Peringatan Hari Diabetes Sedunia pada 14 November 2024 ini menjadi pengingat bahwa diabetes melitus telah menjadi salah satu masalah kesehatan global yang paling cepat berkembang pada abad ke-21. Diperkirakan 537 juta orang dewasa (20-79 tahun) di seluruh dunia hidup dengan diabetes.

Hal ini dinyatakan oleh International Diabetes Federation (IDF) dalam Atlas edisi ke-10 tahun 2021. Jumlah ini diproyeksi dapat bertambah menjadi 643 juta orang dewasa pada tahun 2030 dan bisa bertambah lagi menjadi 783 juta pada tahun 2045. Jumlah penderita diabetes dapat terus bertambah karena masih banyak yang tidak terdeteksi. 

Menurut dr. Fridolin, penyebab risiko diabetes selain disebabkan oleh faktor genetik, pencetus lainnya adalah gaya hidup tidak sehat. Diantaranya, pola makan yang buruk dengan kandungan tinggi karbohidrat, sering mengonsumsi makanan cepat saji, kebanyakan asupan gula, berat badan berlebihan dan kurang bergerak, serta sering terpapar asap rokok. Menjadi persoalan karena meskipun sudah mengetahui gaya hidup yang buruk dapat membahayakan kesehatan, tetapi pola perilaku harian masyarakat cenderung tidak berubah.

“Beralihlah ke gaya hidup sehat demi menjaga fungsi organ tubuh. Misalnya saja, pada organ pankreas. Jika pankreas tidak bisa menghasilkan insulin yang cukup untuk mengendalikan kadar gula darah maka dapat menyebabkan risiko sakit diabetes,” tutur dr. Fridolin.

“Jika sudah terkena diabetes, cepat atau lambat, fungsi tubuh bisa mengalami penurunan dan kemampuan beraktivitas juga akan terganggu. Diabetes tidak dapat disembuhkan. Namun demikian, pasien masih memiliki harapan hidup selama kadar gula masih terkendali,” tambah dr. Fridolin Seto.

Mengendalikan kadar gula bagi pasien diabetes dapat dilakukan dengan menjalankan pengobatan dengan rutin kontrol ke dokter sesuai jadwal dan konsumsi obat sesuai dosis serta terapkan gaya hidup sehat. Ketiga hal tersebut perlu dijalankan untuk mencegah komplikasi penyakit. 

Gaya hidup sehat berkaitan dengan porsi dan pola makan, yakni makanan harus sehat dengan kadar gula, garam, dan lemak yang rendah. Gaya hidup sehat juga berkaitan dengan olahraga rutin setiap hari.

dr. Fridolin juga bilang, pasien diabetes dapat melakukan olahraga kardio ringan,seperti jalan kaki, sepeda statis, atau berenang. Jenis olahraga low impact ini dapat membantu meningkatkan kesehatan kardiovaskular, mengelola berat badan, dan meningkatkan sensitivitas insulin sehingga tubuh pasien dapat mengatur kadar gula darah lebih baik.

Selain pasien yang harus mengubah pola perilaku demi menjaga kualitas hidupnya, peran keluarga dan kerabat sangat penting untuk ikut memantau kondisi dan merawat pasien.  Keluarga juga perlu meningkatkan pengetahuan yang benar mengenai bahaya penyakit diabetes. Apalagi, jika kesehatan pasien semakin menurun maka keluarga akan menjadi caregiver. 

"Jangan lupa, selagi masih sehat atau sebelum terkena risiko diabetes melitus maka segera lengkapi anggota keluarga dengan asuransi kesehatan sebagai antisipasi mengurangi risiko penangguhan (postponed) dan penolakan (declined) pengajuan asuransi. Dengan demikian, finansial keluarga terlindungi sejak awal,” tandas dr. Fridolin Seto.

Baca Juga: Tips Mengelola Keuangan di Usia 40-an: Lakukan Financial Checklist ala Sequis Ini Yuk!