Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit orang yang masih kesulitan mengendalikan dorongan untuk memuaskan keinginan, meski hal itu dapat mengganggu kestabilan keuangan. Dikutip dari klikasuransiku.com, kebutuhan memiliki fungsi dan manfaat yang berkaitan langsung dengan keberlangsungan hidup, jika tidak dipenuhi, bisa memunculkan masalah, termasuk terganggunya kesehatan. Sebaliknya, keinginan bersifat tambahan; tidak terpenuhinya keinginan tidak menimbulkan risiko apa pun, selain rasa kecewa.
Kondisi inilah yang kerap membuat seseorang mengambil keputusan finansial yang lebih dipengaruhi impuls sesaat ketimbang skala prioritas. Batas antara kebutuhan dan keinginan pun menjadi kabur, sehingga pengelolaan keuangan terganggu dan bahkan mendorong seseorang untuk berutang. Padahal, utang sendiri terbagi menjadi dua kategori: utang baik dan utang buruk.
Baca Juga: Catat! Ini Cara dan Waktu Terbaik Memulai Perencanaan Keuangan Keluarga
Utang baik umumnya digunakan untuk tujuan produktif seperti modal usaha atau investasi yang dapat meningkatkan penghasilan. Sebaliknya, utang buruk digunakan untuk memenuhi keinginan konsumtif, yang pada akhirnya justru membebani kondisi finansial, terutama bagi mereka yang telah berumah tangga.
Sejalan dengan itu, Sulianto Indria Putra, trader dan investor crypto, mengimbau masyarakat untuk mulai membangun pola pengeluaran yang produktif. Menurutnya, pengeluaran tidak perlu dihindari selama mampu menghasilkan manfaat jangka panjang.
Ia mengatakan, “Bukan soal berapa banyak uang yang keluar, tapi apakah pengeluaran itu bisa memberikan nilai tambah buat hidup kita. Kalau tidak produktif, ya itu masalahnya.”
Baca Juga: Merancang Prioritas Keuangan Keluarga: Kunci Stabilitas dari Awal Pernikahan
Menjaga kestabilan keuangan menjadi bagian penting dalam pengelolaan pengeluaran. Selain membantu menjaga keseimbangan antara pendapatan dan kebutuhan, langkah ini juga mendorong terciptanya kehidupan finansial yang lebih sehat dan berkelanjutan. Merujuk penjelasan OJK dan sejumlah sumber lainnya, berikut beberapa strategi yang dapat dilakukan:
1. Menyisihkan Dana Darurat Sejak Awal
Prioritaskan alokasi dana darurat sebelum memenuhi kebutuhan lainnya. Dana ini menjadi benteng finansial saat menghadapi kondisi tak terduga seperti kehilangan pekerjaan, sakit, atau pengeluaran mendesak lain.
2. Membangun Kesepahaman Bersama Pasangan
Dalam rumah tangga, diperlukan kesepakatan jelas mengenai kebutuhan pokok dan prioritas pengeluaran. Evaluasi berkala juga penting agar anggaran tetap relevan dengan kondisi ekonomi dan kebutuhan keluarga yang terus berkembang.
Baca Juga: Ini Pentingnya Menyusun Rencana Keuangan Jangka Pendek dan Panjang
3. Mengendalikan Diri
Istilah “lapar mata” sering menjadi pemicu pemborosan—baik karena melihat barang lucu dan aesthetic, maupun dorongan mengoleksi sesuatu. Dalam kondisi keuangan yang belum stabil, kemampuan menahan diri dan berpikir rasional menjadi kunci menjaga keseimbangan finansial.
4. Mengoptimalkan Pendapatan melalui Investasi
Bagi mereka yang telah memiliki pendapatan tetap, menyisihkan dana untuk investasi merupakan langkah strategis. Menurut PT BFI Finance Indonesia Tbk, investasi dapat menjadi modal pengembangan usaha maupun sumber pendapatan tambahan jangka panjang.
Dengan perencanaan matang, pengelolaan pengeluaran yang bijak, serta komitmen untuk terus memperbaiki kondisi finansial, kestabilan keuangan bukan hanya dapat terjaga, tetapi juga berpotensi meningkat secara signifikan di masa depan.