Setiap keluarga pasti pernah merasa telah mengelola keuangan dengan baik, namun tiba-tiba di akhir bulan uang terasa kurang atau bahkan pengeluaran tak terduga memaksa anggaran membengkak. Situasi ini menimbulkan pertanyaan, apakah pengelolaan keuangan yang dijalankan benar-benar adalah perencanaan keuangan atau sekedar hanya “cukup untuk hari ini, gimana besok yaa urusan besok”?

Menurut Financial Planning Standards Board Indonesia (FPSB Indonesia), perencanaan keuangan adalah proses mencapai tujuan hidup seseorang melalui pengelolaan keuangan secara ter­integrasi dan terencana. Dengan begitu, menyusun rencana keunggulan keluarga bukan hanya sekadar mencatat pengeluaran dan pendapatan, tapi juga perencanaan dalam menyiapkan langkah strategis untuk mewujudkan tujuan hidup keluarga.

Baca Juga: Merancang Prioritas Keuangan Keluarga: Kunci Stabilitas dari Awal Pernikahan

Jika berbicara tentang tujuan hidup keluarga, ada banyak contohnya, di antaranya mulai dari memiliki rumah, menyiapkan dana pendidikan anak, sampai dana hari tua dan jika situasi menjadi buruk karena risiko keuangan. 

Lantas, mengapa perencanaan keuangan keluarga itu penting, ya?

Ada beberapa alasan dasar mengapa setiap keluarga perlu melakukan perencanaan keuangan, bukan hanya menunggu sampai cukup lalu baru dipikirkan kelanjutannya. Pasalnya, tujuan hidup seseorang atau bahkan keluarga itu berbeda-beda dan butuh arahan yang jelas.

Setiap individu dan keluarga berada pada tahapan hidup yang berbeda-beda: masa anak-anak, remaja, masa lajang, awal pernikahan, Orang tua keduanya pensiun, dan sebagainya. Pada masing-masing tahapan itu muncullah prioritas keuangan yang berbeda: membeli rumah, tabungan pendidikan anak, ibadah, dana hari tua. Dengan begitu tanpa perencanaan yang baik, kebutuhan ini bisa tertunda atau bahkan tidak dapat terwujud. 

Baca Juga: Perencanaan Keuangan Harus Dimulai dengan Menabung

Kemudian, tiap personal dan keluarga itu menjangkau jangka waktu yang berbeda-beda.

  • Prioritas jangka pendek (umumnya 1-3 tahun), misalnya: sewa rumah, kendaraan, dan kelahiran anak.
  • Prioritas jangka menengah (3-5 tahun), misalnya: dp rumah, pendidikan anak kedepannya, dll.
  • Prioritas jangka panjang (5 tahun lebih), misalnya: dana pensiun, hari tua, dan ibadah besar.

Memahami kategori ini membantu agar keluarga tidak terjebak dalam terburu-buru untuk semua atau terus menunda karena tidak tau kapan harus memulai.

Selain itu, perencanaan keluarga juga penting untuk mengantisipasi risiko dan ketidakpastian. Yang namanya kehidupan tidak selalu sesuai rencana. Kehilangan pekerjaan, musibah, sakit, kondisi ekonomi tak menentu, semuanya tentunya bisa mempengaruhi keuangan keluarga. 

Baca Juga: Generasi Boros? Sorry Ye! Data Ungkap Fakta Mengejutkan soal Anak Muda Gemar Menabung

Hal ini juga bisa menjadi perencanaan risiko untuk menjaga agar tujuan-tujuan hidup tetap bisa dicapai meski ada halangan yang tidak tau kapan akan datangnya. DPSB Indonesia menyebut manajemen risiko sebagai salah satu komponen penting dalam perencanaan keuangan. 

Merencanakan keuangan juga merupakan tindakan nyata dari rasa syukur dan tanggung jawab. Tidak hanya sekedar soal angka, juga tentang pengelolaan yang amanah dan bertanggung jawab. Menyusun rencana keuangan juga merupakan bentuk penghargaan dan rasa syukur terhadap apa yang telah diberikan dan persiapan agar keluarga menjadi lebih kuat secara finansial.

Kapan waktu terbaik untuk memulainya?

