Banyak pasangan muda berfokus pada pesta pernikahan impian, tetapi sering melupakan hal yang lebih mendasar, yakni bagaimana mengelola keuangan setelah menikah. Padahal, fondasi rumah tangga yang kokoh tidak hanya dibangun dengan cinta, tetapi juga dengan perencanaan finansial yang matang.
Diskusi terbuka mengenai keuangan menjadi langkah penting sebelum menuju pernikahan. Calon pasangan perlu membicarakan sumber penghasilan, pembagian tanggung jawab finansial, serta kesepakatan dalam mengelola keuangan sesuai tujuan bersama. Langkah ini membantu keluarga baru memiliki arah yang jelas dalam menentukan prioritas pengeluaran dan tabungan.
Baca Juga: Ini Pentingnya Menyusun Rencana Keuangan Jangka Pendek dan Panjang
Beberapa prioritas utama yang sebaiknya disiapkan sejak awal adalah dana darurat, dana untuk membeli rumah atau uang muka KPR, serta tabungan pensiun. Dengan perencanaan ini, pasangan dapat menjalani kehidupan rumah tangga dengan lebih terarah dan minim tekanan finansial.
Diskusi Keuangan Sebelum Menikah
Topik keuangan yang perlu dibicarakan mencakup sumber pendapatan, baik dari satu atau dua pihak, serta kesepakatan mengenai alokasi dan pengelolaan uang. Pendekatan ini membantu mencegah terjadinya kesalahpahaman sekaligus meminimalkan risiko masalah seperti utang konsumtif.
Mengutip dari Buku Saku Persiapan Pernikahan OJK, ada beberapa cara yang bisa dilakukan pasangan sebelum menikah. Ada prinsip-prinsip keuangan yang bisa dipegang, di antaranya:
Prinsip “Sisihkan” vs “Sisakan”
Analis keuangan Eva Dewi dalam Kompas.com menekankan pentingnya mengatur arus kas dengan pola menyisihkan pendapatan, bukan menyisakan setelah pengeluaran.
“Dengan pola sisihkan secara konsisten, keluarga bisa membentuk dana darurat dan investasi masa depan yang lebih terjamin,” ujarnya.
Baca Juga: Gen Z dan Milenial di Jabodetabek Optimis Bisa Miliki Rumah dalam 10 Tahun ke Depan
Prinsip ini dapat diterapkan melalui pembagian anggaran berikut:
- 10% untuk dana sosial,
- 20% untuk investasi,
- 30% maksimal untuk cicilan, dan
- 40% untuk kebutuhan harian.
Hindari Berutang demi Keinginan
Kemudian, kalian juga harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan adalah kunci keseimbangan finansial. Dalam kondisi keuangan terbatas, penting untuk memprioritaskan kebutuhan yang mendukung tujuan jangka panjang keluarga.
Ketua OJK Wimboh Santoso dalam wawancara dengan Kontan.co.id menegaskan, “Perencanaan keuangan yang matang dan disiplin dalam pengelolaan keluarga adalah senjata ampuh menghadapi berbagai tantangan ekonomi.”
Dikutip dari sumber lainnya, perencana keuangan Ligwina Hananto menambahkan, “Buat anggaran khusus untuk kebutuhan utama seperti pendidikan dan kesehatan, serta prioritaskan menabung untuk tujuan jangka panjang.”
Baca Juga: Perlunya Perencanaan Keuangan untuk Hari Esok yang Lebih Baik
Sementara konsultan keuangan Safir Senduk melalui mamasewa.com mengingatkan, “Fokuslah pada kebutuhan nyata keluarga, bukan keinginan. Cari alternatif yang lebih hemat tanpa mengorbankan kualitas hidup anak dan keluarga.”
Oleh karena itu, perencanaan keuangan keluarga yang dibangun atas dasar komunikasi terbuka dan disiplin dalam menyusun prioritas akan membantu menciptakan kehidupan yang lebih stabil dan sejahtera. Mulai dari dana darurat, investasi, hingga persiapan masa pensiun, semuanya menjadi pilar penting yang perlu dirancang sejak dini.