2. Pimpin Narasi Sebelum Anda Dipimpin Olehnya
Di era di mana persepsi publik bisa berubah dalam hitungan menit, komunikasi bukan lagi pelengkap, melainkan penentu kredibilitas.
Ambil contoh kasus CEO Target, Brian Cornell. Dalam menghadapi krisis internal, ia mencoba menenangkan gejolak lewat memo internal. Namun, tanpa arah yang jelas dan aksi konkret, pesan tersebut justru memperdalam ketidakpastian di antara karyawan.
Hari ini, para pemimpin tidak cukup hanya mengabari. Mereka dituntut untuk mengartikulasikan dengan jujur, manusiawi, dan konsisten.
Adapun, langkah kecil yang bisa langsung diterapkan:
- Sampaikan kerentanan strategis: “Ini yang kami ketahui, ini yang masih kami pelajari.”
- Sampaikan fakta sulit lebih awal, daripada bereaksi defensif belakangan.
- Transparanlah soal perubahan besar: arah organisasi, restrukturisasi, adopsi AI, hingga dampaknya pada pekerjaan.
- Bangun kehadiran Anda melalui koneksi mikro tau percakapan kecil yang menciptakan kedekatan dan kepercayaan. Komunikasi yang jujur menurunkan kecemasan, memperkuat loyalitas, dan membuat tim tetap terhubung meski badai belum berlalu.
Perlu diingat, CEO yang akan menutup tahun 2025 dengan gemilang bukanlah mereka yang paling reaktif, tetapi yang paling sinkron, dengan realitas, dengan tim, dan dengan dirinya sendiri.
Baca Juga: 9 Gaya Kepemimpinan yang Dipakai Para Pendiri Perusahaan dan CEO Top Dunia