3. Bias dan diskriminasi
Algoritme AI hanya akan berfungsi jika data yang digunakan dilatih. Jika data pelatihan bersifat bias, sistem AI kemungkinan besar akan melanggengkan dan bahkan memperkuat bias tersebut.
Di tempat kerja, hal ini dapat memengaruhi praktik perekrutan, evaluasi kinerja, dan fungsi SDM penting lainnya. Sistem AI yang bias secara tidak sengaja dapat mendiskriminasi kelompok tertentu, sehingga menimbulkan perlakuan tidak adil dan potensi masalah hukum.
Memastikan bahwa sistem AI bebas dari bias merupakan tantangan kompleks dan berkelanjutan yang tidak siap ditangani oleh banyak organisasi.
4. Kurangnya penilaian manusia dan kecerdasan emosional
Meskipun sistem AI unggul dalam memproses informasi dan melakukan tugas-tugas rutin, sistem tersebut tidak memiliki kualitas manusia seperti penilaian dan kecerdasan emosional.
Di lingkungan kantor, banyak situasi memerlukan pemahaman yang berbeda tentang konteks, emosi, dan dinamika antarpribadi. AI tidak dapat meniru empati, kreativitas, dan pertimbangan etis yang dilakukan oleh karyawan manusia.
Ketergantungan yang berlebihan pada AI dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang buruk dan kurangnya sentuhan pribadi dalam interaksi pelanggan dan karyawan.
5. Biaya implementasi dan pemeliharaan yang tinggi
Penerapan AI di kantor bukanlah investasi satu kali. Hal ini memerlukan biaya awal yang besar untuk perangkat keras, perangkat lunak, dan pelatihan.
Selain itu, memelihara dan memperbarui sistem AI bisa jadi mahal dan memakan waktu. Organisasi juga harus berinvestasi dalam langkah-langkah keamanan siber untuk melindungi sistem AI dari ancaman.
Bagi banyak bisnis, khususnya usaha kecil dan menengah, tingginya biaya yang terkait dengan penerapan dan pemeliharaan AI mungkin lebih besar daripada potensi manfaatnya.
Semoga informasinya bermanfaat, ya!