Anak Harus Mengenal Perjuangan

Dari luar, hidup keluarga Ciputra tampak begitu sempurna. Siapa yang tidak berpikir, “Enak sekali jadi anak-anak Ciputra. Sang ayah sudah memiliki dua perusahaan besar. Mereka tinggal bergabung selepas kuliah.”

Saat itu, anak-anak Ciputra sudah beranjak dewasa. Rina, si sulung, telah lulus kuliah. Adik-adiknya, Junita, Candra, dan Cakra masih menempuh pendidikan tinggi. Namun, jika seseorang bertanya kepada Ciputra, ke mana anak-anaknya akan diarahkan? Jawabannya tidak seperti dugaan kebanyakan orang.

“Dalam bayangan ideal saya, anak-anak saya bukanlah orang yang datang merubung perusahaan ayahnya yang dibangun bersama beberapa partner, lalu berharap mendapat posisi. Tidak. Oh, big no no,” tegas Ciputra.

Bagi Ciputra, membiarkan anak-anaknya sekadar menumpang di perusahaannya bukanlah pilihan bijak.

Ia pun lantas membayangkan jika anak-anaknya, ditambah anak-anak dari partner-nya seperti Brasali dan Sofyan, serta kelak cucu-cucu mereka, semua masuk ke dalam satu perusahaan, maka perusahaan akan penuh dengan “bos” tanpa ruang pembelajaran.

Ia menegaskan bahwa anak-anaknya harus memiliki wadah usaha sendiri.

“Saya selalu ingat masa lalu ketika saya hanyalah remaja kurus dan miskin yang berkhayal menjadi orang besar. Saya menyadari, justru kemiskinan dan perjuangan keraslah yang membuat saya bisa membangun bisnis yang berhasil,” kenang Ciputra.

Filosofi hidup Ciputra pun sederhana, jika ingin anak-anaknya sukses, mereka juga harus merasakan perjuangan.

“Mereka tak boleh hanya menikmati hasil kerja sang ayah. Sebab, kekuatan Ciputra tidak akan abadi. Anak-anaknya perlu membangun kekuatan mereka sendiri agar bisa berdiri kokoh sebagai pribadi mandiri,” tuturnya,

Ia pun menepis anggapan bahwa mendidik anak akan lebih mudah ketika orang tua memiliki banyak uang.

“Ya, memang lebih leluasa menyekolahkan anak ke mana pun yang kita anggap baik. Tapi jika kita bicara soal pendidikan mental, sulit. Ketika uang berlimpah, orangtua sering tak sadar apakah mereka sedang mendidik atau memanjakan anak,” ujarnya.

Baginya, kasih sayang orangtua seringkali membuat mereka lupa batasan. Melimpahi anak dengan uang tanpa mengenalkan makna perjuangan justru bisa menjadi pendidikan yang salah.

“Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang realistis dalam mengenalkan makna perjuangan,” tegas Ciputra.

Baca Juga: Kisah di Balik Kesuksesan Ciputra Membangun Dufan: Impian Besar, Trauma Masa Kecil, dan Cinta untuk Keluarga