Growthmates, bagaimana jika bisnis yang selama ini Anda banggakan karena terus tumbuh ternyata justru diam-diam kehilangan nilainya? Bagaimana jika angka pendapatan yang terus meningkat malah menyusutkan masa depan usaha Anda?

Dari luar, beberapa pemilik bisnis tmungkin ampak sedang berada di puncak kesuksesan, pendapatan naik, klien bertambah, tim semakin besar. Namun di balik itu, kondisi keuangannya bisa jadi justru memburuk. Laba terus menyusut, arus kas menipis, efisiensi menurun, dan ironisnya ia bekerja lebih keras dengan imbalan yang semakin kecil.

Fenomena ini tidak jarang terjadi. Banyak pemilik bisnis terjebak dalam ilusi pertumbuhan tanpa benar-benar memeriksa apakah pertumbuhan tersebut juga meningkatkan nilai bisnis.

Padahal, kesiapan untuk 'keluar' atau exit strategy seharusnya dibangun jauh sebelum bisnis benar-benar dijual. Tujuannya adalah menciptakan bisnis yang bisa tumbuh tanpa ketergantungan penuh pada pemilik dan menarik pembeli yang serius.

Dan, dikutip dari Forbes, Jumat (28/11/2025), berikut 6 cara untuk meningkatkan nilai bisnis secara berkelanjutan.

1. Pertumbuhan Pendapatan Belum Tentu Bernilai

Pertumbuhan pendapatan sering kali dianggap sebagai simbol kesuksesan. Padahal, pertumbuhan tidak selalu identik dengan peningkatan nilai.

Dalam beberapa kasus, mungkin margin keuntungan justru terus tergerus, sementara setiap tambahan pendapatan menuntut lebih banyak modal dan tenaga.

Pendapatan memang tampak memuaskan, tetapi tidak selalu mencerminkan kesehatan bisnis. Investor sejatinya membayar arus kas yang stabil dan kepastian usaha.

Nilai bisnis sendiri bertumpu pada tiga pilar utama, yakni profitabilitas, likuiditas, dan efisiensi. Ketika ketiganya lemah, pertumbuhan justru bisa menjadi bumerang. Pada akhirnya, laba bersihlah yang benar-benar menentukan, dan laba bersih membutuhkan presisi.

2. Profitabilitas Dimulai dari Tingkat Pekerjaan

Dalam acara Master Your Exit Live, Tracy Bech mengungkapkan mengapa banyak perusahaan jasa, termasuk perusahaan pindahan, kerap kesulitan menjaga margin. Masalah utamanya sederhana, mereka tidak benar-benar mengetahui margin dari setiap pekerjaan.

Pemilik bisnis yang berhasil selalu menerapkan perhitungan biaya pekerjaan secara rinci.

Mereka menetapkan harga dengan jelas, memperkirakan biaya secara akurat, bahkan beralih ke sistem harga tetap agar klien memahami sejak awal apa yang akan mereka dapatkan. Transparansi ini tidak hanya membangun kepercayaan, tetapi juga melindungi margin keuntungan.

Prinsip ini berlaku lintas sektor, mulai dari agensi, konsultan, hingga studio kreatif. Ketika Anda mengetahui margin riil setiap proyek, penyesuaian kecil pada harga dan ruang lingkup kerja dapat berdampak besar pada laba.

Baca Juga: 8 Hal yang Dicari 'Angel Investor' saat Berinvestasi di Bisnis