Berawal dari tukang rental kaset, Jahja Setiaatmadja kini sukses menjadi bos di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Bahkan, Jahja Setiaatmadja yang berhasil menjadikan BCA sebagai salah satu saham blue chip.
Lantas, bagaimana kisah hidup dan perjalanan sukses Jahja Setiaatmadja? Intip, yuk!
Perjalanan Hidup Jahja Setiaatmadja
Saat kecil, Jahja Setiaatmadja memiliki cita-cita menjadi dokter gigi. Namun, kondisi ekonomi keluarga yang tidak memadai membuatnya harus memilih untuk menmepuh jurusan ekonomi. Akhirnya, ia masuk ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) dan lulus pada tahun 1982.
Saat menjadi mahasiswa tingkat akhir, Jahja Setiaatmadja mulai bekerja di perusahaan akuntan public Price Waterhouse Coopers (PWC) pada 1979. Tugas pertama yang didapatkannya adalah memfotokopi. Meski begitu, ia tetap bekerja dengan gigih.
“Apapun yang saya kerjakan akan saya lakukan dengan gigih dan semangat,” kata Jahja Setiaatmadja dikutip Olenka, Sabtu (25/5/2024).
Karena keterbatasan ekonomi pada saat itu, Jahja Setiaatmadja harus mencari uang tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Ia pun menemukan ide untuk menyediakan jasa rental kaset dan menyewakannya kepada teman-temannya.
Baca Juga: Kredit BCA Tumbuh 17,1% di Kuartal I 2024, Laba Bersih Rp12,9 Triliun
Pada saat itu, bisnis rental kaset sedang ramai dan menjadi salah satu hiburan bagi masyarakat. Melalui bisnis ini, Jahja Setiaatmadja dipertemukan dengan salah satu direksi perusahaan farmasi yang menjadi salah satu pelanggan setianya. Dia adalah Rudy Capelle, salah satu direksi PT Kalbe Farma.
Melihat kesempatan tersebut, Jahja Setiaatmadja mencoba untuk melamar sebagai Asisten Manajer. Akhirnya, ia bekerja di PT Kalbe Farma sebagai Asisten Manajer selama dua tahun sambil melanjutkan kuliah S2 miliknya.
Karier Jahja Setiaatmadja dinilai baik dan dipromosikan untuk menduduki jabatan Direktur Keuangan PT Kalbe Farma. Tidak lama setelah itu, ia memilih berkarier sebagai Direktur Keuangan di Indomobil hingga tahun 1990.
Perjalanan Karier Jahja Setiaatmadja di Bank BCA
Atas semua kerja kerasnya, Jahja Setiaatmadja ditawari untuk mengurusi Bank BCA. Ia pun menerima tawaran tersebut meskipun harus turun pangkat menjadi Wakil Kepala Divisi Keuangan Bank BCA.
Namun, pada 1996, Jahja Setiaatmadja mendapatkan promosi menjadi Kepala Divisi Treasury dan kariernya terus meroket hingga mendapatkan posisi sebagai Direktur Bank BCA pada 1999.
Setelah itu, di tahun 2011 ia menjadi Wakil Presiden Direktur dan memiliki banyak tanggung jawab sekaligus. Pada saat Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, para pemegang saham BCA setuju untuk memberikan Jahja Setiaatmadja sebagai pemimpin dari BCA. Jahja menjadi Presiden Direktur BCA pada 17 Juni 2011 setelah keluarnya persetujuan dari Bank Indonesia.
Prestasinya dianggap moncer ketika BCA berada di bawah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) karena nyaris ambruk.
Baca Juga: Indodana Finance dan Bank BCA Jalin Kerja Sama Pembiayaan
Dalam sejarah perjalanan BCA, bank swasta dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia ini pernah nyaris bangkrut karena adanya rush money dan penjarahan besar-besaran dalam peristiwa 1998.
Pada 28 Mei 1998, BCA diambil alih oleh BPPN untuk menyelamatkannya agar tidak memberikan efek domino yang lebih besar kepada perekonomian negara. Karier Jahja terus menanjak hingga ia diangkat menjadi Wakil Presiden Direktur dan ditunjuk menjadi Presiden Direktur BCA sejak 2011.
Pada 2021 lalu, dalam RUPS Tahunan BCA, ia kembali ditunjuk untuk memegang kendali sebagai Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk untuk masa lima tahun.
Menurut Jahja Setiaatmadja, kunci dari setiap pekerjaannya adalah tekun, gigih, dan sabar. Menurutnya, tidak ada yang instan untuk mencapai posisi atas.
“Untuk anak muda, masa depan masih panjang, jangan semua hal diharapkan bisa instan. Ini pelajaran yang berharga, ini penting kita harus belajar sabar. Yang penting pada masa penantian Anda isi ilmu Anda sebanyak-banyaknya,” tutur Jahja Setiaatmadja mengingatkan.
Nah, itulah perjalanan karier dan kisah sukses Jahja Setiaatmadja. Semoga bisa menginspirasi kamu, ya!