Generasi Z diidentikkan sebagai generasi yang punya hobi melakukan kegiatan menyenangkan, seperti liburan atau nonton konser, atau disebut sebagai kegiatan healing. Bahkan, healing kini dianggap sebagai kebutuhan. Dengan begitu, generasi Z dianggap memiliki kendala dalam menyisihkan penghasilan mereka untuk berinvestasi karena lebih memprioritaskan pengeluaran mereka untuk healing.

Jurnalis senior Najwa Shihab berpendapat, mengacu pada fakta bahwa generasi Z lahir di tengah perkembangan internet dan media sosial yang masif, healing memang menjadi kebutuhan bagi mereka yang lahir di tahun 1997-2012 tersebut. Pasalnya, kemudahan membandingkan gaya hidup dan pencapaian diri sendiri dengan orang lain-yang disponsori oleh media sosial-menimbulkan kekhawatiran/insecure yang cukup tinggi bagi generasi Z. Oleh karena itu, generasi ini memang membutuhkan healing sebagai salah satu solusi meredam kekhawatiran mereka akan kehidupan.

Baca Juga: Perkuat Investasi Wilayah Asia Tenggara-Korsel, East Ventures Tunjuk Sang Han

"Generasi Z lahir dan tumbuh ketika internet muncul sehingga mereka punya karakter paham banyak informasi, cepat menguasai banyak skill, dan kritis. Namun, di satu sisi, mereka adalah generasi pertama di muka bumi yang setiap hari terpapar informasi terus-menerus dan akhirnya membuat mereka punya kecemasan. Mereka selalu punya kebutuhan untuk menyeimbangkan, apa yang disebut sering healing," kata Najwa Shihab dalam video yang diunggah YouTube OCBC Indonesia, dikutip Jumat (16/2/2024).

Menurutnya, demi meningkatkan kesadaran generasi Z untuk berinvestasi, literasi keuangan berperan penting. Literasi keuangan yang baik akan membantu generasi Z dalam mengatur uang, bahkan melipatgandakan uang mereka. Dia lantas membagikan dua poin penting yang akan membantu generasi Z sadar betapa pentingnya berinvestasi.

Najwa Shihab mengingatkan, hal pertama yang perlu dilakukan usai menerima gaji adalah menyisihkan sebagiannya untuk ditabung. Mengutip Robert Kiyosaki dalam bukunya, Najwa menyebut bahwa setiap orang perlu menggaji diri mereka sendiri dulu, atau pay yourself first. Berbeda dengan konsep self reward yang lebih banyak diasumsikan dengan mengeluarkan uang untuk hal-hal menyenangkan dan cenderung konsumtif, konsep membayar/mengapresiasi diri sendiri dilakukan dengan menabung.

"Ini sama seperti nasihat orang tua kita: nabung dulu, tapi seolah-olah nabung bukan untuk kepentingan kita. Kalau kita ubah mindset, begitu gajian, 10 persen kita tabung, we pay ourself first loh. Baru kemudian bayar utang-utang yang lain, baru alokasikan ke kebutuhan yang lain. Ubah mindset bahwa menabung itu membayar diri kita untuk masa depan," terangnya.

Poin kedua adalah pentingnya mencatat pengeluaran. Dengan melihat data, pola pikir generasi Z dalam mengeluarkan uang akan berubah. "Begitu keliatan hitam di atas putih, oh ternyata gue ngabisin segini ya, begitu terlihat angkanya, mindset kita pasti berubah. Teknologi memudahkan kita untuk menavigasi berbagai hal termasuk untuk me-manage uang kita," tegas Najwa.

Dia menekankan, "Yang penting menurut saya, mumpung masih muda, buka tabungan, buka investasi, justru ketika belum ada mental barrier. Semakin tua, semakin takut biasanya. Justru karena masih muda, adventurous feeling masih tinggi, masih berani ambil risiko, justru harus mulai sekarang investasi. Yang terakhir, bicara soal investasi, invest on yourself. Ada kutipan: if you spend your money in your head no one can take it away from you. Investment in knowledge, always pays the best interest."