Ketergantungan pada Pengukuran Manual
Seiring dengan upaya perusahaan untuk meningkatkan upaya keberlanjutannya, kebutuhan akan alat digital yang efektif menjadi makin krusial. Hasil survei menekankan pentingnya meningkatkan pemahaman perusahaan-perusahaan tentang alat digital karena 59% responden mengakui adanya kesenjangan pengetahuan mengenai bagaimana teknologi dapat membantu mencapai tujuan keberlanjutan. Hal ini paling terlihat di Singapura (83%), Hong Kong (75%), dan Thailand (70%).
Laporan ini juga mengungkapkan ketergantungan yang masih tinggi pada praktik tradisional di kalangan bisnis yang dapat menimbulkan tantangan dalam mencapai tujuan keberlanjutan secara efektif. Studi ini menemukan lebih dari 50% perusahaan masih bergantung pada proses manual seperti spreadsheet, e-mail, dan metode serupa untuk mengukur kinerja keberlanjutan.
Baca Juga: 7 Jenis Alat atau Inovasi Teknologi untuk Bisnis Kecil, UMKM Wajib Tahu!
Semua pasar, kecuali Hong Kong (29%), Korea Selatan (43%), dan Prancis (49%), melampaui ambang batas 50%, dengan persentase tertinggi di UAE (68%), Arab Saudi (61%), dan Inggris (60%). Sementara itu, hanya sekitar sepertiga perusahaan yang menggunakan alat perangkat lunak digital, termasuk platform cloud, untuk pengukuran dan pemantauan keberlanjutan. Indonesia (59%), Singapura (48%), dan Jepang (43%) menunjukkan adopsi solusi berbasis cloud yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata penggunaan di angka 38%.
"Hasil yang diperoleh dari survei ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak bagi organisasi-organisasi untuk mengevaluasi kembali metodologi pengukuran keberlanjutan mereka dan mulai menggunakan solusi teknologi canggih seperti platform berbasis cloud dan layanan AI. Alat-alat digital ini tidak hanya menyederhanakan proses pengukuran, tetapi juga bisa memberikan pemahaman yang dapat ditindaklanjuti sehingga bisa mendorong kemajuan yang berarti untuk keberlanjutan," kata Selina Yuan, Presiden Bisnis Internasional, Alibaba Cloud Intelligence, dikutip dari keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (25/10/2024).
"Sebagai penyedia layanan cloud yang berdedikasi, kami berkomitmen untuk memberikan solusi inovatif dan berbasis AI seperti Energy Expert guna membantu perusahaan mengukur dan menganalisis emisi karbon serta konsumsi energi secara efektif untuk memajukan tujuan keberlanjutan mereka. Dengan mengatasi hambatan yang ada dan berinvestasi dalam kemajuan semacam ini, organisasi-organisasi dapat lebih baik menyelaraskan inisiatif keberlanjutan mereka dengan target yang ditetapkan," tambahnya.
Surevi Tech-Driven Sustainability Trends and Index 2024 yang mengumpulkan responden dari 13 pasar di Asia (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, Hong Kong SAR, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan), Eropa (Prancis, Jerman, dan Inggris), serta Timur Tengah (Arab Saudi dan UEA) ini bertujuan untuk memberikan wawasan berharga tentang perkembangan lanskap keberlanjutan perusahaan, serta mendalami bagaimana teknologi dapat diterapkan untuk mendorong perubahan yang berdampak.