Ica mengatakan bahwa jumlah limbah sampah plastik Indonesia kini sudah mencapai 3,2 juta ton selama 2023. Dan, jika 3,2 juta ton sampah plastik tersebut tidak dikelola dengan baik, maka sekitar 1,2 juta ton sampah diperkirakan akan masuk ke lautan.

"Sehingga kemudian bisa dikatakan kondisi persampahan plastik Indonesia cukup krisis," tutur Ica.

Lebih lanjut, kata Ica, menurut survei yang dilakukan oleh Net Zero Waste Management Consortium dan Litbang Kompas, menunjukkan bahwa ada tiga jenis sampah plastik yang cukup tinggi yang ditemukan di beberapa provinsi di Indonesia. Adapun, jenis sampah yang ditemukan tersebut didominasi oleh kemasan atau serpihan plastik yang sulit diolah, kurang bernilai ekonomi, dan mudah tercecer.

"Pertama, adalah sampah jenis plastik keresek. Kedua, sampah sachet baik makanan, kosmetik, dsb. Dan ketiga adalah botol plastik yang ditemukan terbanyak dan kemudian menumpuk," beber Ica.

Menurut Ica, sampah jenis plastik keresek banyak ditemukan karena budaya masyarakat yang masih kerap menggunakan kantong sekali pakai untuk tempat berbelanja. Kemudian, banyak juga ditemukan sisa sampah plastik berupa sachet dan botol plastik dari perusahaan ternama karena merek tersebut sangat populer dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas.

"Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan. Ditambah dengan pengelolaan sampah kita yang masih berbasis sampah yang menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Padahal, tumpukan sampah di TPA yang tidak sesuai standar atau pembuangan sampah ilegal juga dapat mengakibatkan pencemaran tanah dan air," pungkas Ica.

Baca Juga: Kolaborasi Sosro, Tetra Pak, dan HokBen Ajak Konsumen Peduli Lingkungan Lewat Gerakan DAURI: Tukar Sampah Dapat Hadiah!