Pencipta Kota Mandiri Alam Sutera

Langkah terbesar The Ning King datang pada awal 1990-an, ketika ia memperluas bisnis ke sektor properti. Pada 1993, ia bersama menantunya Haryanto Tirtohadiguno dan anaknya Angeline Sutedja, mendirikan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), pengembang kawasan terpadu di Serpong, Tangerang.

Proyek perdananya, Alam Sutera Township, diluncurkan pada 1994 di atas lahan 800 hektare dan mencatat rekor penjualan lebih dari 1.100 unit dalam dua minggu, dikutip dari Tirto.

Konsep kota mandiri yang memadukan hunian, komersial, pendidikan, dan ruang hijau menjadikan Alam Sutera sebagai salah satu pelopor township modern di Indonesia.

Dikutip dari situs resmi perusahaan, Alam Sutera kini berkembang menjadi salah satu kawasan premium di Jabodetabek, dengan tata kelola lingkungan modern dan berorientasi pada kenyamanan hidup.

Perusahaan resmi melantai di Bursa Efek Indonesia pada 2007, dan melanjutkan ekspansi ke proyek-proyek besar seperti Suvarna Sutera (2.600 hektare) di Tangerang, Mall @Alam Sutera, Flavor Bliss, dan Pasar 8, serta proyek ikonik Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali.

Kini, Alam Sutera dikenal sebagai salah satu kawasan premium di Jabodetabek dengan lebih dari 37 klaster perumahan, apartemen modern seperti Paddington Heights dan EleVee Penthouses, serta gedung-gedung komersial megah seperti The Tower dan Synergy Building.

Dikutip dari Okezone, sSelain Alam Sutra, The Ning King juga mendirikan perusahaan PT Bekasi Fajar Industrial Estate, dan menjadi pemegang mayoritas 64% saham. Perusahaan dengan kode BEST di pasar modal didirikan pada tanggal 24 Agustus 1989 bersama dengan Marubeni Corporation (Jepang).

Perseroan membentuk perusahaan patungan dengan nama PT Megalopolis Manunggal Industrial Development (MMID), mengembangkan dan merintis kawasan industri di daerah Cikarang Barat, Bekasi, yang dikenal dengan Kota Industri MM2100.

BEST fokus menyediakan kavling siap bangun untuk kebutuhan industri yang dilengkapi berbagai infrastruktur dan fasilitas lainnya. Membangun dan mengelola sarana dan prasarana meliputi pelayanan kepada penghuni kawasan industri.

Kekayaan

Dikutip dari Forbes,  The Ning King sempat masuk dalam daftar 50 Orang Terkaya di Indonesia pada 2017 dengan kekayaan mencapai US$450 juta atau sekitar Rp6 triliun (kurs Rp14.000).

Kekayaannya sebagian besar berasal dari sektor properti, yang berkembang pesat sejak berdirinya Alam Sutera dan ekspansi Argo Manunggal Group.

Dan, menurut data MarketScreener, keluarga The Ning King masih memegang hampir separuh saham PT Alam Sutera Realty Tbk, menjadikannya salah satu keluarga dengan pengaruh besar di industri properti nasional.

Warisan dan Penghormatan

Dalam perjalanan lebih dari tujuh dekade, The Ning King dikenal sebagai sosok low-profile, namun berwawasan luas yang mampu membaca perubahan arah ekonomi Indonesia, dari manufaktur menuju urban development.

Dikutip dari Kompas, kontribusinya mencerminkan transformasi luar biasa terhadap lanskap ekonomi Indonesia, dari produsen kain di Jawa Tengah hingga menjadi arsitek pembangunan kota modern di pinggiran Jakarta.

Melalui kepemimpinannya, Argo Manunggal Group bukan hanya menjadi konglomerasi bisnis besar, tetapi juga simbol ketekunan dan visi jangka panjang seorang self-made man.

Baca Juga: Mengenang Sosok Kartini Muljadi, Perempuan Visioner di Balik Kerajaan Tempo Scan