Bank Central Asia (BCA) milik Djarum Group menjadi salah satu bank swasta terbesar di Asia saat ini. Membangun sebuah bank swasta besar yang dapat bersaing dengan bank pemerintah adalah keinginan yang telah dicita-citakan para pendirinya sejak awal.
Mochtar Riady sebagai otak di balik pembangunan BCA jauh-jauh hari telah memasang target tinggi, BCA yang ia gagas harus jadi bank besar, minimal bisa menjadi clearing house di luar Bank Indonesia atau second clearing house.
Baca Juga: Wisma BCA Foresta Raih Sertifikat Green Mark Super Low Energy Building Pertama di Indonesia
Namun untuk sampai pada titik itu, butuh kerja keras dan memakan waktu yang lama.
Mula-mula Mochtar Riady berpikir membidik karyawan pabrik rokok untuk menjadi nasabah BCA, maklum sebelum membangun bank itu, keluarga Mochtar Riady telah sukses membangun pabrik Rokok Djarum.
“Ini adalah sasaran saya. Untuk bisa terwujudnya Bank Central Asia menjadi clearing house ini, pertama-tama adalah kita harus mampu, harus bisa merangkul semua pabrik-pabrik rokok ini menjadi nasabah kita,” kata Mochtar Riady ditulis Olenka.id Jumat (11/10/2024).
Sayangnya nasabah bank dari karyawan pabrik rokok tak begitu berefek. BCA masih tetap berkutat di bank papan tengah dan belum bisa menggapai apa yang telah dicita-citakan, menjadi bank clearing house.
Sapai pada suatu hari pada 1975 Mochtar Riady melakukan sebuah perjalanan bisnis ke Hongkong. Entah sudah ditakdirkan atau hanya kebetulan semata, dalam penerbangan itu, ia duduk persis di sebelah Liem Sioe Liong yang saat itu amat tersohor.
Ia adalah taipan pengusaha ekspor dan impor, ia juga dikenal sebagai agen tunggal penyuplai cengkeh ke sejumlah pabrik rokok.
Baca Juga: Transaksi BCA UMKM Fest 2024 Tembus Rp17 Miliar
“Pada suatu hari saya on the way ke Hongkong, kebetulan saya duduk di sebelahnya Liem Sioe Liong. Di situ saya melihat, ini orangnya yang bisa mampu untuk menggarap pabrik rokok ini,” ujarnya.
Singkat cerita, dalam penerbangan ke Hongkong, Mochtar Riady mampu meyakinkan Liem Sioe Liong untuk bersama-sama membesarkan BCA. Liem Sioe kemudian membawa semua koneksinya di pabrik rokok untuk menjadi nasabah BCA.
“Oleh karena Lim Sioe pada saat itu adalah agen tunggal atau monopoli di dalam Cengkeh. Jadi semua pabrik rokok itu mempunyai hubungan baik dengan Om Lim. Maka saya merangkul Om Lim, membangun BCA dan saya usahakan semua pabrik rokok itu menjadi nasabah BCA. Dari hulu supplier terus sampai pengecer,” ujarnya.
Baca Juga: Jajal Bandara, Jumat Besok Jokowi ke IKN Lagi Naik Pesawat Lebih Besar
Dari sini BCA mulai menggeliat barapan menjadi bank clearing house bukan sebuah kemustahilan lagi, nasabahnya mulai berlipat ganda, tak hanya dari pabrik rokok, nasabah BCA juga datang dari kelompok industri lainnya.
“Setelah itu saya berusaha agar melalui investment untuk merangkul pengusaha-pengusaha bahan pembangunan. Dan setelah itu melalui Bogasari untuk merangkul semua pengusaha bahan makanan. Dengan demikian dalam 7 tahun saya berhasil untuk merangkul 3 industri menjadi nasabah BCA,” bebernya.
“Dan seterusnya saya telah berhasil untuk merangkul 86 industri di Indonesia itu menjadi nasabah BCA. Akhirnya adalah Bank Sentra Asia menjadi clearing house yang kedua setelah Bank Indonesia. Semua pembayaran itu melalui Bank Sentra Asia. Ini adalah dasar yang paling kuat bagi BCA sekarang ini,” tambahnya memungkasi