimpulan bansos ini bukan solusi jangka panjang, ini kebijakan populis get more voter. Dibandingkan ke negara lain harusnya sistematis jadi besarnya tidak hanya Rp 250 ribu, besarnya sesuai dengan living cost di daerah tersebut, setara UMR," pungkasnya.