Wayan Sudarsana (43) salah satu pembuatan bingkai kayu berseni pahat di Ubud, Bali, menceritakan pengalaman bisnisnya yang terdampak Pandemi Covid-19 awal tahun 2020 lalu.
Ia mengaku masa pandemi Covid-19 benar-benar memukul sektor UMKM di Pulau Bali, khususnya para perajin kayu ukur di Desa Kokokan, Gianyar, Bali.
Termasuk, para pekerjanya yang sebelum pandemi terdapat 30 orang pegawai, kini hanya tinggal 10 perajin. "Sekarang ada 10, perlahan kami mulai bangkit lagi," ujarnya kepada wartawan, Jumat kemarin.
Saat memulai bangkit, ia mengaku beruntung mendapat akses pinjaman dari salah satu Bank Plat merah, yang memang sudah sejak 2010 kerap memberikan pinjaman modal.
Baca Juga: Askrindo Dorong Produksi Kopi Kintamani Tembus Pasar Luar Negeri
"Awal diberi kredit Rp25 juta, seiring tahun pelan-pelan naik ke Rp500 juta, tapi saat pandemi turun jadi Rp200 juta karena modal sudah hampir habis, omzet menurun," katanya.
Lebih lanjut, saat ini ia juga mengaku tenang lantaran upaya pemulihan usahanya terbantu oleh Askrindo yang memberikan manfaat penjaminan dari meminjam modal di bank.
Baca Juga: Digiask by Askrindo Beri Perlindungan di Tempat Wisata 'Bogor Aquagame'
"Pinjaman untuk UMKM saya sebenarnya sudah sejak 2018 dijamin oleh Askrindo, jadi saat pinjam modal ke bank ketika pandemi tak punya modal, saya lebih tenang," ujarnya.
Untuk saat ini, Wayan mengaku produk diproduksinya kembali memberikan omzet yang menjanjikan. Tercatat, kini dirinya berhasil meraup Rp40 juta per bulan dengan keuntungan bersih 25 persen.
"Biaya terbesar ada di bahan baku kayu pohon durian, sisanya untuk pekerja dan saya," kata Wayan yang merupakan generasi ketiga dari perajin bingkai kayu ini.