Menurut perencana keuangan bersertifikasi Melvin Mumpuni, dikutip dari dalam Borwita, 2025. waktu terbaik untuk memulai perencanaan keuangan bukanlah ketika penghasilan sudah sangat besar atau saat semuanya sudah siap melainkan sekarang.

Baca Juga: Tips Mengatur Keuangan di Bulan Ramadan ala Prita Ghozie, Cek di Sini!

"Anda tidak harus menunggu gaji besar untuk mulai. mulailah dari sekarang,” paparnya.

Kata-kata ini sejalan dengan pandangan lembaga internasional dalam website principal.co.id yang menyatakan bahwa “it is never too early to start saving” ketika membahas keuangan keluarga.

Jadi, bagi keluarga yang mungkin merasa “belum tepat waktunya”, justru inilah saat yang tepat karena semakin awal mulai, semakin besar kesempatan mengelola tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang secara terarah.

Baca Juga: Menyiasati Masa Tunggu Haji dengan Persiapan Dini Tabungan Haji

Meskipun idealnya sekarang adalah waktu terbaik, ada beberapa kondisi yang bisa dijadikan sinyal bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk mulai:

  • Ketika keluarga mulai memiliki penghasilan tetap, atau transisi dari status lajang ke menikah ini adalah titik perubahan yang sering menuntut penyesuaian anggaran dan tujuan;
  • Saat Anda menyadari ada lubang di akhir bulan yaitu pengeluaran tak terduga atau uang terasa cepat habis tanpa catatan yang jelas. Ini menjadi titik bahwa pengaturan keuangan anda belum terencana;
  • Ketika tujuan hidup mulai berubah atau bertambah, sepertu memiliki anak, ingin membeli rumah, atau persiapan hari tua. Maka rencana keuangan harus di-upgrade agar tetap sejalan dengan kondisi keluarga;
  • Ketika Anda ingin mengatasi risiko keuangan yang mungkin muncul dan supaya tidak kaget saat tiba-tiba kehilangan pekerjaan atau harus mengeluarkan biaya kesehatan besar.

Baca Juga: Keseimbangan Hidup, Jahja Setiaatmadja Bicara Hubungan dengan Tuhan dan Sesama hingga Masalah Kesehatan dan Keuangan

Jadi, dimana pun kondisi Anda, ketika memiliki niat dan mulai dengan langkah kecil, itu artinya anda sudah memulai lebih baik daripada menunggu “waktu sempurna”.

Cara memulai dengan langkah praktis

Gak usah bingung, berikut panduan langkah demi langkah untuk memulai perencanaan keuangan keluarga hari ini:

  • Bicarakan bersama pasangan atau anggota keluarga utama;
  • Identifikasi tujuan keuangan, buat daftar apa yang ingin dicapai oleh keluarga Anda;
  • Susun anggaran keluarga & arus kas (cash-flow), catat penghasilan dan pengeluaran utama setiap bulan. Identifikasi “uang bocor” atau pengeluaran yang bisa ditekan;
  • Alokasikan dana sesuai prioritas, tujuan mana yang paling penting sekarang, itu yang jadi prioritas;
  • Kelola risiko dan proteksi, siapkan dana darurat untuk keadaan tak terduga;
  • Investasi dan tabungan dengan pertimbangan jangka waktu, jika tujuan jangka menengah atau panjang muncul, pertimbangkan investasi atau hal keuangan lain yang sesuai dengan risiko;
  • Pantau dan review secara berkala.

Baca Juga: Mengenal Kakeibo, Budaya Menabung ala Masyarakat Jepang

Mulailah hari ini juga, bukan tunggu besok atau nanti saat lebih banyak uang. Karena semakin awal mulai merancang keuangan keluarga dengan baik dan terencana, semakin besar peluang untuk mencapai tujuan keluarga secara lebih ringan dan stabil.

Yang perlu diingat adalah bukan sekadar mengelola pengeluaran dan pendapatan, tetapi menyusun rencana, mengalokasikan dana sesuai tujuan, mengantisipasi risiko dan melakukan review secara rutin. Dengan kesadaran bahwa keluarga sedang berada ditiap siklus hidup yang berbeda-beda, anda akan lebih siap menghadapi kedepannya dan bukan hanya bereaksi ketika sesuatu tak berjalan sesuai ekspektasi.