Setiap pengusaha tentu menghadapi masa naik-turun dalam perjalanan bisnisnya. Hal ini pun tak ditampik oleh CEO dan Founder Abuya Group, Okta Wirawan. Menurutnya, penurunan revenue adalah hal yang wajar, namun langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan evaluasi secara menyeluruh.
"Yang pertama, kita evaluasi. Apa yang menyebabkan turunnya. Setelah kita dapatkan semua informasi yang ada, baru kita carikan solusinya," jelas Okta, saat berbincang dengan Olenka di Jakarta, belum lama ini.
Pria kelahiran Bogor, 18 Juli 1982 ini mencontohkan, apabila penurunan terjadi di salah satu outlet, maka langkah konkret yang dilakukan adalah mengecek umpan balik pelanggan melalui platform online seperti Google Review. Dari sana, bisa diketahui apakah masalah terjadi pada kualitas produk atau faktor teknis lainnya.
"Kalau ternyata informasinya menunjukkan kualitas produk yang menyebabkan itu turun, ya kita fokus untuk meningkatkan produknya. Siapa yang terlibat di kualitas produk? Central Kitchen, bagaimana proses mereka mengirimkan barang, lalu tim operasional, bagaimana mereka handling, penyimpanan, hingga pengelolaan. Jadi kita bisa tahu penyebabnya," terang Okta.
Namun, kata Okta, ada pula kondisi di mana penurunan bisnis disebabkan oleh faktor eksternal yang tak bisa dikendalikan, seperti pandemi COVID-19. Okta menyebut, pada masa itu Abuya Group bahkan harus menutup banyak outlet karena ketidakpastian yang begitu besar.
"Kalau masalahnya memang karena COVID, itu sesuatu yang memang kita harus istighfarin saja. Tidak bisa apa-apa. Karena waktu itu kita tidak tahu sampai kapan pandemi berlangsung. Ada kondisi tertentu yang memang kita tidak bisa kontrol selain bermuhasabah diri," tukasnya.
Baca Juga: Bos Abuya Group Ibaratkan Menjaga Reputasi Brand seperti Merangkai Puzzle
Lebih lanjut, Okta menegaskan bahwa dunia bisnis penuh dengan ketidakpastian. Bahkan dirinya tidak pernah memberikan jaminan keuntungan bagi siapa pun yang bergabung dengan Abuya Group.
"Demi Allah saya sampaikan, kalau mau bergabung di Abuya Group, kami tidak bisa memberikan jaminan untung. Karena bisnis kita sudah berkali-kali gagal. Kalau kita memang hebat, dari bisnis pertama saya sudah langsung sukses," tegasnya.
Ia pun menggambarkan bahwa ada banyak variabel tak terduga yang bisa memengaruhi jalannya bisnis, mulai dari regulasi pemerintah hingga pasokan bahan baku.
"Banyak banget puzzle-puzzle di bisnis ini yang kadang kita tidak bisa kontrol. Contohnya, di Almaz kita pakai beras basmati. Kalau tiba-tiba pemerintah menghentikan impor dari India, selesai bisnis kita. Atau kalau tiba-tiba ada aturan ayam buras dilarang dan harus pakai ayam kampung, supply-nya akan bermasalah. Jadi kita ini lemah sekali sebagai manusia, dan mitra-mitra harus paham, kita tidak bisa kontrol 100%," kata Okta.
Bagi Okta, ada dua kepastian dalam hidup dan bisnis, yaitu doa dan kematian. Ia menekankan pentingnya doa sebagai satu-satunya pegangan yang pasti dalam menghadapi ketidakpastian bisnis.
"Apa kepastian yang ada di kita? Doa. Doa itu Allah memberikan kepastian. Siapa pun yang berdoa pasti dikabulkan. Masalahnya langsung dikabulkan, ditunda di dunia, atau bahkan ditunda di akhirat," tegasnya.
Sementara itu, lanjut Okta, kepastian lainnya adalah kematian, baik bagi manusia maupun bisnis itu sendiri.
"Bisnis ini pasti mati suatu saat. Itu pasti. Entah kita yang mati duluan, atau bisnis yang mati duluan. Itu adalah kepastiannya. Tapi untung itu tidak pasti," tutup Okta.
Baca Juga: Founder Abuya Group Beber Rahasia Bangun Bisnis Berkelanjutan