Kota Manado menyimpan banyak kenangan manis, tidak sekadar menjadi kota tempat menimba ilmu sewaku duduk di bangku SMA, namun bagi Ciputra, Manado adalah tempat paling spesial, di kota ini maestro properti Indonesia itu menemukan pujaan hatinya, itu adalah pertama kali ia jatuh cinta pada wanita.
Dian Sumeler, wanita cantik itu mampu meluluhkan hatinya, ini adalah cinta pertama sekaligus yang terakhir, Ciputra mencintai dengan sangat hebat, wanita asal Tondano, Sulawesi Utara itu kelak ia peristri.
Pertemuan yang Tak Disengaja
Kisah cinta Ciputra dan mendiang Dian Sumelar bermula dari sebuah pertemuan singkat yang tak direncanakan. Itu terjadi pada suatu malam minggu di Kota Manado. Pertemuan singkat malam itu menggetarkan Ciputra, perasaannya campur aduk, paras cantik Dian membuatnya tak berdaya.
Baca Juga: Jejak Awal Ciputra, dari Anak Kos di Manado hingga Injakkan Kaki Pertama di Istana Negara
“Saya dan Nan berjalan menikmati keriuhan. Tanpa sengaja saya menubruk seseorang karena suasananya agak gelap. Seorang gadis. Berambut ikal, berkulit putih bersinar, dan raut wajahnya... amboi... baru kali itu saya melihat gadis dengan kecantikan yang begitu menggetarkan. Ia sungguh teramat cantik. Sempurna,” kata Ciputra mengenang pertemuan pertama dengan Dian sebagaimana dilansir Olenka.id Senin (16/5/2025).
“Dalam beberapa detik saya terpaku. Gadis itu juga mematung karena terkejut. Mata kami berpandangan. Cahaya bulan jatuh tepat di wajahnya. Saya tak berkedip. Kecantikannya betul-betul mengunci perasaan saya,” lanjutnya.
Singkatnya, insiden kecil itu membuat keduanya saling berkenalan, Ciputra pulang membawa segenggam rasa penasaran pada Dian. Sepanjang malam ia terus memikirkannya. Ciputra benar-benar dibekap pesona Dian.
Di hari-hari berikutnya, Ciputra dan Dian menjadi sering bertemu di tengah kesibukan mereka sebagai pelajar SMA, memang keduanya beda sekolah, namun mereka selalu mencari waktu untuk dihabiskan bersama.
“Begitulah. Kami akhirnya menjadi dekat. Dee menjadi sesuatu yang penting dalam hidup saya. Dia agenda paling utama setelah urusan sekolah,” tuturnya.
“Dee adalah perempuan yang sederhana. Tidak banyak bicara dan sikapnya lemah lembut. Saya harus mengakui kecantikannya melebihi gadis-gadis lain yang saya lihat di Manado. Kedekatan kami akhirnya berbuah resminya hubungan pacaran. Ia tidak menolak saya,” tambahnya.
Seiring berjalannya waktu, hubungan Ciputra dan Dian semakin serius, hingga pada suatu kesempatan Ciputra diajak bertemu dengan keluarga Dian di Tondano, betapa kagetnya ia ketika mendapati kenyataan bahwa benar-benar terbuka menerimanya tanpa menyoal latar belakang ekonomi keluarganya sedang payah ketika itu.
“Sebuah keluarga yang hangat. Orangtua Dee, terutama ibunya, menyambut saya dengan sangat ramah. Ini cukup mengherankan, mengingat mereka tidak tahu latar belakang saya. Bagaimana mereka bisa begitu terbuka menerima saya sedangkan keadaan ekonomi saya dan keluarga saya sebetulnya sangatlah kepayahan,” ujarnya.
Sejak pertemuan dengan keluarga Dian, Ciputra diam-diam berkomitmen untuk membawa hubungan ini ke jenjang yang lebih serius. Dian harus ia peristri suatu saat nanti.
“Bahkan saya berani menciumnya di dalam bioskop! Semenjak itu saya bertekad, Dee harus menjadi istri saya. Tak akan ada wanita lain yang bisa menggesernya,” tegasnya.
Menolak Banyak Cinta
Jauh sebelum bertemu Dian, Ciputra adalah pemuda yang dikenal dengan pergaulannya yang sangat luas, lingkungan pertemanannya menyasar berbagai kelompok masyarakat, itu sebabnya ia juga berkawan dengan sejumlah teman perempuan.
Baca Juga: Ciputra: Prestasi adalah Sumber Harga Diri
“Saya memiliki banyak teman. Apalagi penyebabnya kalau bukan karena saya jago matematika dan prestasi saya di ajang lari. Saya tahu saya tidak ganteng, tapi saya sangat percaya diri dan sangat aktif dalam pergaulan. Saya mau diundang ke berbagai pesta dansa dan berkawan dekat dengan banyak teman wanita,” ujarnya.
Persahabatan dengan teman-teman wanita itu rupanya membuat beberapa diantara mereka jatuh hati, Ciputra sadar betul dengan kondisi itu, namun ia tak bergeming, ia tak mau membalasnya dengan perasaan yang sama.
“Entah apa yang mereka lihat di diri saya, yang pasti beberapa dari mereka secara jelas menunjukkan rasa suka pada saya. Sebegitu sukanya mereka pada saya, tak seorang pun yang saya jadikan kekasih,” ujarnya.
Baca Juga: Jejak Perjuangan Masa Muda Ir. Ciputra: Dari Gorontalo Menuju Jawa Menembus Batas Nasib
Ada banyak alasan yang melatarbelakangi keputusan Ciputra untuk tak membalas cinta dari sahabat-sahabat wanitanya itu, bukan mereka kurang cantik atau menarik di matanya, tetapi Ciputra adalah tipe pria yang berpegang teguh pada komitmen dan ketika itu ia belum siap untuk membangun sebuah komitmen yang perlu ia rawat sekuat tenaga, Ciputra masih ingin menikmati hidupnya dengan bebas.
“Teman-teman wanita saya itu memang cantik-cantik. Tak bisa dipungkiri. Gadis Manado memiliki kulit yang putih bersih dan profil wajah menarik. Tapi entah kenapa hati saya tak tergerak. Belum ada satu pun di antara mereka yang bisa menarik hati saya untuk melangkah lebih jauh,” ucapnya.
“Dalam pikiran saya, bila sudah berani memacari seorang gadis maka saya harus berjuang untuk menjadikannya istri saya. Saya sudah pasti akan berkomitmen untuk mengajaknya ke jenjang pernikahan. Tidak akan mau saya mendekati seorang wanita hanya untuk iseng atau tidak bercita-cita memperistrinya. Saya takut sekali jika saya memilih hanya karena mereka menyukai saya. Saya harus juga mencintai wanita itu dengan hebat,” tutupnya.