Menurut Ita, keputusan membeli produk sering kali lahir dari percakapan sederhana, seperti seorang ibu bertanya bagaimana solusi anak yang susah makan, lalu anggota komunitas lain berbagi pengalaman dengan merek tertentu. Rasa relatable itulah yang memperkuat kepercayaan.

Selain millennial, Ita menyoroti pentingnya membangun hubungan dengan Gen Z, yang kini berusia 18–25 tahun dan akan segera memasuki fase menjadi orang tua.

“Gen Z adalah future parents. Mereka sudah lulus kuliah, mulai bekerja, dan nanti akan menjadi orang tua. Karena itu, penting bagi brand dan UMKM untuk membangun koneksi sejak dini, agar bisa menciptakan hubungan jangka panjang dengan mereka,” jelasnya.

Storytelling dan Autentisitas, Kunci Kesuksesan Brand Lokal

Ita juga menekankan bahwa keberhasilan brand baby food di platform e-commerce tidak hanya ditentukan oleh kualitas produk, tetapi juga kekuatan cerita di baliknya.

“Kami sudah banyak menyaksikan brand UMKM sukses dari zero to hundred. Apa yang membuat mereka berhasil adalah storytelling dan authenticity. Stay true to the brand, stay true to the value proposition. Dengan storytelling yang jujur dan autentik, pengguna bisa lebih connect dengan produk,” terangnya.

Menurut Ita, konsumen kini tidak sekadar mencari produk, melainkan juga nilai dan kisah yang relevan dengan kehidupan mereka.

“Inilah yang membuat storytelling menjadi pilar penting dalam perjalanan brand, terutama di kategori baby food yang menyentuh langsung kesejahteraan keluarga,” pungkasnya.

Baca Juga: Putri Habibie Dorong Pangan Sehat dengan Sentuhan Tren Global-Lokal