2. Temukan Kembali dan Berkomitmen pada ‘Bintang Utara’ Perusahaan

Nike membangun warisannya pada slogan-slogan yang menginspirasi dan produk-produk inovatif yang mewujudkan misinya, yakni untuk memberikan inspirasi dan inovasi kepada setiap atlet di dunia.

Namun, Hill mencatat bahwa perusahaan telah "kehilangan obsesinya dengan olahraga." Dia pun berjanji untuk "menempatkan atlet di pusat setiap keputusan," yang menandai kembalinya identitas inti Nike.

Seiring berjalannya waktu, mudah bagi perusahaan untuk terus menyimpang dari tujuan awalnya. Meskipun tampak bermanfaat, inisiatif baru dapat mengencerkan esensi merek dan menyebarkan fokusnya. Ketergantungan Nike yang berlebihan pada promosi, misalnya, melemahkan citra premiumnya.

Demikian pula, menambahkan fasilitas yang mencolok tanpa memenuhi kebutuhan yang lebih dalam dapat mengikis kepercayaan, kesejahteraan, dan keterlibatan karyawan dalam budaya tempat kerja.

Strategi Hill untuk menyelaraskan kembali Nike dengan visi aslinya mengingatkan para pemimpin untuk meninjau kembali "mengapa" perusahaan mereka secara teratur.

Ketika ‘Bintang Utara’ perusahaan mereka secara konsisten memandu keputusan, organisasi menciptakan landasan untuk kesuksesan jangka panjang yang berkelanjutan.

3. Prioritaskan Hubungan dan Kemitraan

Kesalahan kritis yang diidentifikasi Nike adalah mengabaikan hubungan utama dan mitra salurannya. Hill mengakui, beberapa mitra merasa Nike telah berpaling dari mereka dan Nike pun berhenti terlibat secara konsisten.

CEO Foot Locker, Mary Dillon, pun memuji fokus baru Nike pada kolaborasi bersama dengan kemitraan baru mereka yang baru-baru ini diumumkan.

Perusahaan berkembang pesat melalui hubungan—baik dengan karyawan, pelanggan, atau mitra. Mengabaikan hubungan ini dapat mengakibatkan dampak budaya dan keuangan jangka panjang yang signifikan. Para pemimpin harus secara aktif memelihara hubungan dengan memprioritaskan transparansi, komunikasi, dan rasa saling menghormati.

Bagi Nike, fokus baru pada kemitraan ini merupakan langkah penting untuk mendapatkan kembali pijakannya. Bagi setiap pemimpin, membangun kembali kepercayaan dan memperkuat hubungan dapat menyegarkan kembali budaya organisasi dan mendorong kinerja.

Baca Juga: 5 Kebiasaan Orang Sulit Kaya Raya Menurut Warren Buffett, Apa Saja?