Kerusakan pada gigi dan mulut tidak hanya berdampak pada kesehatan mulut, tetapi juga berpotensi menimbulkan komplikasi serius pada organ tubuh lain. Jika dibiarkan, penyakit gusi akan berdampak langsung pada kondisi kesehatan secara menyeluruh, menurunkan produktivitas, dan berujung pada kerugian ekonomi.
Ahli penyakit gusi Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Amaliya, drg., M.Sc., Ph.D., mengungkapkan bahwa peradangan gusi pada ibu hamil mampu memengaruhi kesehatan janin. Peradangan tersebut akan memicu pelepasan penanda inflamasi yang menyebar pada aliran darah dan berdampak ke plasenta.
“Jadi, saat gusi mengalami peradangan tidak hanya memperlihatkan kemerahan dan perdarahan, tetapi juga dia memberikan sinyal kepada seluruh tubuh,” ungkapnya dalam press conference Pepsodent dalam rangkaian Indonesia Hygine Forum 2025, Jakarta pada Rabu (17/12/2025).
Ia menjelaskan bahwa sinyal peradangan gusi yang ditangkap plasenta dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Kondisi ini akan menghambat distribusi nutrisi ke janin, sehingga meningkatkan resiko bayi lahir dengan berat badan rendah (di bawah 2,5 kilogram) serta kelahiran prematur.
Baca Juga: Pepsodent Ajak 28.000 Masyarakat Perawatan dan Konsultasi Gigi dan Gusi Gratis di Momen BKGN 2025
“Saat sinyal itu sampai ke ari-ari atau ke plasenta, maka pembuluh darahnya plasenta akan menyempit. Hal ini aman Kalau menyempit, maka nutrisi atau darah berkurang yang berdampak pada gizi janin, sehingga bayi akan dilahirkan dalam keadaan berat rendah atau kurang dari 2,5 kg,” jelasnya.
Ahli Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dicky Levenus Tahapary, menyoroti dampak kerusakan gigi dan gusi terhadap risiko penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke. Ia menjelaskan bahwa peradangan akibat infeksi gigi mampu memperburuk gangguan pembuluh darah atau disfungsi endotel.
“Jadi kalau kita bicara mengenai penyakit jantung atau stroke, itu terjadi karena adanya gangguan dari pembuluh darah. Kita bilangnya diskusi endotel, gangguan dari pembuluh darah, dan juga proses pembentukan kerak pembuluh darah,” tuturnya.
Ia juga menegaskan bahwa penyebab penyakit jantung dan stroke tidak hanya disebabkan satu faktor saja, ada faktor lain yang menjadi pemicu.
“Jadi bukan berarti kalau kegemukan pasif stroke, enggak. Namun, dengan adanya infeksi tadi dia tetap berkontribusi. Kondisi penyakit itu disebabkan banyak faktor,” tegasnya.
Dicky mengingatkan pentingnya pengelolaan kesehatan yang harus dilakukan secara menyeluruh, termasuk menjaga kebersihan gigi dan gusi, mengendalikan asupan gula dan makanan olahan, serta mengontrol faktor risiko metabolik lainnya.