Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) bersama Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) sukses menggelar bedah dan diseminasi Buku Mitos Vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global edisi keempat di Convention Hall Universitas Andalas (UNAND).

Buku tersebut merupakan karya PASPI yang merangkum berbagai isu dan mitos mengenai kelapa sawit, mulai dari aspek sosial, ekonomi, gizi, kesehatan, hingga lingkungan. Dengan basis data dan studi empiris, buku ini telah menjadi referensi penting bagi petani, korporasi, pemerintah, maupun diplomat Indonesia untuk melawan kampanye negatif yang kerap menyudutkan industri sawit.

Baca Juga: Bersama Olenka, BPDP Lanjutkan Sawit on Town 2025 Edisi Ketiga untuk Edukasi Manfaat Sawit

Universitas Andalas sendiri bukan kali pertama terlibat dalam penyusunan buku ini. Pada 2017, UNAND juga menjadi tuan rumah seminar bedah buku edisi ketiga yang menghasilkan masukan akademis untuk pengembangan edisi terbaru.

Sawit dan Tantangan Global

Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian UNAND, Hasnah, S.P., DipAgEc., M.Ec., Ph.D., bersama Dekan Fakultas Pertanian, Prof. Dr. Ir. Indra Dwipa, MS, dalam sambutannya menekankan bahwa industri sawit telah memberikan manfaat besar bagi masyarakat, baik di tingkat daerah maupun nasional. Namun, industri ini masih menghadapi tantangan serius, seperti kampanye negatif dan rendahnya penerimaan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) di pasar global.

“Forum seperti ini diharapkan dapat menghadirkan informasi berimbang untuk memperkaya wawasan mahasiswa terkait sawit, sekaligus menghasilkan masukan bagi perbaikan substansi buku agar lebih tajam dalam menghadapi kampanye negatif,” ujar Hasnah.

Baca Juga: BPDP Tampilkan Produk Hilir Sawit di IFBC Expo 2025 Surabaya

Kontribusi Sawit untuk Ekonomi Nasional

Perwakilan BPDP, Helmi Muhansyah, selaku Kepala Divisi Kerja Sama Kemasyarakatan dan UMKM, dalam keynote speech-nya menegaskan besarnya kontribusi sawit terhadap perekonomian Indonesia. Sawit, katanya, telah menjadi penyumbang devisa ekspor terbesar yang mendorong surplus neraca perdagangan non-migas. Selain itu, implementasi program biodiesel B40 terbukti mampu mengurangi defisit neraca migas.

“Fakta-fakta ini juga termuat dalam buku Mitos Vs Fakta Sawit. Buku ini bukan sekadar opini, tetapi berisi data dan kajian komprehensif yang menjadi senjata ilmiah untuk melawan kampanye hitam terhadap sawit,” jelas Helmi.

Baca Juga: BPDP Pamerkan Beragam Produk Turunan Sawit dalam PIISU 2025

Fakta Ilmiah untuk Counter Isu

Direktur Eksekutif PASPI sekaligus ketua tim penyusun buku, Dr. Tungkot Sipayung, menambahkan bahwa banyak fakta sawit yang perlu diketahui publik. Misalnya, minyak sawit bebas kolesterol, kaya vitamin, serta lebih efisien dalam penggunaan lahan dan emisi dibandingkan minyak nabati lain.

“Isu kesehatan dan lingkungan yang kerap dipakai pihak anti-sawit melalui strategi non-price competition bertujuan mengubah persepsi konsumen. Jika tidak ditanggapi dengan fakta, hal ini bisa membahayakan eksistensi industri sawit Indonesia sebagai pemain utama di pasar global,” ujar Tungkot.

Ia juga mencontohkan kontribusi sawit di Sumatera Barat, di mana industri ini mendorong tumbuhnya pusat ekonomi baru di daerah seperti Pasaman Barat, Agam, dan Dharmasraya.

Baca Juga: BPDP Gelar Diskusi Bahas Program Promosi & Inkubasi Bisnis 1000 UMKM Perkebunan

Perspektif Akademisi

Bedah buku ini turut menghadirkan tiga dosen UNAND dari disiplin ilmu berbeda sebagai pembedah, yaitu Prof. Dr. Ir. Melinda Noer, M.Sc. (Sosial Ekonomi Pertanian), Prof. Dr. Ir. Herviyanti, MS (Ilmu Tanah), dan Dr. Fadjar Goembira, ST. (Teknik Lingkungan). Diskusi dimoderatori oleh Yuerlita, S.Si., M.Si., Ph.D.

Ketiganya sepakat bahwa buku ini layak dijadikan literatur akademik karena berbasis data ilmiah dan disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami. Mereka juga memberi masukan untuk edisi selanjutnya, khususnya mengenai pemanfaatan biomassa sawit yang dinilai berpotensi besar dalam menciptakan nilai tambah, sumber pendapatan baru, serta mendukung ekonomi sirkular.

Dengan beragam perspektif yang dibahas, kegiatan ini tidak hanya memperkuat posisi sawit di kancah global, tetapi juga membuka ruang dialog akademik yang konstruktif antara pelaku industri, pemerintah, dan kalangan kampus.