Generasi Alpha alias anak-anak yang lahir kira-kira tahun 2010 ke atas, memiliki cara pandang terhadap karier yang berbeda dari generasi sebelumnya.

Di zaman generasi Alpha, passion dan profesi tidak lagi harus berada dalam dua kutub yang bertolak belakang. Bagi mereka, ide bahwa pekerjaan harus sekadar 'aman' sudah mulai usang.

Jika dipandu dengan tepat, minat bisa dijadikan landasan yang kuat untuk karier yang bermakna, adaptif, dan berjangka panjang.

Dan dikutip dari Times of India, Rabu (17/9/2025), berikut 8 hal penting yang orang tua perlu pahami supaya bisa mendukung anak-anak mereka dalam mengejar impian kariernya dengan bijak, relevan, dan berkelanjutan.

1. Profesi di bidang gaming, content creation, dan sustainability bukan sekadar hobi

Anak-Generasi Alpha tidak memandang gaming, membuat konten (seperti video, media sosial), atau kepedulian terhadap lingkungan sebagai sekadar hiburan atau kegiatan sampingan.

Bagi mereka, ini adalah profesi yang bermakna dan punya tujuan. Mereka melihat bahwa dari situ bisa muncul peluang nyata.

2. Profesi aman vs passion yang dianggap risiko sudah tidak relevan

Di masa lalu, orang tua sering mendorong agar anak memilih pekerjaan yang stabil dan “aman”, meskipun passion mereka ada di bidang yang dirasa berisiko.

Generasi Alpha mulai mematahkan dikotomi itu: mereka ingin mengejar minat besar mereka, bahkan jika awalnya dianggap tidak konvensional, selama bisa dikembangkan menjadi sesuatu yang nyata dan berkelanjutan.

3. Karier dalam content creation bisa menjadi batu loncatan menuju kewirausahaan digital

Kemampuan membuat konten bukan hanya soal berbagi video atau foto menarik. Konten bisa menjadi dasar untuk usaha digital yang lebih besar, media mandiri, brand personal, usaha kecil yang tersebar di internet.

Orang tua bisa membantu dengan mendorong anak-anak belajar kreativitas, mengasah kemampuan teknis seperti editing, storytelling, dan kemampuan untuk bertahan menghadapi kritik dan persaingan.

Baca Juga: Kenali Kelemahan Generasi Alpha, Mulai dari Egois hingga Maunya Serba Cepat Aja!

4. Generasi Alpha butuh serangkaian keterampilan unik untuk jalur karier non-linier

Karier masa depan tidak selalu akan mengikuti jalur lurus seperti umum di masa lalu. Dunia berubah cepat. Anak-anak perlu diperlengkapi dengan modal keterampilan yang fleksibel, adaptabilitas, ketahanan emosional, kemampuan belajar sepanjang hayat, dan kesiapan menghadapi perubahan peran dan industri.

5. Kemampuan berpikir antisipatif sangat penting

Mampu memprediksi tren, tantangan, dan kebutuhan masa depan menjadi keunggulan. Misalnya, anak yang tertarik pada proyek keberlanjutan (sustainability) perlu juga memahami bagaimana kebijakan iklim, teknologi hijau, regulasi pemerintah dan perilaku konsumen akan berubah.

Dengan begini, mereka bisa lebih siap memilih jurusan, usaha, atau proyek yang sejajar dengan kebutuhan dunia depan.

6. Mengasah solusi teknologi 'hijau' melalui hubungan antar-variabel

Bukan hanya fokus teknis, tapi juga berpikir secara sistem, seperti bagaimana faktor lingkungan, teknologi, sosial, dan ekonomi saling terhubung.

Anak yang bisa melihat variabel-variabel itu dalam hubungannya satu sama lain bisa menciptakan solusi inovatif seperti green tech, energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan bidang-bidang yang menggabungkan teknologi dengan kepedulian lingkungan.

7. Keterampilan pemecahan masalah sebagai inti universal

Dalam dunia yang berubah, inti dari hampir semua profesi adalah kemampuan mengidentifikasi masalah, berpikir kritis, dan menemukan solusi. Baik itu analisis data, desain kreatif, produksi konten, atau riset sustainability,kemampuan problem solving sangatlah bernilai.

Orang tua bisa membantu dengan mendorong anak mencoba tantangan baru, proyek praktis, kolaborasi, dan refleksi atas apa yang berhasil dan apa yang tidak.

8. Peran Orang Tua

Peran orang tua bagi Generasi Alpha tidak lagi sebatas penyokong moral, tetapi juga sebagai mentor, fasilitator, sekaligus penghubung peluang.

Orang tua dapat membantu anak menghubungkan minat mereka dengan industri nyata, mendorong mereka terlibat dalam magang, proyek praktis, atau kerja sukarela di bidang yang mereka sukai, sekaligus membuka akses pada pengalaman lintas disiplin.

Dengan begitu, anak tidak hanya terpaku pada pelajaran formal di sekolah, tetapi juga belajar mengaitkan teknik, seni, komunikasi, lingkungan, hingga teknologi, sehingga wawasan mereka lebih luas dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Baca Juga: Sering Dibilang Lemah, Yuk Mengenal Kelebihan Generasi Alpha!