4. The Ning King - Argo Pantes
The Ning King dikenal sebagai pendiri Argo Manunggal Group. Lewat perusahaan tersebut, The Ning King membesarkan kerajaan bisnisnya di berbagai bidang, salah satunya perusahaan tekstil PT Argo Pantes Tbk. (AGRO).
Pria kelahiran 1931 ini mewarisi usaha tekstil sang ayah di Bandung. Kemudian, pada 1949 ia memindahkan usaha tekstilnya ke Jakarta. PT Argo Pantes Tbk adalah sebuah perusahaan tekstil yang berkantor pusat di Jakarta.
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1961. Pada tahun 1977, bisnis tersebut resmi didaftarkan menjadi sebuah perseroan terbatas dengan pabrik seluas 44,3 hektar di Tangerang.
Pada bulan Mei 1990, perusahaan ini membuka pabrik kedua seluas 199,560 meter persegi di Kawasan Industri MM2100, Bekasi. Pada bulan Januari 1991, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Pada bulan 2020, perusahaan ini mulai menyewakan properti miliknya ke pihak lain.
Saat ini, gurita bisnis Argo Manunggal Group telah masuk ke berbagai kota besar di Indonesia. Sukses di sektor tekstil, tak lantas membuat The Ning King berhenti sampai di sana. Ia lantas berekspansi dan merambah ke sektor properti dan manufaktur. Ia mengawali bisnisnya di bidang ini dengan mendirikan Dharma Manunggal dan Manufaktur Manunggal yang akhirnya menjadi Argo Manunggal Group.
Selanjutnya, ia membeli saham dari Alam Sutera dan Kawasan Industri Fajar Bekasi melalui Argo Manunggal Group tersebut. Melalui Alam Sutera, The Ning King berhasil menjual kurang lebih 1.100 properti hunian hanya dalam waktu dua minggu pada 1994.
Berdasarkan data Forbes, The Ning King pernah masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia tahun 2017. Kekayaannya saat itu berada di angka USD450 juta atau setara dengan Rp6,8 triliun (kurs Rp15.165 per USD).
5. Sumitro Hartono - Duniatex
Sumitro Hartono adalah pendiri Duniatex Group, produsen tekstil terbesar di Indonesia. Didirikan pada tahun 1974, Duniatex memulai karirnya dengan nama CV Duniatex di Surakarta. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 1988, Duniatex bergabung bersama dengan PT WIJAYATEX dan menjadi PT Duniatex.
Dikutip dari Fortune Indonesia, hingga saat ini, Duniatex sudah memiliki enam perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil. Mulai dari PT Delta Merlin Sandang Tekstil, PT Delta Dunia Sandang Tekstil, PT Delta Dunia Tekstil, PT Dunia Setia Sandang Asli Tekstil, PT Delta Merlin Dunia Tekstil, dan PT Damaitex.
Lewat inovasi dan kerja kerasnya, Duniatex menjadi perusahan tekstil yang setidaknya memiliki total 28 merek yang ditawarkan pada konsumen, misalnya, Bunga Persik Merah, Janger, hingga Diana Rose.
Melansir dari situsnya, kini Duniatex terus melebarkan sayapnya dengan mengembangkan sejumlah pabrik baru serta meningkatkan jumlah spindle hingga satu juta spindle saat ini dan meningkatkan kapasitas untuk memproduksi kain greige hingga 600 juta meter setiap tahunnya.
6. Ludijanto Setijo - Pan Brothers
Dikutip dari laman bisnis.com, Ludijanto Setijo merupakan sosok di balik keberhasilan PT Pan Brothers Tbk. (PBRX), salah satu perusahaan garmen raksasa di Indonesia yang telah memproduksi merek-merek terkenal dunia seperti Calvin Klein, DKNY, J Crew, Old Navy, Gap dan masih banyak lagi.
Adapun, menurut situs PT Pan Brothers Tbk, PT Trisetijo Manunggal Utama (TMU) merupakan salah satu pemegang saham terbesar dengan kepemilikan 31,25%.
Perusahaan tersebut digenggam mayoritas sahamnya oleh Ludijanto Setijo. Pada 2018, Ludijanto Setijo dan keluarga sempat masuk dalam deretan 150 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan yang dimiliki mencapai US$150 juta atau sekitar Rp2,12 triliun.
Kini, Pan Brothers dipimpin oleh Anne Patricia Susanto sebagai Direktur Utama yang meneruskan usaha ayah yang karena terkena serangan stroke. Dia memimpin lebih 37.000 karyawan dan 25 pabrik yang tersebar ke semua wilayah di Indonesia.
Tahun 1990 silam, Pan Brothers sudah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan itu kemudian diakuisisi melalui tahap tender offer (penawaran kepada investor publik) pada 1996. Anne pun memiliki saham perusahaan pada tahun 2000.
Baca Juga: 6 Pengusaha Tajir Indonesia Pemilik Klub Sepak Bola di Luar Negeri