Growthmates, usus bukan sekadar saluran pencernaan. Kesehatannya memengaruhi suasana hati, kekebalan tubuh, hingga kondisi kulit seseorang. Namun, konsep “membersihkan usus” kerap disalahartikan, dengan tren detoks ekstrem atau puasa jus yang justru menimbulkan risiko.
Dr. Saurabh Sethi, dokter ahli pencernaan lulusan Harvard, menekankan pentingnya sarapan bergizi untuk mendukung kesehatan usus secara alami. Menurutnya, yang dibutuhkan bukanlah makanan super mahal, melainkan bahan utuh yang cerdas dipadukan untuk menyehatkan mikrobioma dan melancarkan pencernaan.
Dan dikutip dari Times of India, Jumat (25/7/2025), berikut 9 ide sarapan terbaik versi Dr. Sethi yang membantu menyingkirkan racun secara lembut dan mendukung pemulihan usus dari waktu ke waktu.
1. Oat Overnight dengan Biji Chia dan Buah Beri
Merendam oat semalaman memecah pati sehingga lebih mudah dicerna. Biji chia menambahkan serat larut yang membentuk gel di usus, mendukung pergerakan lancar. Sementara itu, buah beri kaya antioksidan dan polifenol yang melawan peradangan.
Manfaat: Kombinasi ini menyehatkan flora usus dan memberi rasa kenyang tahan lama.
2. Yogurt Tawar dengan Biji Delima Segar
Yogurt tawar tanpa pemanis mengandung kultur hidup seperti Lactobacillus yang memperkuat lapisan usus. Biji delima berperan sebagai prebiotik dan kaya ellagitannin, senyawa yang menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya.
Manfaat: Sinergi probiotik dan prebiotik menjaga keseimbangan mikrobioma usus.
3. Puding Chia dengan Susu Almond dan Cengkeh
Biji chia yang direndam menghasilkan tekstur seperti gel yang melancarkan pencernaan. Susu almond rendah iritan, sedangkan cengkeh memiliki sifat antijamur alami untuk menjaga keseimbangan mikroba.
Manfaat: Puding ini tidak bekerja secara instan, namun mendukung penyembuhan usus perlahan.
4. Salad Kecambah dengan Lemon dan Garam Batu
Kacang hijau berkecambah mengandung enzim aktif, klorofil, dan serat yang mendukung keteraturan usus serta mengurangi kembung. Lemon membantu penyerapan zat besi, sedangkan garam batu menyeimbangkan elektrolit tubuh.
Manfaat: Salad segar ini bekerja lembut tanpa efek pencahar drastis.
Baca Juga: 6 Menu Sarapan yang Dapat Meningkatkan Kolesterol dan Membuat Anda Berisiko Terkena Serangan Jantung
5. Alpukat Sourdough dengan Biji Labu
Alpukat kaya serat dan lemak tak jenuh tunggal yang menenangkan lapisan usus. Roti sourdough difermentasi sehingga lebih mudah dicerna, sedangkan biji labu menambahkan seng dan magnesium yang penting saat tubuh melawan infeksi.
Manfaat: Sarapan ini bukan sekadar tren, tetapi strategi mikrobioma yang efektif.
6. Pisang dan Selai Kacang di Atas Roti Gandum Utuh
Pisang mengandung inulin, serat prebiotik untuk mendukung bakteri baik. Selai kacang tanpa pemanis menambah protein dan lemak sehat. Bersama roti gandum utuh, kombinasi ini menstabilkan pH usus dan menekan bakteri jahat.
Manfaat: Rasanya menghadirkan nostalgia masa kecil dengan manfaat kesehatan nyata.
7. Smoothie Buah Beri Campur Kefir dan Jahe
Kefir mengandung lebih banyak strain probiotik dibanding yogurt, seperti Lactobacillus kefiri dan Saccharomyces yang membantu menyeimbangkan mikroba usus. Jahe menstimulasi pergerakan usus, sementara beri menambahkan antioksidan.
Manfaat: Perpaduan lezat ini menyehatkan sekaligus menyegarkan tubuh.
8. Orak-arik Tahu dengan Bayam dan Kunyit
Tahu rendah FODMAP dan ramah bagi penderita gangguan pencernaan. Bayam menambah serat dan magnesium, sedangkan kunyit mengandung kurkumin, anti-inflamasi alami untuk mendukung perbaikan lapisan usus.
Manfaat: Sarapan gurih dan ringan yang menjaga kesehatan usus sepanjang hari.
9. Oat Campur Biji Rami, Kenari, dan Kayu Manis
Biji rami mengandung mucilage dan lignan untuk melancarkan pencernaan, sementara kenari kaya omega-3 yang mengurangi peradangan usus. Kayu manis membantu menstabilkan gula darah dan menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya.
Manfaat: Semangkuk oat ini bisa menenangkan perut sekaligus menutrisi tubuh.
Disclaimner:
Artikel ini bersifat informatif dan tidak menggantikan nasihat medis profesional. Bagi individu dengan gangguan pencernaan atau kondisi kesehatan tertentu, konsultasikan perubahan pola makan dengan dokter atau ahli gizi terpercaya.
Baca Juga: 5 Makanan yang Dianggap Paling Buruk untuk Sarapan